Senin, 14 Oktober 2013

PAK Dewasa


Tantangan Orang Dewasa Pada Abad Ke-21

I.                   Pendahuluan
Pada pelajaran minggu lalu kita sudah membahas mengenai siapa itu orang dewasa, dimana orang dewasa adalah orang yang secara fisik sudah berhenti pertumbuhannya dan tidak hanya itu saja melainkan sudah mampu untuk melatih diri, mengaktualisasi diri, mengembangkan, memotivasi dan mewujudkan apa yang sudah dicita-citakannya. Dan kita juga sudah mengetahui bagaimana hubungan orang dewasa dalam gereja, keluarga dan masyarakat. Pada kali ini kita akan melihat apa dan bagaimana tantangan orang dewasa di abad-21 ini.
II.                Pembahasan
1.1.             Pengertian Orang Dewasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata dewasa berarti suatu keadaan yang menunjukkan akil balik yakni berumur 15 tahun ke atas.[1] Dikatakan orang dewasa dimana individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.[2]Dikatakan orang dewasa dimana seseorang akan berusaha sedapat mungkin untuk menangani masalah mereka secara individual.[3] Secara etimologi, kata “adult” berasal dari kata kerja Latin yaitu“adolescene-adolescere”, yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan. Akan tetapi kata adult berasal dari bentuk lampau participle dari kata kerja “adultus”, artinya adalah telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau “telah menjadi dewasa”. Jadi orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama orang lain.[4]Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata dewasa berarti suatu keadaan yang menunjukkan akil balik yakni berumur 15 tahun ke atas.[5] Orang dewasa juga dapat diartikan sebagai individu-individu yang telah memiliki kekuatan tubuh secara maksimal dan siap berproduksi dan telah dapat diharapkan memiliki kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta dapat diharapkan memainkan peranannya bersama individu-individu lain dalam masyarakat.[6] Dikatakan orang dewasa dimana seseorang akan berusaha sedapat mungkin untuk menangani masalah mereka secara individual.[7]
1.2.        Pengertian Orang Dewasa Menurut Beberapa Para Tokoh
·         Daniel Nuhamara
Orang dewasa adalah orang Kristen garis depan yang menghadapi dunia dengan segala tantangannya, terutama dalam pekerjaan masing-masing, dan juga sebagai agen dari pelaksana tugas panggilan gereja.
a.    Dari segi ekonomi, orang dewasa telah mampu mendukung dirinya sendiri secara financial dan mampu mencukupi kebutuhan ekonomisnya sendiri.
b.   Dari segi pendidikan, orang dapat disebut dewasa apabila telah menyelesaikan tahun-tahun sekolahnya sebagaimana tuntutan masyarakatnya.
c.       Dari segi budaya, sosiologis dan pengetahuan, orang dewasa adalah orang yang telah mengasumsikan semacam tanggung jawab bagi diri sendiri dan terhadap orang lain dan juga mempunyai tingkat kemandirian dari otoritas orang tua yang tidak sama lagi dengan remaja dan pemuda[8].
·         Richard M. Daulay
Dewasa secara jasmani artinya sudah mengalami pertumbuhan tinggi dan berat badan secara maksimal dengan gizi yang memadai. Agar kondisi tubuh yang sehat harus juga diperhatikan keseimbangan antara waktu bekerja dengan waktu santai dan olahraga. Orang dewasa biasanya menaruh perhatian khusus pada bentuk tubuh yang ramping sehingga memiliki pola makan yang teratur.[9]
·         Lydia Harlina dan S.K Satya Joewana
Dewasa adalah tidak dapat dipisahkan dari arti dan tujuan. Jika telah mampu dan ingin menjadi manusia yang dapat bertanggungjawab sendiri, yang didalamnya terdapat hal-hal yang normatif, etika atau kesusilaan. Ada dua yangdapat dikatakan dewasa secara jasmani dan sosial. Dikatakan dewasa secara jasmani jika ia telah mampu menghasilkan keturunan (akil baliq), dikatakan dewasa secara sosial jika ia telah mampu hidup mandiri dan bertanggungjawab.[10]
·         Jersild
Mengartikan masa dewasa bukan hanya diukur dari aspek kematangan tubuh, tetapi juga diukur dengan aspek psikologis. Aspek kematangan tubuh sudah dapat dipastikan atau ditentukan sebagai orang yang dewasa, tetapi dari aspek psikologis belum tentu orang yang berumur 22 tahun dapat dikatakan dewasa. Sebab masih banyak ditemukan orang yang berumur 22 tahun masih bersikap selayaknya anak kecil, yang bersifat egosentris, tidak dapat mengendalikan perasaan diri, melakukan sesuatu tanpa tujuan yang pasti, sulit menerima kritik, saran atau pendapat dari orang-orang sekitar dan tidak mampu menempatkan diri sesuai dengan kenyataan hidup. Seseorang dikatakan jika ia dewasa secara sosial dan jasmani.[11]
·         Earl F. Ziegler
Dikatakan orang dewasa dimana menjadi tulang punggung bagi kepemimpinan, pengalaman dan potensi-potensi dari gereja[12]
·         Charles M. Shelton MJ
Dikatakan dewasa adalah adanya sikap saling memberi dan menerima (take and give) secara sehat dalam hal perasaan, pikiran dan cita-cita.[13]
·         Paulus Lilik Kristianto
Dikatakan orang dewasa adalah serius dengan kegiatan yang dikerjakan, pribadinya semakin matang dan mengalami perpindahan dari masa remaja menuju dewasa muda.[14]
·         Andi Mappiare
Dikatakan orang dewasa dimana seseorang mengalami kematangan secara hukum sekitar umur 20-40 tahun.[15]
·         B. Hurlock
Dikatakan orang dewasa ketika seseorang yang menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat.[16]
·         Sudirman Lase
Dikatakan orang dewasa dimana dimulai umur 18/19 tahun, yang mana pribadinya matang secara psikologis bersama-sama dengan orang dewasa lainnya.[17]
·         David Chaney
Orang dewasa adalah individu yang telah siap untuk menerima kedudukan dalam masyarakat. Sedangkan kedewasaan atau kematangan adalah suatu keadaan bergerak maju ke arah kesempurnaan. Kedewasaan bukanlah suatu keadaan yang statis, tetapi merupakan suatu keadaan menjadi (a state of becoming). Adapun ciri-ciri kedewasaan adalah: menghargai orang lain, sabar, penuh dya tahan, sanggup mengmbil keputusan, menyenamgi pekerjaan, menerima tanggung jawab, percaya pada diri sendiri, memiliki rasa humor, memiliki kepribadian yang utuh, seimbang, menerima diri sendiri, dan memiliki prinsip yang kuat.[18]
·         Ramlan Surbakti
Dari segi politik, dewasa adalah memiliki tanggungjawab yang sudah dapat terjun langsung pada msayarakat. Disinilah dewasa sudah mengenal pada masyarakat politik, sehingga mereka mempunyai pemikiran yang sanagt radikal.[19]
·         Knowless
Orang dewasa adalah individu yang memiliki 4 konsep dalam kehidupannya yaitu konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi belajar.[20]
·         R. Havighurts
Menyatakan bahwa orang dewasa terbagi atas tiga tahap yaitu:
1.      Dewasa muda ( young adults)
Yang dimulai dari umur 16-18 tahun. Pada masa ini yang paling banyak adalah masa-masa belajar bukan masa-masa mengajar
2.      Dewasa setengah baya (middle adults)
Yaitu dimulai pada masa usia 35-60 tahun atau antara 40 sampai 65 tahun. Pada masa inilah orang lajimnya mencapai puncak dalam karirnya keuangannya dan prestasinya.
3.      Dewasa usia lanjut( older adilts).
Masa ini disebut juga dengan masa “wredatama” mereka yang berusia 60 tahun atau 55 keatas.[21]
1.3.                  Pembagian Masa Dewasa
Masa dewasa dibagi menjadi 3, yaitu:
1.3.1.           Masa Dewasa Dini
Masa dewasa ini dimulai dari umur sekitar 18-34 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.[22] Masa dewasa ini adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu masa yang penuh dengan masalah, ketegangan emosi, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan-perubahan nilai, kreatifitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.[23] Diusia seperti ini orang dewasa muda sering memiliki keragu-raguan. Mereka tahu bahwa mereka tidak akan kembali seperti dulu lagi. Pada masa ini, mereka sangat membutuhkan simpati, pengertian, bimbingan.[24] Seseorang yang berada pada tingkat ini juga mengambil keputusan berdasarkan suatu kontrak / perjanjiannbaik sosial maupun pribadi. Dalam hal hukum, dan proses-proses yang mengubahnya pada masa kini, mereka dibimbing oleh rasionya.[25]
·         Ciri-ciri Masa Dewasa Muda (Dini)
Berikut ini adalah ciri-ciri masa dewasa muda adalah:[26]
a.    Masa Pengaturan
Pada masa anak-anak dan remaja merupakan periode “pertumbuhan” dan masa dewasa merupakan masa “pengaturan” (settle down). Pada generasi-generasi terdahulu berada pada pandanngan bahwa jika anak laki-laki dan perempuan mencapai usia secara sah, hari-hari kebebasan mereka telah berakhir dan saatnya telah tiba untuk menerima tanggungjawab sebagai orang dewasa.
b.    Usia Reproduktif
Orangtua merupakan peran yang sangat penting dalam hidup orang dewasa. Orang yang telah menikah berperan sebagai orangtua pada waktu ia berusia 20 tahun atau awal 30 tahunan sebelum masa dini berakhir. Orang yang belum menikah menyelesaikan pendidikan atau telah memulai kariernya, tidak akan menjadi orangtua sebelum ia merasa mampu berkeluarga. Perasaan ini biasanya terjadi sesudah umurnya sekitar awal 30an. Bagi orang yang cepat mempunyai anak dan mempunyai keluarga besar pada awal masa dewasa atau bahkan pada tahun-tahun terakhir masa remaja kemungkinan seluruh masa dewasa dini merupakan masa reproduksi.
c.    Masa Bermasalah
Dengan menurunnya tingkatan usia kedewasaan secara hukum menjadi 18 tahun pada tahun 1970, anak-anak muda telah dihadapakan kepada banyak masalah dan mereka tidak siap untuk mengatasinya. Penyesuaian terhadap masalah-masalah dewasa dini menjadi lebih intensif dengan diperpendeknya masa remaja, sebab masa transisi untuk menjadi dewasa menjadi sangat pendek sehingga anak muda hampir-hampir tidak mempunyai waktu untuk membuat peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
d.   Masa Ketegangan Emosional
Apabila emosi yang menggelora yang merupakn ciri tahun-tahun awal kedewasaan masih tetap kuat pada usia tigapuluhan, maka hal ini merupakan tanda bahwa penyesuaian diri pada kehidupan orang-orang dewasa belum terlaksana secara memuaskan.
e.    Masa Keterasingan Sosial
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang kedalam pola kehidupan ornag dewasa, yaitu karier, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya semasa remaja menjadi renggang, dan berbarengan dengan keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar ruamh akan terus berkurang.
f.     Masa Komitmen
Sewaktu menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami perubahan tanggungjawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung pada orangtua menjadi orang dewasa mandiri, maka mereka menentukan pola hidup yang baru, memikul tanggungjawab baru dan mebuat komitmen-komitmen baru.
g.    Masa Ketergantungan
Meskipun telah secara resmi mencapai status dewasa pada usia 18 tahun dan status ini memberikan kebebasan untuk mandiri, banyak orang muda yang masih agak tergantung atau bahakan tergantung pada orang lain selama jangka waktu yang berbeda-beda.
h.    Masa Perubahan Nilai
Banyak nilai masa kanak-kanak dan remaja berubah karena pengalaman dan hubungan sosial yang lebih luas dengan orang-orang yang berbeda usia dan karena nilai-nilai itu kini dilihat dari kacamata orang dewasa. Orang dewasa yang tadinya menganggap sekolah itu suatu kewajiban yang tak berguna, kini sadar akan nilai pendidikan sebagai batu loncatan untuk meraih keberhasilan sosial, karier dan kepuasaan pribadi.
i.      Masa Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup Baru
Dalam  masa dewasa ini gaya-gaya hidup baru paling menonjol di bidang perkawinan dan peranorangtua. Diantara berbagai penyesuaian diri yang harus dilakukan orang muda terhadap gaya hidup baru, yang paling umum adalah penyesuaian diri pada pola peran seks atas dasar persamaan derajat (egilitarian) yang membedakan pembedaan pola peran seks tradisional, serta pola-pola baru bagi kehidupan keluarga, termasuk perceraian, berorangtua tunggal dan berbagai pola baru ditempat pekerjaan khususnya pola baru di tempat pekerjaan khususnya pada unit-unti kerja yang besar.
j.      Masa Kreatif
Bentuk kraetifitas yang akan terlihat dari sesudah ia dewasa akan tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreatifitas.
1.3.2.           Masa Dewasa Menengah (Madya)[27]
Masa dewasa menengah ini disebut masa penghasilan, karena pada masa inin seseorang sudah menetapkan bahwa sedang proses memelihara dan meningkatkan stabilitas ekonomi pada saat ini dan untuk masa yang akan datang. Mereka sering merasa tidak nyaman dengan pilihan yang mereka buat semasa muda dan menganggap bahwa pilihan-pilhan tersebut tidak berlaku lagi. Pada masa itu juga pindah kerja atau meninggalkan keluarga merupakan hal yang biasa namun hubungan  keluargayang stabil merupakan budaya Kristen. Yang menjadi masalah utama mereka adalah perubahan fisik karena usia karena pada usia ini biasanya merupakan awal kemerosotan atau melemahnya fungsi-fungsi tubuh. Mereka harus membiasakan diri untuk bersikap positif.
·         Ciri-ciri Masa Dewasa Menengah
Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai 60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang, biasanya juga terjadi penurunan kekuatan fisik dan diikuyti oleh penurunan daya ingat. Walaupun pada masa ini banyak yang mengalami perubahan tersebut, lebih lambat dari masa lalu, namun garis batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatnya kecenderungan untuk pensiun pada usia 60-an, sengaja ataupun tidak sengaja, usia 60-an dianggap sebagai garis batas antara usia madya dengan usia lanjut.
a.         Merupakan Periode yang Sangat Ditakuti
Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya terasa lebih menakutkan dilihat dari segi kehidupan manusia.
b.        Masa Stress
Penyesuaian terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak homeostatis fisik dan psikologis seseorang dan membawa ke masa stress.
c.         Merupakan Masa Transisi
Transisi merupakan berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, perilaku yang baru. Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dan masa kanak-kanakan ke masa remaja dan kemudian dewasa, demikian pula usia madya merupakan masa dimana pria dan wanita meningkatkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
d.        Masa Yang Berbahaya
Saat ini merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurang memperhatikan kehidupan.
e.         Usai Canggung
Sama seperti remaja, bukan anak-anak dan juga bukan dewasa, demikian juga pria dan wanita berusia madya bukan “muda” lagi tetapi juga bukan “tua”.
f.         Masa Berprestasi
Selama masa dewasa madya, orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti dan tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Apalagi orang berusia madya mempunyai kemauan yang kuat untuk berhasil, mereka akan mencapai puncaknya pada masa ini dan memungut hasil dari masa – masa persiapan dan kerja keras yang dilakukan sebelumnya.
g.        Masa Evaluasi
Pada umumnya masa ini merupakan masa saat pria dan wanita mencapai puncak prestasinya, maka logislah apabila masa ini merupakan saat mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khusunya anggota keluarga dan teman.
h.        Masa Jenuh
Banyak atau hampir seluruh pria dan wanita mengalami kejenuhan pada akhir usia tiga puluhan dan empatpuluhan.
1.3.3.                Masa Dewasa Akhir
Masa dewasa lanjut/senescene atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada umumnya para usia lanjut mempunyai masalah dalam menyesuaikan diri terhadap pekerjaan dan kehidupan keluarga. Penyesuaian diri terhadap pekerjaan dan keluarga bagi orang usia lanjut adalah sulit karena hambatan ekonomis yang dewasa ini sangat memainkan peran penting ketimbang masa sebelumnya. Walaupun ada bantuan keuangan dari pemerintah dalam bentuk jaminan sosial, bantuan kesehatan dan pembagian keuntungan secara bertahap yang diperoleh dari dana pensiun, namun mereka kadang-kadang tidak sanggup mengatasi pelbagai problemsa hidup yang mereka hadapi.
·       Ciri-ciri Usia Lanjut
a.       Merupakan Periode Kemunduran
Istilah “keuzuran” digunakan untuk mengacu pada periode waktu selama usia lanjut apabila kemunduran fisik sudah terjadi dan apabila sudah terdisorganisasi mental.
b.      Perbedaan Individual Pada Efek Menua
Hal ini menekankan dalam referensinya kepada keyakinannya popular bahwa menua itu membuat orang sulit hidup. “Usia tua  tidak seperti anggur karena tidak pada setiap bagian dapat timbul rasa asamnya seuai dengan usianya”
c.       Usia Tua Dinilai Dengan Kriteria yang Berbeda
Karena arti tua itu sendiri kabur dan tidak jelas serta tidak dapat dibatasi pada anak musa, maka orang cenderung menilai tua itu dalam hal penampilan dan kegiatan fisik.
d.      Penyesuaian yang Buruk Merupakan Ciri-ciri Usia Lanjut
Sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi banyak orang usia lanjut yang nampak dalam cara orang memperlakukan mereka, maka tidak heran lagi kalau banyak orang usia lanjut mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan.
e.       Keinginan Menjadi Muda Kembali Sangat Kuat pada Usia Lanjut
Status kelompok-kelompok minoritas yang dikenakan pada orang berusia lanjut secara alami telah mengakibatkan keinginan untuk tetap muda selama mungkin dan ingin dipermuda apabila tanda-tanda menua nampak.
1.4.  Tantangan orang Dewasa
Pada abad ke-21, orang dewasa memiliki tantangan didalam kehidupannya. Diantaranya yaitu:
1.4.1.           Dewasa Dini (18-34 tahun)
Orang dewasa dini ialah orang-orang yang berada pada jenjang umur 18-34 tahun. Dewasa dini ini juga disebut sebagai dari remaja ke dewasa. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa pada jenjang umur dewasa dini ialah masa kreatif, masa settle down (masa pengaturan) dan juga usia produktif. Dan yang menjadi tantangan bagi orang dewasa pada abad ke-21 ialah:
a.    Ekonomi
Perubahan dari sistem ekonomi kapitalisme menuju terbentuknya sistem multinational corporation. Pada abad ke-21, telah ada pergeseran menjadi sistem ekonomi konsumerisme dengan gaya hidup global menjadi sangat menonjol. Komoditi gaya hidup menjadi sesuatu yang sangat penting dalam konteks ekonomi. Kecenderungan ini akan terus menguat seiring dengan adanya perkembangan hubungan-hubungan ekonomi yang sangat cepat dan seolah menyatukan planet bumi sebagai satu kesatuan ekonomi global.[28] Orang dewasa dini akan terus bekerja dan bekerja untuk memenuhi yang menjadi kebutuhaan, terkhusus apabila ia telah memiliki keluarga, maka ia mulai berpikir akan kebutuhabn hidup dalam berkeluarga tersebut. Orang dewasa dalam hal ekonomi harus mampu membangun organisasi pembelajaran (learning organization). Oleh karena perubahan lingkungan strategik yang begitu cepat, orang dewasa harus mampu belajar untuk beradaptasi pada perubahan lingkungan tersebut. Berubahnya struktur dan mekanisme kerja organisasi menuntut sivitas akademika untuk memiliki dosen dan staf) perlu memiliki sikap mental baru, menggunakan pola pikir baru, dan cara kerja baru yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Untuk mampu beradaptasi pada situasi yang baru karyawan harus kreatif, inovatif, proaktif, dan berwawasan entrepreneurial. Orang dewasa masa kini harus berfungsi sebagai belajar, dan tugas organisasi untuk meningkatkan peluang belajar bagi semua anggota institusi untuk terus belajar. Persaingan dalam berbagai aspek di masa kini dan masa depan bertumpu pada persaingan pengetahuan (knowledge based competition). Hanya melalui ‘knowledge management yang baik orang dewasa akan sukses.[29]
b.   Agama
Kebangunan agama-agama di luar Kekristenan juga menjadi suatu tantangan yang besar bagi iman Kristen. Semakin banyaknya kaum cendekiawan dalam agama-agama lain dan kesadaran mereka untuk melakukan konsolidasi juga merupakan fakta yang tidak boleh kita abaikan. [30] Orang dewasa perlu berhati-hati dalam hal agama dan spiritualitas.
c.    Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada milenium ketiga ini akan terjadi pergeseran dan perubahan kehidupan sosial yang maha dahsyat, sehingga terjadi apa yang disebut dengan cultural and social discontinuity. Perubahan yang akan terjadi 100 tahun mendatang nampak akan melampaui perubahan yang terjadi 1000 tahun lalu baik dari segi dampaknya, kecepatannya, luasnya dan pentingnya. Masyarakat dunia akan mengalami fenomena baru di mana seluruh tatanan sosial akan didominasi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi selain berperan dalam memacu proses globalisasi, berperan juga untuk dipengaruhi perkembangan globalisasi. Globalisasi menyebabkan IPTEK harus dikonsumsi oleh banyak komunitas.[31] Dewasa dini harus mampu menyeimbangkan dalam kekreatifan dan juga ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
d.   Politik
Yang menjadi hal yang penting pada abad ke-21 ialah perbedaan kepribadian pria dan wanita. Kehadiran komputer dan internet telah merubah dunia kerja, dari tekanan pada kerja otot ke kerja otak.. Implikasinya adalah perbedaan perilaku pria dan wanita semakin mengecil. Kini semakin banyak pekerjaan kaum pria yang dijalankan oleh kaum wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun dalam dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah perilaku yang sebelumnya merupakan pekerjaan pria semakin menonjol. Data yang tertulis dalam buku Megatrend for Women:From Liberation to Leadership yang ditulis oleh Patricia Aburdene & John Naisbitt (1993) menunjukkan bahwa peran wanita dalam kepemimpinan semakin membesar. Semakin banyak wanita yang memasuki bidang politik, sebagai anggota parlemen, senator, gubernur, menteri, dan berbagai jabatan penting lainnya. Selain itu semakin banyak wanita yang menjadi pimpinan perusahaan dan sekaligus menjadi pemilik perusahaan.
Selama 54 tahun merdeka belum pernah ada wakil presiden wanita, kini di tahun 1999 indonesia suda memilikinya. Peran wanita dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan keluarga semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Amerika Serikat 75 persen dari keputusan yang menyangkut kesehatan dalam keluarga diputuskan oleh wanita. Wanita membeli 50 persen dari mobil yang terjual di Amerika. Bahkan Toyota melaporkan bahwa 60 persen pembeli mobil mereka adalah kaum wanita. Sekitar 80 persen dari belanja keperluan konsumen sehari-hari dibelanjakan oleh kaum wanita.[32] Ada hal yang positif yang pada abad ke-21 ini ialah semakin mengikisnya kestratifikasian gender yang terjadi. Dewasa dini ialah dalam masa ketegangan emosional dan inilah yang menjadi tantangannya pria yang merasa bahwa dialah yang diatas dari wanita akan terus berusaha untuk menjadi yang diatas tanpa peduli akan apapun.
e.    Budaya
Pada abad ke-21 telah lahir kecenderungan suatu budaya dunia yang baru, budaya yang mengidealisasikan budaya global dalam bentuk berbagai budaya dominan. Inilah yang disebut sebagai budaya trans-nasional. Mode kebudayaan ini menjadi sangat mungkin ditunjang oleh hubungan komunikasi yang semakin cepat dan tak berbatas.[33] Orang dewasa dini pada tahap ini sedang mengalami perubahan-perubahan nilai oleh sebab itu , tantangannya ialah bagaiman dewasa dini tetap memegang budaya yang baik terus memperbaharui budaya yang baik tersebut dan menghilangkan budaya yang tidak baik.
1.4.2.      Dewasa Madya (35-60 tahun)
a.       Ekonomi
Di bidang ekonomi selama hampir 350 tahun kegiatan ekonomi modern dikuasai sepenuhnya oleh pemodal asing dan dikelola oleh warga Non-Indonesia. [34] “ Learning to do”, sasarannya adalah kemampuan kerja generasi muda untuk mendukung dan memasuki ekonomi industri. Dalam masyarakat industri atau ekonomi industri tuntutan tidak lagi cukup dengan penguasaan ketrampilan motorik yang kaku melainkan diperlukan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan – pekerjaan seperti “controlling, monitoring, maintaning, designing, organizing, yang dengan kemajuan teknologi pekerjaan yang sifatnya fisik telah diganti dengan mesin. Dengan kata lain, menyiapkan anggata masyarakat memasuki dunia kerja yang dalam “technology knowledge based economy”, belajar melakukan sesuatu dalam situasi yang konkrit yang tidak hanya terbatas kepada penguasaan ketrampilan yang mekanistis melainkan meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain, mengelola dan mengatasi konflik, menjadi penting.[35] Tantangan bagi dewasa madya ialah dewasa bagiamana ia mempertahankan apa yang telah ia capai sekalipun pada segi ekonomi ia sudah dapat dikatakan mapan.
b.      Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Di bidang IPTEK kalau dunia sudah mengenal lembaga Pendidikan Tinggi modern pada abad ke-11 (Bologna) dan abad ke-12 (Paris) dan Amerika Serikat pada abad ke-17 (Harvard), Indonesia baru pada tahun 1920 dengan berdirinya Sekolah Tinggi Teknik (THS, sekarang ITB) di Bandung. Karena itu pada tahun 1949, empat tahun setelah proklamasi, Indonesia baru memiliki 35 Insinyur, 1200 dokter, 150 dokter gigi, dua ekonom bergelar Doktor dan seorang Fisikawan . ,”learning to know”, sasarannya adalah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga tercapai keseimbangan dalama penguasaan IPTEK antara negara di dunia dan tidak lagi dibagi antara negara utara-selatan.[36] Tantangan bagi dewasa madya ialah kekreatifan yang mulai berkurang oleh karena dari segi umur pun mereka semakin tua sehingga ketika mereka diperhadapkan dengan zaman yang IPTEK semakin maju dan canggih mereka susah untuk mengikutinya.
c.       Segi  Sosial
Pola interaksi antar manusia. Kemajuan IPTEK pada kebanyakan rumah tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang disambungkan dengan telepon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan dunia luar. Program internet relay chatting (IRC), internet, dan e-mail telah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu tersedianya berbagai warung internet ( warnet) telah memberi peluang kepada banyak orang yang tidak memiliki komputer dan saluran internet sendiri untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer.[37] Tantangan bagi dewasa madya ialah Penyesuaian diri dengan hidup sendiri : masalah pria lajang dan wanita lajang. Penyesuaian diri dengan hilangnya pasangan yang diakibatkan oleh kematian dan perceraian. Dan juga ancaman perceraian didalam perkawinan oleh karena komunikasi yang hanya lewat komputer, handphone, atau internet.
1.4.3.      Dewasa Lanjut Usia (60 tahun keatas)
a.        Segi Ekonomi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai ciri eksponensial yaitu semakin lama semakin cepat, karena hasil dari suatu tahap menjadi dasar dan alasan bagi tahap selanjutnya. Ditinjau dari peran ekonominya teknologi merupakan pendorong utama bagi penciptaan nilai tambah ekonomis. Nilai tambah ini dinikmati oleh para pelaku ekonomi, sehingga menaikkan kualitas kehidupannya. Dengan naiknya kualitas kehidupan maka semakin besar pula dorongan untuk penciptaan nilai tambah agar peningkatan kualitas hidup itu berkesinambungan. Tidak mengherankan bahwa bukan saja perkembangannya semakin cepat tapi peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat modern bertambah lama bertambah penting.[38] Tantangan bagi dewasa lanjut usia ialah bagaimana ia mencukupi kebutuhannya karena pada usia kemungkinan besar dewasa lanjut usia sudah ada yang pensiun. Pensiun, kondisi fisik yang sudah tidak lagi kuat sementara pertumbuhan ekonomi meningkat.
b.        Segi Sosial Politik
Banyak pakar berpendapat bahwa kunci sukses untuk mengarungi kehidupan turbulensi perubahannya sangat tinggi, orang harus memiliki tiga modal, yakni intellectual capital, social capital, soft capital, and spiritual capital.
Persingan dalam kehidupan, baik itu kehidupan bisnis, kehidupan bermasyarakat, maupun kehidupan individual sangat ditentukan oleh kemampuan berinovasi. Untuk bisa berinovasi diperlukan kreatifitas yang tinggi dan pengetahuan yang luas. Teknologi informasi telah meribah dunia kerja, dari kerja yang bertumpu pada otot ke pekerjaan yang bertumpu pada otak. Pekerjaan masa sekarang lebih menuntut karyawan yang berpengetahuan (knowledge workers). Kondisi ini akan membuat jurang sosial antara mereka yang berpengetahuan (know) dan yang tidak berpengetahuan (know-not).
Mereka yang tidak memiliki pengetahuan akan tergusur dari dunia kerja (Tappscott, 1996). Selain itu ada korelasi anatara pengetahuan dan kekuasan (power).. Mereka yang mempunyai pengetahuan akan memiliki kekuasaan. Sebaliknya mereka yang mempunyai kekuasaan bisa memiliki pengetahuan, karena mereka bisa menggunakan orang yang berpengetahuan untuk kepentingan kekuasaan. Kondisi ini akan membuat jurang sosial yang lain, yakni jurang antara yang memiliki akses pada kekuasaan dan yang tidak memiliki akses pada kekuasaan. Golongan ke dua ini akan termarginalisasi dalam kehidupan. Jurang sosial ini akan menjadi pemicuk konflik yang berwujud keresahan sosial.[39] Dan inilah yang menjadi tantangan bagi dewasa lanjut usia ketika mereka yang mulai mengendur akan potensi kekuatan memori ingatan dengan sendirinya pengetahuan mereka berkurang dan itu akan mengakibatkan jurang sosial yang dalam antara dewasa lanjut usia dengan orang-orang yang masih muda dan energik. Dewasa lanjut usia dengan sendirinya akan mundur dan kurang diperhatikan.
c.         Agama
Kristus belum datang kembali, namun gereja telah memasuki abad ke-21. Beberapa pemimpin gereja mengamati sejarah 100 tahun yang lalu, di mana gereja di Eropa dan Amerika semakin melemah dan mundur, sebaliknya agama-agama lain bangkit, bertumbuh, dengan gigih maju mendobrak semua penghalang, menembus masuk ke dalam basis gereja di Eropa dan Amerika. Walaupun di negara-negara Asia memberikan keleluasaan bagi kekristenan, tetapi ketika memperkenalkan anugerah keselamatan Kristus kepada yang lain, seringkali dihalangi karena alasan "kerukunan dan ketenteraman". Sehingga tidak sedikit yang peduli akan masa depan penggembalaan gereja menjadi cemas, dan umumnya bersikap membalas, bahkan untuk menunaikan Amanat Agung sampai ke seluruh dunia, mereka siap membayar harga "lebih baik mati berkalang tanah, daripada hidup bercermin bangkai." Berdasarkan kebenaran Alkitab, kita akan melihat bagaimana Kristus menangani strategi gereja menghadapi perubahan sejarah. [40] Dan inilah yang menjadi tantangan bagi dewasa lanjut usia ialah bagimana mereka tetap bertahan dalam iman mereka sementara dunia seringkali tidak peduli akan masa depan penggembalan gereja.
II.     Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dapat dikatakan orang dewasa dimana seseorang mengalami kematangan secara hukum sekitar umur 20-40 tahun yang telah menyelesaikan pertumbuhannya yang menghadapi dunia dengan segala tantangannya, terutama dalam pekerjaan masing-masing dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat dan juga mampu mengaktualisasi diri, mampu sebagai pembimbing, memotivasi, dan juga melatih diri. Dan pada abad ke-21 ini semakin banyaknya berbagai tantangan-tantangan bagi orang dewasa yang masuk kedalam seluruh segi kehidupanya sehari-hari. Tantangan tersebut ada pada dewasa dini, dewasa madya dan juga dewasa lanjut usia baik dari segi agama, politik, budaya dan sosial, dan begitu juga pada segi kemajuan IPTEK.


                [1]….Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 289
                [2] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), 246
                [3] http://qalbinur.com/2013/02/05/periodisasi-perkembangan-masa-dewasa-awal
[4] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Edisi V, (Jakarta: Erlangga, 1980), 240
[5] .....Kamus Umum Bahasa Indonesia, 289
[6] Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), 17
                [7] http://qalbinur.com/2013/02/05/periodisasi-perkembangan-masa-dewasa-awal
                [8] Daniel Nuhamara, PAK Dewasa, (Bandung: Jurnal Infomedia,2008), 9
                [9] Richard M. Daulay, Seluruh Siswa: Bertumbuh Dalam Kristus, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 4
[10] Lydia Harlina dan S.K Satya Joewana, Peran Orangtua Mencegah Narkoba, (Jakarta: Hak Cipta, 2008), 35
                [11] Jersild, The Psychology Of Adolescene, (New York: MacMilan, 1978), 16
                [12] Earl Ziegler, Christian Education of Adult, (The Westminster Press Philadelphia), 52
                [13] Charles M. Shelton, Menuju Kedewasaan Kristen, (Yogyakarta: Kanisius,1988), 31
                [14]Paulus Lilik Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: Andi,2008),103
                [15]Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa, (Surabaya: Usaha Nasional,1980), 17-19
                [16]Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, 246
                [17] Sudirman Lase, PAK Kepada Orang Dewasa, (Medan: Mitra,2011), 10
[18] Agus Soejanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 163
                [19]  Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2005), 101
[20]Knowless, The Modern Practice of Adult Education, ( Jakarta:  Media info jurnal, 2008), 56
[21] Eli Tanya, Gereja dan Pendididkan Agama Kristen,Cipanas: STT  Cipanas, 1999), 132-138
                [22] Andi Marpaire, Psikologi Orang Dewasa, 246
                [23] Ibid., 272
                [24] Earl F. Zeigler, Christian Education Of Adults, (Philadelphia: The Westmister Press, 1989), 100
                [25] Yulia Singgih D. Gunarsa, Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 15
                [26]Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, 320-322
 [27] Ibid., 321-323
[28] Robert Gilpin, Tantangan Kapitalisme Global Ekonomi Dunia Abad ke-21, (Jakarta: Persada, 2000), 30
[29]  Sugeng Bahagijo, Globalisasi Menghempas Indonesia, (Jakarta: Pustaka LP3S, 2010) , 88
[30]  Maltimoe, Membina Jemaah Missioner, ( Jakarta: BPK-GM, 1986), 103
[31] John Nasbitt, Global Paradox, (Jakarta: Binarupa, 2000), 50
[32] John Stoot, Isu-isu Global, (Jakarta: YKBK/OMF, 2005), 42
[33] A. A. Sitompul, Manusia Dan Budaya, (Jakarta: BPK-GM, 1991), 65
[34] Mulyadi Subri, Ekonomi Suumber Daya Alam Dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), 23
[35] John Stoot, Isu-isu Global, 43
[36] Mulyadi Subri, Ekonomi Suumber Daya Alam Dalam Perspektif Pembangunan, 99
[37] W. A. Gerungan, Psiikologi Sosial, (Bandung: Eresco, 1996), 32
[38] Sugeng Bahagijo, Globalisasi Menghempas Indonesia, 76
[39] W. A. Gerungan, Psiikologi Sosial, 65
[40] Maltimoe, Membina Jemaah Missioner, 105

Tidak ada komentar:

Posting Komentar