Aneka Ragam
Selasa, 27 Januari 2015
Senin, 14 Oktober 2013
Hermeneutika PL
Penafsiran Ezra 4: 1-10 Menggunakan Metode Kanonikal
I.
Pendahuluan
Ezra merupakan salah satu dari kita sejarah yang
berisikan sejarah bangsa Israel, dengan demikian perlu diadakan pengkajian yang
sangat mendukung. Pada kesempatan kali ini kami penafsir mencoba menafsirkan
sari kitab Ezra 4:1-10 menggunakan metode kanonikal. Semoga sajian kami ini
membantu kita semua.
II.
Pembahasan
2.1.Latar
Belakang Kitab Ezra
Kitab Ezra sama seperti halnya kitab Rut, Ayub, Ester dan
lain-lain dinamakan menurut toohoh utamanya. Kitab Ezra mencatat penggenapan
janji Allah kepada bangsa Israel melalui Yeremia bahwa dia akan membawa mereka
kembali ke negeri mereka sesudah pembuangan selama 70 tahun. Melalui
pertolongan dan perlindungan 3 Raja Persia (Koresy, Darius dan Artahsasta) dan
kepemimpinan tokoh-tokoh Yahudi yang perkasa seperti Zerubabel.[1]
Pada masa pemulihan ini Yehuda merupakan bagian kecil dari sebuah provinsi
Persia yang besar. Kehidupan politik serta agamanya bergantung pada kekuasan
dan kebijaksanaan Persia.[2]
Kejadian-kejadian yang diceritakan dalam kitab Ezra berlangsung pada bagian
pertama periode Persia, yang dimulai pada
tahun 538 SM samapi sesudah tahun 400 SM. Bagi orang-orang Yahudi, masa
itu masa kepulangan dan perbaikan. Selama beberapa generasi, kelompok-kelompok
orang Yahudi buangan di Babel mulai kembali pulang ke tanah air mereka, Yehuda
di bagian selatan Palestina.[3]
2.2.Penulis
dan waktu Penulisan
Pandangan dari mayoritas diantara para ahli Alkitab
dewasa ini, tanpa menghiraukan keyakinan teologisnya, menghubungkan gabungan
kitab Ezra-Nehemia dengan penulis Tawarikh dari pasc pembuangan. Dianggap bahwa
penyusun kitab-kitab Tawarikh juga menyunting kitab Ezra-Nehemia, karena II
Taw.36: 22-23 merupakan suatu kolofon, atau
tulisan penutup, yang mensyaratkan
ayat-ayat pembukaan dari Ezra 1:1-2. Tradisi Yahudi menyebutkan Ezra,
ahli Alkitab itu, sebagai penulis Tawarikh dari sejarah masa pasca pembuangan
sebagaimana dipaparkan dalam I,II Tawarikh dan Ezra-Nehemia (demikian juga
menurut Talmud Babilonia: Baba Bathra 15a).
Walaupun pikiran ini tetap merupakan suatu kemungkinan, kebanyakan penafsir
berangggapan bahwa penulis Tawarikh itu adalah seorang penyusun anonim dari
sumber-sumber sejarah ibrani.[4]
2.3.Tujuan
Kitab
Kitab ini ditulis untuk menunjukkan pemeliharaan dan
kesetiaan Allah dalam memulihkan kaum sisa Yahudi dari pembuangan mereka di
Babel, yaitu dengan menggerakkan hati tiga Raja Persia yang berbeda agar
membantu umat Allah unuk kembali ke negeri mereka, menetap kembali di Yerusalem
dan membangun kembali bait suci serta menyediakan para pemimpin yang saleh dan
handal untuk memimpin kaum sisa yang kembali dalam suatu kebangunan ibadah,
komitmen padda firman Allah dan pertobatan dari ketidak setiaan kepada Allah.[5]
2.4.Struktur
Kitab
Menurut Andrew E. Hill & John H. Walton dalam bukunya Survei Perjanjian Lama
menuliskan struktur kitab Ezra sebagai berikut:
A. Kisah
Sesbazar dan Zerubabel
a.
Dekrit
Koresy (1: 1-4)
b.
Pemulangan
di bawah Sesbazar (1: 5-11)
c.
Pemulangan
di bawah Zerubabel (2)
d.
Pembanguan
kembali mezbah dan Bait suci (3-6)
B. Riwayat
hidup Ezra
a.
Kedatangan
Ezra (7-8)
b.
Pembaharuan
agama dan sosial yang diadakan Ezra (9-10)[6]
Sedangkan menurut J. Bloommendal bahwa struktur kitab
Ezra adalah sebagai berikut:
Pasal
1 : Orang Yehuda kembali ke Yerusalem.
Pasal
2 : Daftar nama-nama orang yang kembali ke Yerusalem.
Pasal
3 : Pembangunan mezbah dan dasar Bait suci yang baru.
Pasal
4 : Kesulitan-kesulitan dalam pembangunan Bait Suci
Pasal
5-6 : Pembangunan dilanjutkan lagi sesudah
pertentangan-pertantangan diakhiri.
Pasal
7-8 : Ezra di perintahkan ke Yerusalem oleh Raja Artaxerxes
untik memperbaiki kebaktian dalam bait
Pasal
9-10 : Tindakan-tindakan Ezra melawan perkawinan campuran.[7]
Kami
para penyaji lebih setuju terhadap struktur kitab Ezra yang menurut kami lebih
cocok menjadi struktur kitab yang di sajikan oleh J. Bloommendal.
2.5.Struktur
teks
Ayat
1-2 : musuh orang Yehuda dan Benyamin
memohon untuk turut ikut membangun bait suci.
Ayat
3-4 : orang-orang di negeri yang di
tuju orang Yehuda dari pembuangan melemahkan semangat orang Yehuda yang ingin
membangun bait suci.
Ayat
5-10 : terjadi penyogokan sejak zaman
Koresh-Artahsasta terhadap orang-orang Yehuda agar menetap di Samaria oleh
musuh-muusuh orang Yehuda.
2.6.Kedudukan
Kitab Ezra dalam Kanon
Kedudukan kitab Ezra dalam kanon Alkitab, Kitab Ezra
ditempatkan dalam kumpulan kitab sejarah yang kedua, sesudah Kitab I-II
Tawarikh. Sedangkan dalam kanon Ibrani, kitab-kitab itu termasuk dalam bagian
ketiga (“Kitab-kitab”) dan ditempatkan sebelum kitab Tawarikh, meskipun secara
kronologis isinya merupakan lanjuta kitab Tawarikh itu.[8]
2.7.Analisa
Teks
2.7.1. Perbandingan
bahasa
Dalam perbandingan bahasa kami penyaji menggunakan
Alkitab LAI, KJV, BBT dan dibandingkan dengan Teks Masora.
Ayat 1: tidak ada perbedaan yang signifikan.
Ayat 2:
LAI : Serta
para kepala kaum keluarga
KJV : and the
heads of the fathers’ houses (dan kepala-kepala dari bapak-bapak keluarga)
BBT : angka induk
i marompuompu (para tua-tua keluarga)
TM : הׇֽאׇבׄוׄת וְאֶ־רָאשֵׁי
(and the heads of the fathers= dan para kepala kaum bapak)
Yang mendekati Tekas Masora adalah KJV
Ayat 3:
LAI : Bukanlah
urusan kita bersama, sehingga kamu dan kami membangun
KJV : You may
do nothing with us to build (kalian tidak mungkin membangun bersama kami)
BBT : Ndang
tama rap hamu dohot hami paulihon (tidaklah baik kalian bersama kami membangun)
TM : לֽאֹ־לׇ֣כֶם וׇ֯לׇ֔נוּ לִבְנ֥וֹׄת
( not to you but to us in building= tidak untuk kamu tetapi kepada kami
membangun)
Tidak yang mendekati teks Masora
Ayat 4: tidak ada perbedaan yang signifikan.
Ayat 5-10: tidak ada perbedaan yang signifikan.
2.7.2. Kritik
Aparatus
Ayat 3a: dalam teks Masora terdapatt kata μόνοι yang
artinya “seorang diri” yang terdapat dalam
terjemahan Yunani dan Yunani Aquila dari perjanjian Lama Vulgata.
Penafsir menolak usulan kritik aparatus karena semakin
memperkabur makna teks.
Ayat 3b: dalam teks Masora terdapat kata פ׳ .
kritik aparatus mngusulkan menambahkan מ׳ tidak terdapat dalam versus sed potius.
Penafsir menolak usulan kritik aparatus karena tidak
mempunyai makna dalam teks.
Ayat 4b: dalam teks Masora terdapat kata מׅלּ׳ yang artinya tidak
kami temukan. Kritik aparatus dan peneliti modern mengusulkan kata מ dituliskan hanya sekali saja.
Penafsir menolak usulan kritik aparatus karena tidak
mempunyai makna dalam teks.
Ayat 7a: dalam teks Masora terdapat kata yang merupakan
usulan para peneliti modern בׅירוּשָׁלַׅם merupakan bentuk personal
pronoun yaitu Birslam atau kata יְרוּשׇׁלׅם בְּשֵׁם
yang artinya tidak kami temukan.
Penafsir menolak
usulan kritik aparatua karena teks asli sudah jelas dan tidak perlu diubah.
2.7.3. Terjemahan
akhir
Ayat 4:1 Ketika lawan orang
Yehuda dan Benyamin mendengar, bahwa orang-orang yang pulang dari pembuangan
itu sedang membangun Bait Suci bagi TUHAN, Allah Israel,
Ayat 4:2 maka mereka mendekati
Zerubabel dan para kepala kaum bapak
keluarga dan berkata kepada mereka: "Biarlah kami turut membangun
bersama-sama dengan kamu, karena kami pun berbakti kepada Allahmu sama seperti
kamu; lagipula kami selalu mempersembahkan korban kepada-Nya sejak zaman
Esar-Hadon, raja Asyur, yang memindahkan kami ke mari."
Ayat 4:3 Tetapi Zerubabel,
Yesua dan para kepala kaum keluarga orang Israel yang lain berkata kepada
mereka: "Bukanlah urusan kita bersama, sehingga kamu dan kami membangun
rumah bagi Allah kami, karena kami sendirilah yang hendak membangun bagi TUHAN,
Allah Israel, seperti yang diperintahkan kepada kami oleh Koresh, raja negeri
Persia."
Ayat 4:4 Maka penduduk negeri
itu melemahkan semangat orang-orang Yehuda dan membuat mereka takut membangun.
Ayat 4:5 Bahkan, selama zaman
Koresh, raja negeri Persia, sampai zaman pemerintahan Darius, raja negeri
Persia, mereka menyogok para penasihat untuk melawan orang-orang Yehuda itu dan
menggagalkan rancangan mereka.
Ayat 4:6 Pada zaman
pemerintahan Ahasyweros, pada permulaan pemerintahannya, mereka menulis surat
tuduhan terhadap orang-orang yang telah menetap di Yehuda dan di Yerusalem.
Ayat 4:7 Dan pada zaman
Artahsasta ditulislah surat oleh Bislam, Mitredat dan Tabeel serta
rekan-rekannya yang lain kepada Artahsasta, raja negeri Persia. Naskah surat
itu ditulis dalam bahasa Aram dengan terjemahannya. (Dalam bahasa Aram:)
Ayat 4:8 Rehum, bupati, dan
Simsai, panitera, telah menulis surat terhadap Yerusalem kepada raja
Artahsasta, yang isinya sebagai berikut.
Ayat 4:9 -- Pada waktu itu
ditulislah surat itu oleh Rehum, bupati, dan Simsai, panitera, serta
rekan-rekan mereka yang lain, para hakim dan punggawa dan pegawai-pegawai,
orang Persia, orang-orang dari Erekh, dari Babel serta orang-orang dari Susan,
yaitu orang-orang Elam,
Ayat 4:10 dan bangsa-bangsa
lain, yang oleh Asnapar yang agung dan mulia itu dipindahkan dan disuruh
menetap di kota Samaria dan di daerah yang lain sebelah barat sungai Efrat.
2.8.Tafsiran
Ayat 1-2 karena sebagian besar orang buangan berasal dari
Yehuda, keturunan mereka dikenal sebagai Yahudi. Benjamin, suku kecil menempati
daerah sebelah utara Yehuda, adalah satu-satunya suku Yehuda yang masih tetap
setia kepada rehabeam ketika sepuluh suku utara memberontak.
Orang-orang yang menyodorkan bantuan kepada mereka jelas
dari daerah Samaria, meskipun mereka tidak secara eksplisit dijelaskan seperti
itu. Setelah jatuhnya samaria tahun 722 SM, raja-raj Asyur terus mengimpor
penduduk dari Mesopotamia dan Suriah “yang menyembah Tuhan, tapi...juga
melayani dewa mereka sendiri” (lih. 2 Raj. 17:24-33). Bahkan setelah
penghancuran bait Allah, hamba dari Silo dan Sikhem di utara datang untuk menawarkan
Sereal dan dupa di lokasi reruntuhan kuil (Yer. 41:5). Selain itu, orang utara
tidak meninggalkan iman terhadap Tuhan, seperti yang kita lihat dari nama yang
diberikan kepada anak-anak Snablat, Delaiah dan Shelemiah (kata “iah” mengacu
pada “Yah” atau ”Yahweh”). Mengapa orang Samaria begitu berbahaya karena
menawarkan bantuan? Karena jika orang luar berbaur dengan sisa-sisa orang
Yahudi dalam membangun bait Suci itu akan membuat dua kelompok ini kawin campur
dan hal itu adalah bertentangan dengan hukum Musa (Kel. 34:10-17; 12:1-3; Ul.
7:1-11; 12:1-3). Israel adalah negara terpisah dari bangsa-bangsa lain (Bil.
12:1-3), karena Allah telah memberikan mereka tugas khusus untuk tampail
sebagai bangsa yang besar (Kej. 12:1-3). Jika dalam cara apapun bangsa Israel
rusak, maka tingkat keberhasilan yang diberikan Allah kepada pelayanan mereka
pun terancam. Maka umat Allah harus mempertahankan posisi terpisah terpisah dan
tidak terlibat dengan apapun yang akan membahayakan kesaksian mereka dan
menghambat pekerjaan Allah (2 Kor. 6: 14-17; 1 Tim. 2:3-5).[9]
Ayat 3: orang yahudi mencoba bijaksana untuk menolak
bantuan yang disodorkan oleh orang utara dengan mengacu pada ketentuan dari
keputusan Raja. Namun taggapan mereka dipahami sebagai permusuhan dan
menimbulkan pertentangan. Zerubabel dengan jelas melihat mustahilnya menerima
orang-orang kafir sebagai sejajar dengan orang-orang Yahudi di dalam membangun
bait allah. Orangorang Samaria ini menunjukkan jati dir mereka yang
sesungguhnya ketika ditolak beberapa kali mereka membangun bait suci mereka
sendiri di gunung Merizim (Yoh. 4:20-22).
Ayat 4-5: setan telah datang sebagai ular untuk menipu (2
Kor. 11:3) dan telah gagal, dan sekarang dia datang sebagai singa untuk melahap
(1 Ptr. 5:8), dan ia berhasil, musuh berbohong tentang orang-orang Yahudi dan
mendorong rakyat negeri untuk melakukan
segla kemungkinan untuk mencegah para pekerja dan menghambat pekerjaan. Mereka
bahkan menyewa konselor untuk mempengaruhi pejabat lokal untuk menghentikan
proyek tersebut., dan mereka berhasil. Masyarakat disekitar mereka (lit.
“rakyat negeri”) mulai “untuk mencegah” (lit. “untuk melemahkan tangan ;
membuat mereka takut” (lih. Yer 38:4) dari orang-orang Yahudi) sering
menggambarkan ketakutan dalam situasi pertempurann (Hak. 20:41; 2 Sam 4:1-2; 2
Taw 32:18)
Ayat 6: “Xerxes” (bhs Ibr ”Ahasweros”, bnd. Raja yang
disebutkan dalam Ester) adalah anak Darius. Ketika Darius meninggal pada akhir
486 SM, Mesir memberontak dan Xerxes harus melakuakn penyerbuan kedaerah barat
untuk menekan pemberontakan. Akhirnya pemberontakan dapat diredam pada akhir
483 SM.
Ayat 7: ada tiga raja Persia yang bernama “Artahsasta”:
Artahsasta I (464-424), Artahsasta II (403-359), dan Artahsasta III (358-337).
Para raja dibagian Artahsasta I. Penulis surat itu adala Tabeel, menulis dengan
persetujauan Mithredath (pada “Mithredath” lih. Komentar pada Ezra 1:8).
“Tabeel” berarti “Tuhan itu baik” (dng. Yes 7:6).[10]
Orang
Samaria meneruskan siasat politik yang diupayakan untuk memaksa orang-orang
yahudi menghentikan kembali pembangunan kembali bait suci. Ketika melaporkan hal-hal ini, bahasa yang
digunakan kitab Ezra beralih dari bahasa ibrani ke bahasa Aram. Demikianlah, salinan surat
menyurat yang sesungguhnya terpelihara. Surat dari orang samaria kepada
Artahsastra, raja Persia, menyatakan keprihatinan yang sangat terhadap
kepentingan raja. Dan menuduh bahwa program pembangunan yang diselenggarakan
akan membahayakan kepentingan itu. Artahsastra segera terbujuk; Ia langsung
mengumumkan bahwa orang Yahudi harus menghentikan proyek pembangunan itu.
Sebagai akibatnya penangguhan ini berlaku selama 16tahun berikutnya.[11]
Ayat
8: “Rehum” (penyayang) adalah seorang pejabat dengan peran sebagai “penasihat”
atau “Shimsai” berarti “Matahariku” (bnd. Samson).
Ayat
9: Birokrasi Persia tercermin mencolok dengan prinsip Kolegialitas, tanggung
jawab masing-masing dibagi diantara rekan-rekan. “Erekh” adalah sebuah kota
besar (Kej. 10:10) dari bangsa Sumeria, terkenal sebagai rumah dari Gilgames
legendaris.
Ayat
10: Ashurbanipal terkenal karena perpustakaan yang besar di Niniweh. Dia tidak
disebutkan ditempat lain didalam alkitab, tetapi mungkin raja yyang dibebaskan
dari pengasingan Manasye (2 Taw
33:11-13). Dia mungkin disebut Asyur namanya raja yang dideportasi orang
Samaria menurut 2 Raj. 17:24. Keturunan yang dideportasi tersebut, dihapus dari
tanah air mereka hampir 2 abad sebelumnya, masih sering menekankan asal-usul
mereka. Mungkin pembunuhan Raja Israel Amon (642-640 SM) adlah hassil oleh
pemberontakan di Elam dan Babilonia. Asyur kemudian mungkin telah dideportasi
orang Samaria yang memberontak dan menggantinya dengan Elam memberontak dan
babel.[12]
[1] Ed. Charles F.
Pfeifer, The Wiclyffe Bible Commentary
Vol 2, (Chicago: Moody Bible Institute, 1962), 690
[2] W. S. Lasor, D.
A. Hubbard, F. W. Bush, Pengantar
Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 274
[4] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum
Mas, 2008), 368-369
[9] Kenneth L. Barker
& John Kohlenberger III, NIV Bible
Commentaries Vol. I old Testament, (London: Zondervan Publishing house,
1994), 690
[11] L. Thomas
Hodcroft, The Historical Books,
(California: Western Book Company Oakland, 1970), 223
PAK Dewasa
Tantangan
Orang Dewasa Pada Abad Ke-21
I.
Pendahuluan
Pada
pelajaran minggu lalu kita sudah membahas mengenai siapa itu orang dewasa,
dimana orang dewasa adalah orang yang secara fisik sudah berhenti pertumbuhannya
dan tidak hanya itu saja melainkan sudah mampu untuk melatih diri,
mengaktualisasi diri, mengembangkan, memotivasi dan mewujudkan apa yang sudah dicita-citakannya.
Dan kita juga sudah mengetahui bagaimana hubungan orang dewasa dalam gereja,
keluarga dan masyarakat. Pada kali ini kita akan melihat apa dan bagaimana tantangan
orang dewasa di abad-21 ini.
II.
Pembahasan
1.1.
Pengertian
Orang Dewasa
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata dewasa berarti suatu keadaan yang menunjukkan akil balik yakni
berumur 15 tahun ke atas.[1]
Dikatakan orang dewasa dimana individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya
dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa
lainnya.[2]Dikatakan
orang dewasa dimana seseorang akan berusaha sedapat mungkin untuk menangani
masalah mereka secara individual.[3] Secara
etimologi, kata “adult” berasal dari
kata kerja Latin yaitu“adolescene-adolescere”,
yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan. Akan tetapi kata adult berasal dari
bentuk lampau participle dari kata kerja “adultus”,
artinya adalah telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau
“telah menjadi dewasa”. Jadi orang dewasa adalah individu yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat
bersama orang lain.[4]Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata dewasa berarti
suatu keadaan yang menunjukkan akil balik
yakni berumur 15 tahun ke atas.[5]
Orang dewasa juga dapat diartikan sebagai individu-individu yang telah memiliki
kekuatan tubuh secara maksimal dan siap berproduksi dan telah dapat diharapkan
memiliki kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta dapat diharapkan
memainkan peranannya bersama individu-individu lain dalam masyarakat.[6] Dikatakan
orang dewasa dimana seseorang akan berusaha sedapat mungkin untuk menangani
masalah mereka secara individual.[7]
1.2.
Pengertian
Orang Dewasa Menurut Beberapa Para Tokoh
·
Daniel Nuhamara
Orang dewasa adalah orang Kristen
garis depan yang menghadapi dunia dengan segala tantangannya, terutama dalam
pekerjaan masing-masing, dan juga sebagai agen dari pelaksana tugas panggilan
gereja.
a. Dari
segi ekonomi, orang dewasa telah mampu mendukung dirinya sendiri secara
financial dan mampu mencukupi kebutuhan ekonomisnya sendiri.
b. Dari
segi pendidikan, orang dapat disebut dewasa apabila telah menyelesaikan
tahun-tahun sekolahnya sebagaimana tuntutan masyarakatnya.
c. Dari
segi budaya, sosiologis dan pengetahuan, orang dewasa adalah orang yang telah
mengasumsikan semacam tanggung jawab bagi diri sendiri dan terhadap orang lain
dan juga mempunyai tingkat kemandirian dari otoritas orang tua yang tidak sama
lagi dengan remaja dan pemuda[8].
·
Richard M. Daulay
Dewasa secara jasmani artinya sudah
mengalami pertumbuhan tinggi dan berat badan secara maksimal dengan gizi yang
memadai. Agar kondisi tubuh yang sehat harus juga diperhatikan keseimbangan
antara waktu bekerja dengan waktu santai dan olahraga. Orang dewasa biasanya
menaruh perhatian khusus pada bentuk tubuh yang ramping sehingga memiliki pola
makan yang teratur.[9]
·
Lydia Harlina dan S.K
Satya Joewana
Dewasa adalah tidak dapat dipisahkan
dari arti dan tujuan. Jika telah mampu dan ingin menjadi manusia yang dapat
bertanggungjawab sendiri, yang didalamnya terdapat hal-hal yang normatif, etika
atau kesusilaan. Ada dua yangdapat dikatakan dewasa secara jasmani dan sosial.
Dikatakan dewasa secara jasmani jika ia telah mampu menghasilkan keturunan (akil baliq), dikatakan dewasa secara
sosial jika ia telah mampu hidup mandiri dan bertanggungjawab.[10]
·
Jersild
Mengartikan masa dewasa bukan hanya
diukur dari aspek kematangan tubuh, tetapi juga diukur dengan aspek psikologis.
Aspek kematangan tubuh sudah dapat dipastikan atau ditentukan sebagai orang
yang dewasa, tetapi dari aspek psikologis belum tentu orang yang berumur 22
tahun dapat dikatakan dewasa. Sebab masih banyak ditemukan orang yang berumur
22 tahun masih bersikap selayaknya anak kecil, yang bersifat egosentris, tidak
dapat mengendalikan perasaan diri, melakukan sesuatu tanpa tujuan yang pasti,
sulit menerima kritik, saran atau pendapat dari orang-orang sekitar dan tidak
mampu menempatkan diri sesuai dengan kenyataan hidup. Seseorang dikatakan jika
ia dewasa secara sosial dan jasmani.[11]
·
Earl F. Ziegler
Dikatakan orang dewasa dimana
menjadi tulang punggung bagi kepemimpinan, pengalaman dan potensi-potensi dari
gereja[12]
·
Charles M. Shelton MJ
Dikatakan dewasa adalah adanya
sikap saling memberi dan menerima (take and give) secara sehat dalam hal
perasaan, pikiran dan cita-cita.[13]
·
Paulus Lilik Kristianto
Dikatakan orang dewasa adalah
serius dengan kegiatan yang dikerjakan, pribadinya semakin matang dan mengalami
perpindahan dari masa remaja menuju dewasa muda.[14]
·
Andi Mappiare
Dikatakan orang dewasa dimana seseorang
mengalami kematangan secara hukum sekitar umur 20-40 tahun.[15]
·
B. Hurlock
Dikatakan orang dewasa ketika
seseorang yang menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam
masyarakat.[16]
·
Sudirman Lase
Dikatakan orang dewasa dimana
dimulai umur 18/19 tahun, yang mana pribadinya matang secara psikologis
bersama-sama dengan orang dewasa lainnya.[17]
·
David Chaney
Orang dewasa adalah individu yang
telah siap untuk menerima kedudukan dalam masyarakat. Sedangkan kedewasaan atau
kematangan adalah suatu keadaan bergerak maju ke arah kesempurnaan. Kedewasaan
bukanlah suatu keadaan yang statis, tetapi merupakan suatu keadaan menjadi (a
state of becoming). Adapun ciri-ciri kedewasaan adalah: menghargai orang lain,
sabar, penuh dya tahan, sanggup mengmbil keputusan, menyenamgi pekerjaan,
menerima tanggung jawab, percaya pada diri sendiri, memiliki rasa humor,
memiliki kepribadian yang utuh, seimbang, menerima diri sendiri, dan memiliki
prinsip yang kuat.[18]
·
Ramlan Surbakti
Dari segi politik, dewasa adalah
memiliki tanggungjawab yang sudah dapat terjun langsung pada msayarakat.
Disinilah dewasa sudah mengenal pada masyarakat politik, sehingga mereka
mempunyai pemikiran yang sanagt radikal.[19]
·
Knowless
Orang dewasa adalah individu yang
memiliki 4 konsep dalam kehidupannya yaitu konsep diri, pengalaman, kesiapan
belajar, dan orientasi belajar.[20]
·
R. Havighurts
Menyatakan
bahwa orang dewasa terbagi atas tiga tahap yaitu:
1. Dewasa
muda ( young adults)
Yang dimulai dari umur 16-18 tahun.
Pada masa ini yang paling banyak adalah masa-masa belajar bukan masa-masa
mengajar
2. Dewasa
setengah baya (middle adults)
Yaitu dimulai pada masa usia 35-60
tahun atau antara 40 sampai 65 tahun. Pada masa inilah orang lajimnya mencapai
puncak dalam karirnya keuangannya dan prestasinya.
3. Dewasa
usia lanjut( older adilts).
Masa ini disebut juga dengan masa
“wredatama” mereka yang berusia 60 tahun atau 55 keatas.[21]
1.3.
Pembagian Masa Dewasa
Masa
dewasa dibagi menjadi 3, yaitu:
1.3.1.
Masa
Dewasa Dini
Masa
dewasa ini dimulai dari umur sekitar 18-34 tahun, saat perubahan-perubahan
fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.[22]
Masa dewasa ini adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu
masa yang penuh dengan masalah, ketegangan emosi, periode komitmen dan masa
ketergantungan, perubahan-perubahan nilai, kreatifitas dan penyesuaian diri
pada pola hidup yang baru.[23]
Diusia seperti ini orang dewasa muda sering memiliki keragu-raguan. Mereka tahu
bahwa mereka tidak akan kembali seperti dulu lagi. Pada masa ini, mereka sangat
membutuhkan simpati, pengertian, bimbingan.[24]
Seseorang yang berada pada tingkat ini juga mengambil keputusan berdasarkan
suatu kontrak / perjanjiannbaik sosial maupun pribadi. Dalam hal hukum, dan
proses-proses yang mengubahnya pada masa kini, mereka dibimbing oleh rasionya.[25]
·
Ciri-ciri
Masa Dewasa Muda (Dini)
Berikut ini adalah
ciri-ciri masa dewasa muda adalah:[26]
a. Masa
Pengaturan
Pada
masa anak-anak dan remaja merupakan periode “pertumbuhan” dan masa dewasa
merupakan masa “pengaturan” (settle down). Pada generasi-generasi terdahulu
berada pada pandanngan bahwa jika anak laki-laki dan perempuan mencapai usia secara sah,
hari-hari kebebasan mereka telah berakhir dan saatnya telah tiba untuk menerima
tanggungjawab sebagai orang
dewasa.
b. Usia
Reproduktif
Orangtua
merupakan peran yang sangat penting dalam hidup orang dewasa. Orang yang telah menikah berperan
sebagai orangtua pada waktu ia berusia 20
tahun atau awal 30
tahunan
sebelum masa dini berakhir. Orang yang belum menikah
menyelesaikan pendidikan atau telah memulai kariernya, tidak akan menjadi
orangtua sebelum ia merasa mampu berkeluarga. Perasaan ini biasanya terjadi
sesudah umurnya sekitar awal 30an.
Bagi orang yang cepat mempunyai anak dan mempunyai keluarga besar pada awal
masa dewasa atau bahkan pada tahun-tahun terakhir masa remaja kemungkinan
seluruh masa dewasa dini merupakan masa reproduksi.
c. Masa
Bermasalah
Dengan
menurunnya tingkatan usia kedewasaan secara hukum menjadi 18 tahun pada tahun
1970, anak-anak muda telah dihadapakan kepada banyak masalah dan mereka tidak
siap untuk mengatasinya. Penyesuaian terhadap masalah-masalah dewasa dini
menjadi lebih intensif dengan diperpendeknya masa remaja, sebab masa transisi
untuk menjadi dewasa menjadi sangat pendek sehingga anak muda hampir-hampir
tidak mempunyai waktu untuk membuat peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa.
d. Masa
Ketegangan Emosional
Apabila
emosi yang menggelora yang merupakn ciri tahun-tahun awal kedewasaan masih
tetap kuat pada usia tigapuluhan, maka hal ini merupakan tanda bahwa
penyesuaian diri pada kehidupan orang-orang dewasa belum terlaksana secara
memuaskan.
e. Masa
Keterasingan Sosial
Dengan
berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang kedalam pola kehidupan
ornag dewasa, yaitu karier, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan
teman-teman kelompok sebaya semasa remaja menjadi renggang, dan berbarengan
dengan keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar ruamh akan terus berkurang.
f. Masa
Komitmen
Sewaktu
menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami perubahan tanggungjawab dari seorang
pelajar yang sepenuhnya tergantung pada orangtua menjadi orang dewasa mandiri,
maka mereka menentukan pola hidup yang baru, memikul tanggungjawab baru dan mebuat
komitmen-komitmen baru.
g. Masa
Ketergantungan
Meskipun
telah secara resmi mencapai status dewasa pada usia 18 tahun dan status ini
memberikan kebebasan untuk mandiri, banyak orang muda yang masih agak
tergantung atau bahakan tergantung pada orang lain selama jangka waktu yang
berbeda-beda.
h. Masa
Perubahan Nilai
Banyak
nilai masa kanak-kanak dan remaja berubah karena pengalaman dan hubungan sosial
yang lebih luas dengan orang-orang yang berbeda usia dan karena nilai-nilai itu
kini dilihat dari kacamata orang dewasa. Orang dewasa yang tadinya menganggap
sekolah itu suatu kewajiban yang tak berguna, kini sadar akan nilai pendidikan
sebagai batu loncatan untuk meraih keberhasilan sosial, karier dan kepuasaan
pribadi.
i. Masa
Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup Baru
Dalam masa dewasa ini gaya-gaya hidup baru paling
menonjol di bidang perkawinan dan peranorangtua. Diantara berbagai penyesuaian
diri yang harus dilakukan orang muda terhadap gaya hidup baru, yang paling umum
adalah penyesuaian diri pada pola peran seks atas dasar persamaan derajat
(egilitarian) yang membedakan pembedaan pola peran seks tradisional, serta
pola-pola baru bagi kehidupan keluarga, termasuk perceraian, berorangtua
tunggal dan berbagai pola baru ditempat pekerjaan khususnya pola baru di tempat
pekerjaan khususnya pada unit-unti kerja yang besar.
j. Masa
Kreatif
Bentuk
kraetifitas yang akan terlihat dari sesudah ia dewasa akan tergantung pada
minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan
kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang
menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreatifitas.
1.3.2.
Masa
Dewasa Menengah (Madya)[27]
Masa
dewasa menengah ini disebut masa penghasilan, karena pada masa inin seseorang
sudah menetapkan bahwa sedang proses memelihara dan meningkatkan stabilitas
ekonomi pada saat ini dan untuk masa yang akan datang. Mereka sering merasa
tidak nyaman dengan pilihan yang mereka buat semasa muda dan menganggap bahwa
pilihan-pilhan tersebut tidak berlaku lagi. Pada masa itu juga pindah kerja
atau meninggalkan keluarga merupakan hal yang biasa namun hubungan keluargayang stabil merupakan budaya Kristen.
Yang menjadi masalah utama mereka adalah perubahan fisik karena usia karena
pada usia ini biasanya merupakan awal kemerosotan atau melemahnya fungsi-fungsi
tubuh. Mereka harus membiasakan diri untuk bersikap positif.
·
Ciri-ciri
Masa Dewasa Menengah
Masa
dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai 60 tahun, yakni saat menurunnya
kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang, biasanya
juga terjadi penurunan kekuatan fisik dan diikuyti oleh penurunan daya ingat.
Walaupun pada masa ini banyak yang mengalami perubahan tersebut, lebih lambat
dari masa lalu, namun garis batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatnya
kecenderungan untuk pensiun pada usia 60-an, sengaja ataupun tidak sengaja,
usia 60-an dianggap sebagai garis batas antara usia madya dengan usia lanjut.
a.
Merupakan Periode yang
Sangat Ditakuti
Diakui bahwa semakin mendekati usia
tua, periode usia madya terasa lebih menakutkan dilihat dari segi kehidupan
manusia.
b.
Masa Stress
Penyesuaian terhadap peran dan pola
hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik,
selalu cenderung merusak homeostatis fisik dan psikologis seseorang dan membawa
ke masa stress.
c.
Merupakan Masa Transisi
Transisi merupakan berarti
penyesuaian diri terhadap minat, nilai, perilaku yang baru. Seperti halnya masa
puber, yang merupakan masa transisi dan masa kanak-kanakan ke masa remaja dan
kemudian dewasa, demikian pula usia madya merupakan masa dimana pria dan wanita
meningkatkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode
dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
d.
Masa Yang Berbahaya
Saat ini merupakan suatu masa
dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak
bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurang memperhatikan kehidupan.
e.
Usai Canggung
Sama seperti remaja, bukan
anak-anak dan juga bukan dewasa, demikian juga pria dan wanita berusia madya
bukan “muda” lagi tetapi juga bukan “tua”.
f.
Masa Berprestasi
Selama masa dewasa madya, orang
akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti dan tidak mengerjakan
sesuatu apapun lagi. Apalagi orang berusia madya mempunyai kemauan yang kuat
untuk berhasil, mereka akan mencapai puncaknya pada masa ini dan memungut hasil
dari masa – masa persiapan dan kerja keras yang dilakukan sebelumnya.
g.
Masa Evaluasi
Pada umumnya masa ini merupakan
masa saat pria dan wanita mencapai puncak prestasinya, maka logislah apabila
masa ini merupakan saat mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi
mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khusunya anggota keluarga dan
teman.
h.
Masa Jenuh
Banyak
atau hampir seluruh pria dan wanita mengalami kejenuhan pada akhir usia tiga
puluhan dan empatpuluhan.
1.3.3.
Masa
Dewasa Akhir
Masa
dewasa lanjut/senescene atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai
kematian. Pada umumnya para usia lanjut mempunyai masalah dalam menyesuaikan
diri terhadap pekerjaan dan kehidupan keluarga. Penyesuaian diri terhadap
pekerjaan dan keluarga bagi orang usia lanjut adalah sulit karena hambatan
ekonomis yang dewasa ini sangat memainkan peran penting ketimbang masa
sebelumnya. Walaupun ada bantuan keuangan dari pemerintah dalam bentuk jaminan
sosial, bantuan kesehatan dan pembagian keuntungan secara bertahap yang
diperoleh dari dana pensiun, namun mereka kadang-kadang tidak sanggup mengatasi
pelbagai problemsa hidup yang mereka hadapi.
· Ciri-ciri Usia Lanjut
a. Merupakan
Periode Kemunduran
Istilah
“keuzuran” digunakan untuk mengacu pada periode waktu selama usia lanjut
apabila kemunduran fisik sudah terjadi dan apabila sudah terdisorganisasi
mental.
b. Perbedaan
Individual Pada Efek Menua
Hal
ini menekankan dalam referensinya kepada keyakinannya popular bahwa menua itu
membuat orang sulit hidup. “Usia tua
tidak seperti anggur karena tidak pada setiap bagian dapat timbul rasa
asamnya seuai dengan usianya”
c. Usia
Tua Dinilai Dengan Kriteria yang Berbeda
Karena
arti tua itu sendiri kabur dan tidak jelas serta tidak dapat dibatasi pada anak
musa, maka orang cenderung menilai tua itu dalam hal penampilan dan kegiatan
fisik.
d. Penyesuaian
yang Buruk Merupakan Ciri-ciri Usia Lanjut
Sikap
sosial yang tidak menyenangkan bagi banyak orang usia lanjut yang nampak dalam
cara orang memperlakukan mereka, maka tidak heran lagi kalau banyak orang usia
lanjut mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan.
e. Keinginan
Menjadi Muda Kembali Sangat Kuat pada Usia Lanjut
Status
kelompok-kelompok minoritas yang dikenakan pada orang berusia lanjut secara
alami telah mengakibatkan keinginan untuk tetap muda selama mungkin dan ingin
dipermuda apabila tanda-tanda menua nampak.
1.4.
Tantangan
orang Dewasa
Pada
abad ke-21, orang dewasa memiliki tantangan didalam kehidupannya. Diantaranya
yaitu:
1.4.1.
Dewasa
Dini (18-34 tahun)
Orang
dewasa dini ialah orang-orang yang berada pada jenjang umur 18-34 tahun. Dewasa
dini ini juga disebut sebagai dari remaja ke dewasa. Seperti yang telah
dijelaskan diatas bahwa pada jenjang umur dewasa dini ialah masa kreatif, masa settle down (masa pengaturan) dan juga
usia produktif. Dan yang menjadi tantangan bagi orang dewasa pada abad ke-21
ialah:
a.
Ekonomi
Perubahan dari sistem ekonomi
kapitalisme menuju terbentuknya sistem multinational corporation. Pada abad
ke-21, telah ada pergeseran menjadi sistem ekonomi konsumerisme dengan gaya
hidup global menjadi sangat menonjol. Komoditi gaya hidup menjadi sesuatu yang
sangat penting dalam konteks ekonomi. Kecenderungan ini akan terus menguat
seiring dengan adanya perkembangan hubungan-hubungan ekonomi yang sangat cepat
dan seolah menyatukan planet bumi sebagai satu kesatuan ekonomi global.[28]
Orang dewasa dini akan terus bekerja dan bekerja untuk memenuhi yang
menjadi kebutuhaan, terkhusus apabila ia telah memiliki keluarga, maka ia mulai
berpikir akan kebutuhabn hidup dalam berkeluarga tersebut. Orang dewasa dalam hal
ekonomi harus mampu membangun organisasi pembelajaran (learning organization).
Oleh karena perubahan lingkungan strategik yang begitu cepat, orang dewasa
harus mampu belajar untuk beradaptasi pada perubahan lingkungan tersebut.
Berubahnya struktur dan mekanisme kerja organisasi menuntut sivitas akademika
untuk memiliki dosen dan staf) perlu memiliki sikap mental baru, menggunakan
pola pikir baru, dan cara kerja baru yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Untuk mampu beradaptasi pada situasi yang baru karyawan harus kreatif, inovatif,
proaktif, dan berwawasan entrepreneurial. Orang dewasa masa kini harus
berfungsi sebagai belajar, dan tugas organisasi untuk meningkatkan peluang
belajar bagi semua anggota institusi untuk terus belajar. Persaingan dalam
berbagai aspek di masa kini dan masa depan bertumpu pada persaingan pengetahuan
(knowledge based competition). Hanya melalui ‘knowledge management yang baik
orang dewasa akan sukses.[29]
b.
Agama
Kebangunan agama-agama di luar Kekristenan juga
menjadi suatu tantangan yang besar bagi iman Kristen. Semakin banyaknya kaum
cendekiawan dalam agama-agama lain dan kesadaran mereka untuk melakukan
konsolidasi juga merupakan fakta yang tidak boleh kita abaikan. [30]
Orang dewasa perlu berhati-hati dalam hal agama dan spiritualitas.
c.
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Pada milenium ketiga ini akan terjadi
pergeseran dan perubahan kehidupan sosial yang maha dahsyat, sehingga terjadi
apa yang disebut dengan cultural and social discontinuity. Perubahan yang akan
terjadi 100 tahun mendatang nampak akan melampaui perubahan yang terjadi 1000
tahun lalu baik dari segi dampaknya, kecepatannya, luasnya dan pentingnya.
Masyarakat dunia akan mengalami fenomena baru di mana seluruh tatanan sosial
akan didominasi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan
dan teknologi selain berperan dalam memacu proses globalisasi, berperan juga
untuk dipengaruhi perkembangan globalisasi. Globalisasi menyebabkan IPTEK harus
dikonsumsi oleh banyak komunitas.[31]
Dewasa dini harus mampu menyeimbangkan dalam kekreatifan dan juga ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
d.
Politik
Yang menjadi hal yang penting pada
abad ke-21 ialah perbedaan kepribadian pria dan wanita. Kehadiran
komputer dan internet telah merubah dunia kerja, dari tekanan pada kerja otot
ke kerja otak.. Implikasinya adalah perbedaan perilaku pria dan wanita semakin
mengecil. Kini semakin banyak pekerjaan kaum pria yang dijalankan oleh kaum
wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin besar porsi wanita
yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun
dalam dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah perilaku yang sebelumnya
merupakan pekerjaan pria semakin menonjol. Data yang tertulis dalam buku Megatrend for Women:From Liberation to Leadership yang ditulis oleh Patricia
Aburdene & John Naisbitt (1993) menunjukkan bahwa peran wanita dalam
kepemimpinan semakin membesar. Semakin banyak wanita yang memasuki bidang
politik, sebagai anggota parlemen, senator, gubernur, menteri, dan berbagai
jabatan penting lainnya. Selain itu semakin banyak wanita yang menjadi pimpinan
perusahaan dan sekaligus menjadi pemilik perusahaan.
Selama 54 tahun merdeka belum pernah ada wakil presiden wanita, kini di tahun 1999 indonesia suda memilikinya. Peran wanita dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan keluarga semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Amerika Serikat 75 persen dari keputusan yang menyangkut kesehatan dalam keluarga diputuskan oleh wanita. Wanita membeli 50 persen dari mobil yang terjual di Amerika. Bahkan Toyota melaporkan bahwa 60 persen pembeli mobil mereka adalah kaum wanita. Sekitar 80 persen dari belanja keperluan konsumen sehari-hari dibelanjakan oleh kaum wanita.[32] Ada hal yang positif yang pada abad ke-21 ini ialah semakin mengikisnya kestratifikasian gender yang terjadi. Dewasa dini ialah dalam masa ketegangan emosional dan inilah yang menjadi tantangannya pria yang merasa bahwa dialah yang diatas dari wanita akan terus berusaha untuk menjadi yang diatas tanpa peduli akan apapun.
Selama 54 tahun merdeka belum pernah ada wakil presiden wanita, kini di tahun 1999 indonesia suda memilikinya. Peran wanita dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan keluarga semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Amerika Serikat 75 persen dari keputusan yang menyangkut kesehatan dalam keluarga diputuskan oleh wanita. Wanita membeli 50 persen dari mobil yang terjual di Amerika. Bahkan Toyota melaporkan bahwa 60 persen pembeli mobil mereka adalah kaum wanita. Sekitar 80 persen dari belanja keperluan konsumen sehari-hari dibelanjakan oleh kaum wanita.[32] Ada hal yang positif yang pada abad ke-21 ini ialah semakin mengikisnya kestratifikasian gender yang terjadi. Dewasa dini ialah dalam masa ketegangan emosional dan inilah yang menjadi tantangannya pria yang merasa bahwa dialah yang diatas dari wanita akan terus berusaha untuk menjadi yang diatas tanpa peduli akan apapun.
e.
Budaya
Pada abad ke-21 telah lahir
kecenderungan suatu budaya dunia yang baru, budaya yang mengidealisasikan
budaya global dalam bentuk berbagai budaya dominan. Inilah yang disebut sebagai
budaya trans-nasional. Mode kebudayaan ini menjadi sangat mungkin ditunjang
oleh hubungan komunikasi yang semakin cepat dan tak berbatas.[33]
Orang dewasa dini pada tahap ini sedang mengalami perubahan-perubahan nilai
oleh sebab itu , tantangannya ialah bagaiman dewasa dini tetap memegang budaya
yang baik terus memperbaharui budaya yang baik tersebut dan menghilangkan
budaya yang tidak baik.
1.4.2.
Dewasa
Madya (35-60 tahun)
a.
Ekonomi
Di bidang ekonomi selama hampir 350 tahun kegiatan
ekonomi modern dikuasai sepenuhnya oleh pemodal asing dan dikelola oleh warga
Non-Indonesia. [34] “
Learning to do”, sasarannya adalah kemampuan kerja generasi muda untuk
mendukung dan memasuki ekonomi industri. Dalam masyarakat industri atau ekonomi
industri tuntutan tidak lagi cukup dengan penguasaan ketrampilan motorik yang
kaku melainkan diperlukan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan – pekerjaan
seperti “controlling, monitoring, maintaning, designing, organizing, yang dengan
kemajuan teknologi pekerjaan yang sifatnya fisik telah diganti dengan mesin.
Dengan kata lain, menyiapkan anggata masyarakat memasuki dunia kerja yang dalam
“technology knowledge based economy”, belajar melakukan sesuatu dalam situasi
yang konkrit yang tidak hanya terbatas kepada penguasaan ketrampilan yang
mekanistis melainkan meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang
lain, mengelola dan mengatasi konflik, menjadi penting.[35]
Tantangan bagi dewasa madya ialah dewasa bagiamana ia mempertahankan apa yang
telah ia capai sekalipun pada segi ekonomi ia sudah dapat dikatakan mapan.
b.
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Di bidang IPTEK kalau dunia sudah mengenal lembaga
Pendidikan Tinggi modern pada abad ke-11 (Bologna) dan abad ke-12 (Paris) dan
Amerika Serikat pada abad ke-17 (Harvard), Indonesia baru pada tahun 1920
dengan berdirinya Sekolah Tinggi Teknik (THS, sekarang ITB) di Bandung. Karena
itu pada tahun 1949, empat tahun setelah proklamasi, Indonesia baru memiliki 35
Insinyur, 1200 dokter, 150 dokter gigi, dua ekonom bergelar Doktor dan seorang
Fisikawan . ,”learning to know”, sasarannya adalah pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga tercapai keseimbangan dalama penguasaan
IPTEK antara negara di dunia dan tidak lagi dibagi antara negara utara-selatan.[36]
Tantangan bagi dewasa madya ialah kekreatifan yang mulai berkurang oleh karena
dari segi umur pun mereka semakin tua sehingga ketika mereka diperhadapkan
dengan zaman yang IPTEK semakin maju dan canggih mereka susah untuk mengikutinya.
c.
Segi Sosial
Pola interaksi antar manusia. Kemajuan IPTEK pada
kebanyakan rumah tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi
keluarga. Komputer yang disambungkan dengan telepon telah membuka peluang bagi
siapa saja untuk berhubungan dengan dunia luar. Program internet relay chatting
(IRC), internet, dan e-mail telah membuat orang asyik dengan kehidupannya
sendiri. Selain itu tersedianya berbagai warung internet ( warnet) telah
memberi peluang kepada banyak orang yang tidak memiliki komputer dan saluran
internet sendiri untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini
semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer.[37]
Tantangan bagi dewasa madya ialah Penyesuaian diri dengan
hidup sendiri : masalah pria lajang dan wanita lajang. Penyesuaian diri dengan
hilangnya pasangan yang diakibatkan oleh kematian dan perceraian. Dan juga
ancaman perceraian didalam perkawinan oleh karena komunikasi yang hanya lewat
komputer, handphone, atau internet.
1.4.3.
Dewasa
Lanjut Usia (60 tahun keatas)
a.
Segi
Ekonomi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mempunyai ciri eksponensial yaitu semakin lama semakin cepat, karena
hasil dari suatu tahap menjadi dasar dan alasan bagi tahap selanjutnya.
Ditinjau dari peran ekonominya teknologi merupakan pendorong utama bagi
penciptaan nilai tambah ekonomis. Nilai tambah ini dinikmati oleh para pelaku
ekonomi, sehingga menaikkan kualitas kehidupannya. Dengan naiknya kualitas
kehidupan maka semakin besar pula dorongan untuk penciptaan nilai tambah agar
peningkatan kualitas hidup itu berkesinambungan. Tidak mengherankan bahwa bukan
saja perkembangannya semakin cepat tapi peranan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam masyarakat modern bertambah lama bertambah penting.[38]
Tantangan bagi dewasa lanjut usia ialah bagaimana ia mencukupi kebutuhannya
karena pada usia kemungkinan besar dewasa lanjut usia sudah ada yang pensiun.
Pensiun, kondisi fisik yang sudah tidak lagi kuat sementara pertumbuhan ekonomi
meningkat.
b.
Segi
Sosial Politik
Banyak pakar berpendapat bahwa kunci sukses untuk
mengarungi kehidupan turbulensi perubahannya sangat tinggi, orang harus
memiliki tiga modal, yakni intellectual
capital, social capital, soft capital, and spiritual capital.
Persingan dalam kehidupan, baik itu kehidupan bisnis,
kehidupan bermasyarakat, maupun kehidupan individual sangat ditentukan oleh
kemampuan berinovasi. Untuk bisa berinovasi diperlukan kreatifitas yang tinggi
dan pengetahuan yang luas. Teknologi informasi telah meribah dunia kerja, dari kerja
yang bertumpu pada otot ke pekerjaan yang bertumpu pada otak. Pekerjaan masa
sekarang lebih menuntut karyawan yang berpengetahuan (knowledge workers).
Kondisi ini akan membuat jurang sosial antara mereka yang berpengetahuan (know)
dan yang tidak berpengetahuan (know-not).
Mereka yang tidak memiliki pengetahuan akan tergusur
dari dunia kerja (Tappscott, 1996). Selain itu ada korelasi anatara pengetahuan
dan kekuasan (power).. Mereka yang mempunyai pengetahuan akan memiliki
kekuasaan. Sebaliknya mereka yang mempunyai kekuasaan bisa memiliki
pengetahuan, karena mereka bisa menggunakan orang yang berpengetahuan untuk
kepentingan kekuasaan. Kondisi ini akan membuat jurang sosial yang lain, yakni
jurang antara yang memiliki akses pada kekuasaan dan yang tidak memiliki akses
pada kekuasaan. Golongan ke dua ini akan termarginalisasi dalam kehidupan.
Jurang sosial ini akan menjadi pemicuk konflik yang berwujud keresahan sosial.[39]
Dan inilah yang menjadi tantangan bagi dewasa lanjut usia ketika mereka yang
mulai mengendur akan potensi kekuatan memori ingatan dengan sendirinya
pengetahuan mereka berkurang dan itu akan mengakibatkan jurang sosial yang
dalam antara dewasa lanjut usia dengan orang-orang yang masih muda dan energik.
Dewasa lanjut usia dengan sendirinya akan mundur dan kurang diperhatikan.
c.
Agama
Kristus belum datang kembali, namun gereja telah
memasuki abad ke-21. Beberapa pemimpin gereja mengamati sejarah 100 tahun yang
lalu, di mana gereja di Eropa dan Amerika semakin melemah dan mundur,
sebaliknya agama-agama lain bangkit, bertumbuh, dengan gigih maju mendobrak
semua penghalang, menembus masuk ke dalam basis gereja di Eropa dan Amerika.
Walaupun di negara-negara Asia memberikan keleluasaan bagi kekristenan, tetapi
ketika memperkenalkan anugerah keselamatan Kristus kepada yang lain, seringkali
dihalangi karena alasan "kerukunan dan ketenteraman". Sehingga tidak
sedikit yang peduli akan masa depan penggembalaan gereja menjadi cemas, dan
umumnya bersikap membalas, bahkan untuk menunaikan Amanat Agung sampai ke
seluruh dunia, mereka siap membayar harga "lebih baik mati berkalang
tanah, daripada hidup bercermin bangkai." Berdasarkan kebenaran Alkitab,
kita akan melihat bagaimana Kristus menangani strategi gereja menghadapi
perubahan sejarah. [40]
Dan inilah yang menjadi tantangan bagi dewasa lanjut usia ialah bagimana mereka
tetap bertahan dalam iman mereka sementara dunia seringkali tidak peduli akan
masa depan penggembalan gereja.
II.
Kesimpulan
Jadi
dapat disimpulkan bahwa yang dapat dikatakan orang dewasa dimana seseorang
mengalami kematangan secara hukum sekitar umur 20-40 tahun yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya yang menghadapi dunia dengan segala tantangannya,
terutama dalam pekerjaan masing-masing dan siap menerima kedudukan dalam
masyarakat dan juga mampu mengaktualisasi diri, mampu sebagai pembimbing,
memotivasi, dan juga melatih diri. Dan pada abad ke-21 ini semakin banyaknya
berbagai tantangan-tantangan bagi orang dewasa yang masuk kedalam seluruh segi
kehidupanya sehari-hari. Tantangan tersebut ada pada dewasa dini, dewasa madya
dan juga dewasa lanjut usia baik dari segi agama, politik, budaya dan sosial,
dan begitu juga pada segi kemajuan IPTEK.
[4] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi
Perkembangan Edisi V, (Jakarta: Erlangga, 1980), 240
[5] .....Kamus Umum Bahasa Indonesia,
289
[6] Andi Mappiare, Psikologi Orang
Dewasa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), 17
[10] Lydia
Harlina dan S.K Satya Joewana, Peran Orangtua Mencegah Narkoba, (Jakarta: Hak
Cipta, 2008), 35
[18] Agus Soejanto, Psikologi
Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 163
[20]Knowless, The Modern Practice of
Adult Education, ( Jakarta: Media
info jurnal, 2008), 56
[21] Eli Tanya, Gereja dan
Pendididkan Agama Kristen,Cipanas: STT
Cipanas, 1999), 132-138
[28] Robert Gilpin, Tantangan
Kapitalisme Global Ekonomi Dunia Abad ke-21, (Jakarta: Persada, 2000), 30
[29] Sugeng Bahagijo, Globalisasi Menghempas Indonesia, (Jakarta:
Pustaka LP3S, 2010) , 88
[30] Maltimoe, Membina Jemaah Missioner, ( Jakarta: BPK-GM, 1986), 103
[31] John Nasbitt, Global Paradox, (Jakarta:
Binarupa, 2000), 50
[32] John Stoot, Isu-isu Global, (Jakarta:
YKBK/OMF, 2005), 42
[33] A. A. Sitompul, Manusia Dan
Budaya, (Jakarta: BPK-GM, 1991), 65
[34] Mulyadi Subri, Ekonomi Suumber
Daya Alam Dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), 23
[35] John Stoot, Isu-isu Global,
43
[36] Mulyadi Subri, Ekonomi Suumber
Daya Alam Dalam Perspektif Pembangunan, 99
[37] W. A. Gerungan, Psiikologi
Sosial, (Bandung: Eresco, 1996), 32
[38] Sugeng Bahagijo, Globalisasi Menghempas
Indonesia, 76
[39] W. A. Gerungan, Psiikologi
Sosial, 65
[40] Maltimoe, Membina Jemaah
Missioner, 105
Langganan:
Postingan (Atom)