Tantangan
Orang Dewasa Pada Abad Ke-21
I.
Pendahuluan
Pada
pelajaran minggu lalu kita sudah membahas mengenai siapa itu orang dewasa,
dimana orang dewasa adalah orang yang secara fisik sudah berhenti pertumbuhannya
dan tidak hanya itu saja melainkan sudah mampu untuk melatih diri,
mengaktualisasi diri, mengembangkan, memotivasi dan mewujudkan apa yang sudah dicita-citakannya.
Dan kita juga sudah mengetahui bagaimana hubungan orang dewasa dalam gereja,
keluarga dan masyarakat. Pada kali ini kita akan melihat apa dan bagaimana tantangan
orang dewasa di abad-21 ini.
II.
Pembahasan
1.1.
Pengertian
Orang Dewasa
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata dewasa berarti suatu keadaan yang menunjukkan akil balik yakni
berumur 15 tahun ke atas.[1]
Dikatakan orang dewasa dimana individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya
dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa
lainnya.[2]Dikatakan
orang dewasa dimana seseorang akan berusaha sedapat mungkin untuk menangani
masalah mereka secara individual.[3] Secara
etimologi, kata “adult” berasal dari
kata kerja Latin yaitu“adolescene-adolescere”,
yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan. Akan tetapi kata adult berasal dari
bentuk lampau participle dari kata kerja “adultus”,
artinya adalah telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau
“telah menjadi dewasa”. Jadi orang dewasa adalah individu yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat
bersama orang lain.[4]Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata dewasa berarti
suatu keadaan yang menunjukkan akil balik
yakni berumur 15 tahun ke atas.[5]
Orang dewasa juga dapat diartikan sebagai individu-individu yang telah memiliki
kekuatan tubuh secara maksimal dan siap berproduksi dan telah dapat diharapkan
memiliki kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta dapat diharapkan
memainkan peranannya bersama individu-individu lain dalam masyarakat.[6] Dikatakan
orang dewasa dimana seseorang akan berusaha sedapat mungkin untuk menangani
masalah mereka secara individual.[7]
1.2.
Pengertian
Orang Dewasa Menurut Beberapa Para Tokoh
·
Daniel Nuhamara
Orang dewasa adalah orang Kristen
garis depan yang menghadapi dunia dengan segala tantangannya, terutama dalam
pekerjaan masing-masing, dan juga sebagai agen dari pelaksana tugas panggilan
gereja.
a. Dari
segi ekonomi, orang dewasa telah mampu mendukung dirinya sendiri secara
financial dan mampu mencukupi kebutuhan ekonomisnya sendiri.
b. Dari
segi pendidikan, orang dapat disebut dewasa apabila telah menyelesaikan
tahun-tahun sekolahnya sebagaimana tuntutan masyarakatnya.
c. Dari
segi budaya, sosiologis dan pengetahuan, orang dewasa adalah orang yang telah
mengasumsikan semacam tanggung jawab bagi diri sendiri dan terhadap orang lain
dan juga mempunyai tingkat kemandirian dari otoritas orang tua yang tidak sama
lagi dengan remaja dan pemuda[8].
·
Richard M. Daulay
Dewasa secara jasmani artinya sudah
mengalami pertumbuhan tinggi dan berat badan secara maksimal dengan gizi yang
memadai. Agar kondisi tubuh yang sehat harus juga diperhatikan keseimbangan
antara waktu bekerja dengan waktu santai dan olahraga. Orang dewasa biasanya
menaruh perhatian khusus pada bentuk tubuh yang ramping sehingga memiliki pola
makan yang teratur.[9]
·
Lydia Harlina dan S.K
Satya Joewana
Dewasa adalah tidak dapat dipisahkan
dari arti dan tujuan. Jika telah mampu dan ingin menjadi manusia yang dapat
bertanggungjawab sendiri, yang didalamnya terdapat hal-hal yang normatif, etika
atau kesusilaan. Ada dua yangdapat dikatakan dewasa secara jasmani dan sosial.
Dikatakan dewasa secara jasmani jika ia telah mampu menghasilkan keturunan (akil baliq), dikatakan dewasa secara
sosial jika ia telah mampu hidup mandiri dan bertanggungjawab.[10]
·
Jersild
Mengartikan masa dewasa bukan hanya
diukur dari aspek kematangan tubuh, tetapi juga diukur dengan aspek psikologis.
Aspek kematangan tubuh sudah dapat dipastikan atau ditentukan sebagai orang
yang dewasa, tetapi dari aspek psikologis belum tentu orang yang berumur 22
tahun dapat dikatakan dewasa. Sebab masih banyak ditemukan orang yang berumur
22 tahun masih bersikap selayaknya anak kecil, yang bersifat egosentris, tidak
dapat mengendalikan perasaan diri, melakukan sesuatu tanpa tujuan yang pasti,
sulit menerima kritik, saran atau pendapat dari orang-orang sekitar dan tidak
mampu menempatkan diri sesuai dengan kenyataan hidup. Seseorang dikatakan jika
ia dewasa secara sosial dan jasmani.[11]
·
Earl F. Ziegler
Dikatakan orang dewasa dimana
menjadi tulang punggung bagi kepemimpinan, pengalaman dan potensi-potensi dari
gereja[12]
·
Charles M. Shelton MJ
Dikatakan dewasa adalah adanya
sikap saling memberi dan menerima (take and give) secara sehat dalam hal
perasaan, pikiran dan cita-cita.[13]
·
Paulus Lilik Kristianto
Dikatakan orang dewasa adalah
serius dengan kegiatan yang dikerjakan, pribadinya semakin matang dan mengalami
perpindahan dari masa remaja menuju dewasa muda.[14]
·
Andi Mappiare
Dikatakan orang dewasa dimana seseorang
mengalami kematangan secara hukum sekitar umur 20-40 tahun.[15]
·
B. Hurlock
Dikatakan orang dewasa ketika
seseorang yang menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam
masyarakat.[16]
·
Sudirman Lase
Dikatakan orang dewasa dimana
dimulai umur 18/19 tahun, yang mana pribadinya matang secara psikologis
bersama-sama dengan orang dewasa lainnya.[17]
·
David Chaney
Orang dewasa adalah individu yang
telah siap untuk menerima kedudukan dalam masyarakat. Sedangkan kedewasaan atau
kematangan adalah suatu keadaan bergerak maju ke arah kesempurnaan. Kedewasaan
bukanlah suatu keadaan yang statis, tetapi merupakan suatu keadaan menjadi (a
state of becoming). Adapun ciri-ciri kedewasaan adalah: menghargai orang lain,
sabar, penuh dya tahan, sanggup mengmbil keputusan, menyenamgi pekerjaan,
menerima tanggung jawab, percaya pada diri sendiri, memiliki rasa humor,
memiliki kepribadian yang utuh, seimbang, menerima diri sendiri, dan memiliki
prinsip yang kuat.[18]
·
Ramlan Surbakti
Dari segi politik, dewasa adalah
memiliki tanggungjawab yang sudah dapat terjun langsung pada msayarakat.
Disinilah dewasa sudah mengenal pada masyarakat politik, sehingga mereka
mempunyai pemikiran yang sanagt radikal.[19]
·
Knowless
Orang dewasa adalah individu yang
memiliki 4 konsep dalam kehidupannya yaitu konsep diri, pengalaman, kesiapan
belajar, dan orientasi belajar.[20]
·
R. Havighurts
Menyatakan
bahwa orang dewasa terbagi atas tiga tahap yaitu:
1. Dewasa
muda ( young adults)
Yang dimulai dari umur 16-18 tahun.
Pada masa ini yang paling banyak adalah masa-masa belajar bukan masa-masa
mengajar
2. Dewasa
setengah baya (middle adults)
Yaitu dimulai pada masa usia 35-60
tahun atau antara 40 sampai 65 tahun. Pada masa inilah orang lajimnya mencapai
puncak dalam karirnya keuangannya dan prestasinya.
3. Dewasa
usia lanjut( older adilts).
Masa ini disebut juga dengan masa
“wredatama” mereka yang berusia 60 tahun atau 55 keatas.[21]
1.3.
Pembagian Masa Dewasa
Masa
dewasa dibagi menjadi 3, yaitu:
1.3.1.
Masa
Dewasa Dini
Masa
dewasa ini dimulai dari umur sekitar 18-34 tahun, saat perubahan-perubahan
fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.[22]
Masa dewasa ini adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu
masa yang penuh dengan masalah, ketegangan emosi, periode komitmen dan masa
ketergantungan, perubahan-perubahan nilai, kreatifitas dan penyesuaian diri
pada pola hidup yang baru.[23]
Diusia seperti ini orang dewasa muda sering memiliki keragu-raguan. Mereka tahu
bahwa mereka tidak akan kembali seperti dulu lagi. Pada masa ini, mereka sangat
membutuhkan simpati, pengertian, bimbingan.[24]
Seseorang yang berada pada tingkat ini juga mengambil keputusan berdasarkan
suatu kontrak / perjanjiannbaik sosial maupun pribadi. Dalam hal hukum, dan
proses-proses yang mengubahnya pada masa kini, mereka dibimbing oleh rasionya.[25]
·
Ciri-ciri
Masa Dewasa Muda (Dini)
Berikut ini adalah
ciri-ciri masa dewasa muda adalah:[26]
a. Masa
Pengaturan
Pada
masa anak-anak dan remaja merupakan periode “pertumbuhan” dan masa dewasa
merupakan masa “pengaturan” (settle down). Pada generasi-generasi terdahulu
berada pada pandanngan bahwa jika anak laki-laki dan perempuan mencapai usia secara sah,
hari-hari kebebasan mereka telah berakhir dan saatnya telah tiba untuk menerima
tanggungjawab sebagai orang
dewasa.
b. Usia
Reproduktif
Orangtua
merupakan peran yang sangat penting dalam hidup orang dewasa. Orang yang telah menikah berperan
sebagai orangtua pada waktu ia berusia 20
tahun atau awal 30
tahunan
sebelum masa dini berakhir. Orang yang belum menikah
menyelesaikan pendidikan atau telah memulai kariernya, tidak akan menjadi
orangtua sebelum ia merasa mampu berkeluarga. Perasaan ini biasanya terjadi
sesudah umurnya sekitar awal 30an.
Bagi orang yang cepat mempunyai anak dan mempunyai keluarga besar pada awal
masa dewasa atau bahkan pada tahun-tahun terakhir masa remaja kemungkinan
seluruh masa dewasa dini merupakan masa reproduksi.
c. Masa
Bermasalah
Dengan
menurunnya tingkatan usia kedewasaan secara hukum menjadi 18 tahun pada tahun
1970, anak-anak muda telah dihadapakan kepada banyak masalah dan mereka tidak
siap untuk mengatasinya. Penyesuaian terhadap masalah-masalah dewasa dini
menjadi lebih intensif dengan diperpendeknya masa remaja, sebab masa transisi
untuk menjadi dewasa menjadi sangat pendek sehingga anak muda hampir-hampir
tidak mempunyai waktu untuk membuat peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa.
d. Masa
Ketegangan Emosional
Apabila
emosi yang menggelora yang merupakn ciri tahun-tahun awal kedewasaan masih
tetap kuat pada usia tigapuluhan, maka hal ini merupakan tanda bahwa
penyesuaian diri pada kehidupan orang-orang dewasa belum terlaksana secara
memuaskan.
e. Masa
Keterasingan Sosial
Dengan
berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang kedalam pola kehidupan
ornag dewasa, yaitu karier, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan
teman-teman kelompok sebaya semasa remaja menjadi renggang, dan berbarengan
dengan keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar ruamh akan terus berkurang.
f. Masa
Komitmen
Sewaktu
menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami perubahan tanggungjawab dari seorang
pelajar yang sepenuhnya tergantung pada orangtua menjadi orang dewasa mandiri,
maka mereka menentukan pola hidup yang baru, memikul tanggungjawab baru dan mebuat
komitmen-komitmen baru.
g. Masa
Ketergantungan
Meskipun
telah secara resmi mencapai status dewasa pada usia 18 tahun dan status ini
memberikan kebebasan untuk mandiri, banyak orang muda yang masih agak
tergantung atau bahakan tergantung pada orang lain selama jangka waktu yang
berbeda-beda.
h. Masa
Perubahan Nilai
Banyak
nilai masa kanak-kanak dan remaja berubah karena pengalaman dan hubungan sosial
yang lebih luas dengan orang-orang yang berbeda usia dan karena nilai-nilai itu
kini dilihat dari kacamata orang dewasa. Orang dewasa yang tadinya menganggap
sekolah itu suatu kewajiban yang tak berguna, kini sadar akan nilai pendidikan
sebagai batu loncatan untuk meraih keberhasilan sosial, karier dan kepuasaan
pribadi.
i. Masa
Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup Baru
Dalam masa dewasa ini gaya-gaya hidup baru paling
menonjol di bidang perkawinan dan peranorangtua. Diantara berbagai penyesuaian
diri yang harus dilakukan orang muda terhadap gaya hidup baru, yang paling umum
adalah penyesuaian diri pada pola peran seks atas dasar persamaan derajat
(egilitarian) yang membedakan pembedaan pola peran seks tradisional, serta
pola-pola baru bagi kehidupan keluarga, termasuk perceraian, berorangtua
tunggal dan berbagai pola baru ditempat pekerjaan khususnya pola baru di tempat
pekerjaan khususnya pada unit-unti kerja yang besar.
j. Masa
Kreatif
Bentuk
kraetifitas yang akan terlihat dari sesudah ia dewasa akan tergantung pada
minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan
kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang
menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreatifitas.
1.3.2.
Masa
Dewasa Menengah (Madya)[27]
Masa
dewasa menengah ini disebut masa penghasilan, karena pada masa inin seseorang
sudah menetapkan bahwa sedang proses memelihara dan meningkatkan stabilitas
ekonomi pada saat ini dan untuk masa yang akan datang. Mereka sering merasa
tidak nyaman dengan pilihan yang mereka buat semasa muda dan menganggap bahwa
pilihan-pilhan tersebut tidak berlaku lagi. Pada masa itu juga pindah kerja
atau meninggalkan keluarga merupakan hal yang biasa namun hubungan keluargayang stabil merupakan budaya Kristen.
Yang menjadi masalah utama mereka adalah perubahan fisik karena usia karena
pada usia ini biasanya merupakan awal kemerosotan atau melemahnya fungsi-fungsi
tubuh. Mereka harus membiasakan diri untuk bersikap positif.
·
Ciri-ciri
Masa Dewasa Menengah
Masa
dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai 60 tahun, yakni saat menurunnya
kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang, biasanya
juga terjadi penurunan kekuatan fisik dan diikuyti oleh penurunan daya ingat.
Walaupun pada masa ini banyak yang mengalami perubahan tersebut, lebih lambat
dari masa lalu, namun garis batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatnya
kecenderungan untuk pensiun pada usia 60-an, sengaja ataupun tidak sengaja,
usia 60-an dianggap sebagai garis batas antara usia madya dengan usia lanjut.
a.
Merupakan Periode yang
Sangat Ditakuti
Diakui bahwa semakin mendekati usia
tua, periode usia madya terasa lebih menakutkan dilihat dari segi kehidupan
manusia.
b.
Masa Stress
Penyesuaian terhadap peran dan pola
hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik,
selalu cenderung merusak homeostatis fisik dan psikologis seseorang dan membawa
ke masa stress.
c.
Merupakan Masa Transisi
Transisi merupakan berarti
penyesuaian diri terhadap minat, nilai, perilaku yang baru. Seperti halnya masa
puber, yang merupakan masa transisi dan masa kanak-kanakan ke masa remaja dan
kemudian dewasa, demikian pula usia madya merupakan masa dimana pria dan wanita
meningkatkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode
dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
d.
Masa Yang Berbahaya
Saat ini merupakan suatu masa
dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak
bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurang memperhatikan kehidupan.
e.
Usai Canggung
Sama seperti remaja, bukan
anak-anak dan juga bukan dewasa, demikian juga pria dan wanita berusia madya
bukan “muda” lagi tetapi juga bukan “tua”.
f.
Masa Berprestasi
Selama masa dewasa madya, orang
akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti dan tidak mengerjakan
sesuatu apapun lagi. Apalagi orang berusia madya mempunyai kemauan yang kuat
untuk berhasil, mereka akan mencapai puncaknya pada masa ini dan memungut hasil
dari masa – masa persiapan dan kerja keras yang dilakukan sebelumnya.
g.
Masa Evaluasi
Pada umumnya masa ini merupakan
masa saat pria dan wanita mencapai puncak prestasinya, maka logislah apabila
masa ini merupakan saat mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi
mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khusunya anggota keluarga dan
teman.
h.
Masa Jenuh
Banyak
atau hampir seluruh pria dan wanita mengalami kejenuhan pada akhir usia tiga
puluhan dan empatpuluhan.
1.3.3.
Masa
Dewasa Akhir
Masa
dewasa lanjut/senescene atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai
kematian. Pada umumnya para usia lanjut mempunyai masalah dalam menyesuaikan
diri terhadap pekerjaan dan kehidupan keluarga. Penyesuaian diri terhadap
pekerjaan dan keluarga bagi orang usia lanjut adalah sulit karena hambatan
ekonomis yang dewasa ini sangat memainkan peran penting ketimbang masa
sebelumnya. Walaupun ada bantuan keuangan dari pemerintah dalam bentuk jaminan
sosial, bantuan kesehatan dan pembagian keuntungan secara bertahap yang
diperoleh dari dana pensiun, namun mereka kadang-kadang tidak sanggup mengatasi
pelbagai problemsa hidup yang mereka hadapi.
· Ciri-ciri Usia Lanjut
a. Merupakan
Periode Kemunduran
Istilah
“keuzuran” digunakan untuk mengacu pada periode waktu selama usia lanjut
apabila kemunduran fisik sudah terjadi dan apabila sudah terdisorganisasi
mental.
b. Perbedaan
Individual Pada Efek Menua
Hal
ini menekankan dalam referensinya kepada keyakinannya popular bahwa menua itu
membuat orang sulit hidup. “Usia tua
tidak seperti anggur karena tidak pada setiap bagian dapat timbul rasa
asamnya seuai dengan usianya”
c. Usia
Tua Dinilai Dengan Kriteria yang Berbeda
Karena
arti tua itu sendiri kabur dan tidak jelas serta tidak dapat dibatasi pada anak
musa, maka orang cenderung menilai tua itu dalam hal penampilan dan kegiatan
fisik.
d. Penyesuaian
yang Buruk Merupakan Ciri-ciri Usia Lanjut
Sikap
sosial yang tidak menyenangkan bagi banyak orang usia lanjut yang nampak dalam
cara orang memperlakukan mereka, maka tidak heran lagi kalau banyak orang usia
lanjut mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan.
e. Keinginan
Menjadi Muda Kembali Sangat Kuat pada Usia Lanjut
Status
kelompok-kelompok minoritas yang dikenakan pada orang berusia lanjut secara
alami telah mengakibatkan keinginan untuk tetap muda selama mungkin dan ingin
dipermuda apabila tanda-tanda menua nampak.
1.4.
Tantangan
orang Dewasa
Pada
abad ke-21, orang dewasa memiliki tantangan didalam kehidupannya. Diantaranya
yaitu:
1.4.1.
Dewasa
Dini (18-34 tahun)
Orang
dewasa dini ialah orang-orang yang berada pada jenjang umur 18-34 tahun. Dewasa
dini ini juga disebut sebagai dari remaja ke dewasa. Seperti yang telah
dijelaskan diatas bahwa pada jenjang umur dewasa dini ialah masa kreatif, masa settle down (masa pengaturan) dan juga
usia produktif. Dan yang menjadi tantangan bagi orang dewasa pada abad ke-21
ialah:
a.
Ekonomi
Perubahan dari sistem ekonomi
kapitalisme menuju terbentuknya sistem multinational corporation. Pada abad
ke-21, telah ada pergeseran menjadi sistem ekonomi konsumerisme dengan gaya
hidup global menjadi sangat menonjol. Komoditi gaya hidup menjadi sesuatu yang
sangat penting dalam konteks ekonomi. Kecenderungan ini akan terus menguat
seiring dengan adanya perkembangan hubungan-hubungan ekonomi yang sangat cepat
dan seolah menyatukan planet bumi sebagai satu kesatuan ekonomi global.[28]
Orang dewasa dini akan terus bekerja dan bekerja untuk memenuhi yang
menjadi kebutuhaan, terkhusus apabila ia telah memiliki keluarga, maka ia mulai
berpikir akan kebutuhabn hidup dalam berkeluarga tersebut. Orang dewasa dalam hal
ekonomi harus mampu membangun organisasi pembelajaran (learning organization).
Oleh karena perubahan lingkungan strategik yang begitu cepat, orang dewasa
harus mampu belajar untuk beradaptasi pada perubahan lingkungan tersebut.
Berubahnya struktur dan mekanisme kerja organisasi menuntut sivitas akademika
untuk memiliki dosen dan staf) perlu memiliki sikap mental baru, menggunakan
pola pikir baru, dan cara kerja baru yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Untuk mampu beradaptasi pada situasi yang baru karyawan harus kreatif, inovatif,
proaktif, dan berwawasan entrepreneurial. Orang dewasa masa kini harus
berfungsi sebagai belajar, dan tugas organisasi untuk meningkatkan peluang
belajar bagi semua anggota institusi untuk terus belajar. Persaingan dalam
berbagai aspek di masa kini dan masa depan bertumpu pada persaingan pengetahuan
(knowledge based competition). Hanya melalui ‘knowledge management yang baik
orang dewasa akan sukses.[29]
b.
Agama
Kebangunan agama-agama di luar Kekristenan juga
menjadi suatu tantangan yang besar bagi iman Kristen. Semakin banyaknya kaum
cendekiawan dalam agama-agama lain dan kesadaran mereka untuk melakukan
konsolidasi juga merupakan fakta yang tidak boleh kita abaikan. [30]
Orang dewasa perlu berhati-hati dalam hal agama dan spiritualitas.
c.
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Pada milenium ketiga ini akan terjadi
pergeseran dan perubahan kehidupan sosial yang maha dahsyat, sehingga terjadi
apa yang disebut dengan cultural and social discontinuity. Perubahan yang akan
terjadi 100 tahun mendatang nampak akan melampaui perubahan yang terjadi 1000
tahun lalu baik dari segi dampaknya, kecepatannya, luasnya dan pentingnya.
Masyarakat dunia akan mengalami fenomena baru di mana seluruh tatanan sosial
akan didominasi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan
dan teknologi selain berperan dalam memacu proses globalisasi, berperan juga
untuk dipengaruhi perkembangan globalisasi. Globalisasi menyebabkan IPTEK harus
dikonsumsi oleh banyak komunitas.[31]
Dewasa dini harus mampu menyeimbangkan dalam kekreatifan dan juga ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
d.
Politik
Yang menjadi hal yang penting pada
abad ke-21 ialah perbedaan kepribadian pria dan wanita. Kehadiran
komputer dan internet telah merubah dunia kerja, dari tekanan pada kerja otot
ke kerja otak.. Implikasinya adalah perbedaan perilaku pria dan wanita semakin
mengecil. Kini semakin banyak pekerjaan kaum pria yang dijalankan oleh kaum
wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin besar porsi wanita
yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun
dalam dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah perilaku yang sebelumnya
merupakan pekerjaan pria semakin menonjol. Data yang tertulis dalam buku Megatrend for Women:From Liberation to Leadership yang ditulis oleh Patricia
Aburdene & John Naisbitt (1993) menunjukkan bahwa peran wanita dalam
kepemimpinan semakin membesar. Semakin banyak wanita yang memasuki bidang
politik, sebagai anggota parlemen, senator, gubernur, menteri, dan berbagai
jabatan penting lainnya. Selain itu semakin banyak wanita yang menjadi pimpinan
perusahaan dan sekaligus menjadi pemilik perusahaan.
Selama 54 tahun merdeka belum pernah ada wakil presiden wanita, kini di tahun 1999 indonesia suda memilikinya. Peran wanita dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan keluarga semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Amerika Serikat 75 persen dari keputusan yang menyangkut kesehatan dalam keluarga diputuskan oleh wanita. Wanita membeli 50 persen dari mobil yang terjual di Amerika. Bahkan Toyota melaporkan bahwa 60 persen pembeli mobil mereka adalah kaum wanita. Sekitar 80 persen dari belanja keperluan konsumen sehari-hari dibelanjakan oleh kaum wanita.[32] Ada hal yang positif yang pada abad ke-21 ini ialah semakin mengikisnya kestratifikasian gender yang terjadi. Dewasa dini ialah dalam masa ketegangan emosional dan inilah yang menjadi tantangannya pria yang merasa bahwa dialah yang diatas dari wanita akan terus berusaha untuk menjadi yang diatas tanpa peduli akan apapun.
Selama 54 tahun merdeka belum pernah ada wakil presiden wanita, kini di tahun 1999 indonesia suda memilikinya. Peran wanita dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan keluarga semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Amerika Serikat 75 persen dari keputusan yang menyangkut kesehatan dalam keluarga diputuskan oleh wanita. Wanita membeli 50 persen dari mobil yang terjual di Amerika. Bahkan Toyota melaporkan bahwa 60 persen pembeli mobil mereka adalah kaum wanita. Sekitar 80 persen dari belanja keperluan konsumen sehari-hari dibelanjakan oleh kaum wanita.[32] Ada hal yang positif yang pada abad ke-21 ini ialah semakin mengikisnya kestratifikasian gender yang terjadi. Dewasa dini ialah dalam masa ketegangan emosional dan inilah yang menjadi tantangannya pria yang merasa bahwa dialah yang diatas dari wanita akan terus berusaha untuk menjadi yang diatas tanpa peduli akan apapun.
e.
Budaya
Pada abad ke-21 telah lahir
kecenderungan suatu budaya dunia yang baru, budaya yang mengidealisasikan
budaya global dalam bentuk berbagai budaya dominan. Inilah yang disebut sebagai
budaya trans-nasional. Mode kebudayaan ini menjadi sangat mungkin ditunjang
oleh hubungan komunikasi yang semakin cepat dan tak berbatas.[33]
Orang dewasa dini pada tahap ini sedang mengalami perubahan-perubahan nilai
oleh sebab itu , tantangannya ialah bagaiman dewasa dini tetap memegang budaya
yang baik terus memperbaharui budaya yang baik tersebut dan menghilangkan
budaya yang tidak baik.
1.4.2.
Dewasa
Madya (35-60 tahun)
a.
Ekonomi
Di bidang ekonomi selama hampir 350 tahun kegiatan
ekonomi modern dikuasai sepenuhnya oleh pemodal asing dan dikelola oleh warga
Non-Indonesia. [34] “
Learning to do”, sasarannya adalah kemampuan kerja generasi muda untuk
mendukung dan memasuki ekonomi industri. Dalam masyarakat industri atau ekonomi
industri tuntutan tidak lagi cukup dengan penguasaan ketrampilan motorik yang
kaku melainkan diperlukan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan – pekerjaan
seperti “controlling, monitoring, maintaning, designing, organizing, yang dengan
kemajuan teknologi pekerjaan yang sifatnya fisik telah diganti dengan mesin.
Dengan kata lain, menyiapkan anggata masyarakat memasuki dunia kerja yang dalam
“technology knowledge based economy”, belajar melakukan sesuatu dalam situasi
yang konkrit yang tidak hanya terbatas kepada penguasaan ketrampilan yang
mekanistis melainkan meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang
lain, mengelola dan mengatasi konflik, menjadi penting.[35]
Tantangan bagi dewasa madya ialah dewasa bagiamana ia mempertahankan apa yang
telah ia capai sekalipun pada segi ekonomi ia sudah dapat dikatakan mapan.
b.
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Di bidang IPTEK kalau dunia sudah mengenal lembaga
Pendidikan Tinggi modern pada abad ke-11 (Bologna) dan abad ke-12 (Paris) dan
Amerika Serikat pada abad ke-17 (Harvard), Indonesia baru pada tahun 1920
dengan berdirinya Sekolah Tinggi Teknik (THS, sekarang ITB) di Bandung. Karena
itu pada tahun 1949, empat tahun setelah proklamasi, Indonesia baru memiliki 35
Insinyur, 1200 dokter, 150 dokter gigi, dua ekonom bergelar Doktor dan seorang
Fisikawan . ,”learning to know”, sasarannya adalah pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga tercapai keseimbangan dalama penguasaan
IPTEK antara negara di dunia dan tidak lagi dibagi antara negara utara-selatan.[36]
Tantangan bagi dewasa madya ialah kekreatifan yang mulai berkurang oleh karena
dari segi umur pun mereka semakin tua sehingga ketika mereka diperhadapkan
dengan zaman yang IPTEK semakin maju dan canggih mereka susah untuk mengikutinya.
c.
Segi Sosial
Pola interaksi antar manusia. Kemajuan IPTEK pada
kebanyakan rumah tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi
keluarga. Komputer yang disambungkan dengan telepon telah membuka peluang bagi
siapa saja untuk berhubungan dengan dunia luar. Program internet relay chatting
(IRC), internet, dan e-mail telah membuat orang asyik dengan kehidupannya
sendiri. Selain itu tersedianya berbagai warung internet ( warnet) telah
memberi peluang kepada banyak orang yang tidak memiliki komputer dan saluran
internet sendiri untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini
semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer.[37]
Tantangan bagi dewasa madya ialah Penyesuaian diri dengan
hidup sendiri : masalah pria lajang dan wanita lajang. Penyesuaian diri dengan
hilangnya pasangan yang diakibatkan oleh kematian dan perceraian. Dan juga
ancaman perceraian didalam perkawinan oleh karena komunikasi yang hanya lewat
komputer, handphone, atau internet.
1.4.3.
Dewasa
Lanjut Usia (60 tahun keatas)
a.
Segi
Ekonomi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mempunyai ciri eksponensial yaitu semakin lama semakin cepat, karena
hasil dari suatu tahap menjadi dasar dan alasan bagi tahap selanjutnya.
Ditinjau dari peran ekonominya teknologi merupakan pendorong utama bagi
penciptaan nilai tambah ekonomis. Nilai tambah ini dinikmati oleh para pelaku
ekonomi, sehingga menaikkan kualitas kehidupannya. Dengan naiknya kualitas
kehidupan maka semakin besar pula dorongan untuk penciptaan nilai tambah agar
peningkatan kualitas hidup itu berkesinambungan. Tidak mengherankan bahwa bukan
saja perkembangannya semakin cepat tapi peranan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam masyarakat modern bertambah lama bertambah penting.[38]
Tantangan bagi dewasa lanjut usia ialah bagaimana ia mencukupi kebutuhannya
karena pada usia kemungkinan besar dewasa lanjut usia sudah ada yang pensiun.
Pensiun, kondisi fisik yang sudah tidak lagi kuat sementara pertumbuhan ekonomi
meningkat.
b.
Segi
Sosial Politik
Banyak pakar berpendapat bahwa kunci sukses untuk
mengarungi kehidupan turbulensi perubahannya sangat tinggi, orang harus
memiliki tiga modal, yakni intellectual
capital, social capital, soft capital, and spiritual capital.
Persingan dalam kehidupan, baik itu kehidupan bisnis,
kehidupan bermasyarakat, maupun kehidupan individual sangat ditentukan oleh
kemampuan berinovasi. Untuk bisa berinovasi diperlukan kreatifitas yang tinggi
dan pengetahuan yang luas. Teknologi informasi telah meribah dunia kerja, dari kerja
yang bertumpu pada otot ke pekerjaan yang bertumpu pada otak. Pekerjaan masa
sekarang lebih menuntut karyawan yang berpengetahuan (knowledge workers).
Kondisi ini akan membuat jurang sosial antara mereka yang berpengetahuan (know)
dan yang tidak berpengetahuan (know-not).
Mereka yang tidak memiliki pengetahuan akan tergusur
dari dunia kerja (Tappscott, 1996). Selain itu ada korelasi anatara pengetahuan
dan kekuasan (power).. Mereka yang mempunyai pengetahuan akan memiliki
kekuasaan. Sebaliknya mereka yang mempunyai kekuasaan bisa memiliki
pengetahuan, karena mereka bisa menggunakan orang yang berpengetahuan untuk
kepentingan kekuasaan. Kondisi ini akan membuat jurang sosial yang lain, yakni
jurang antara yang memiliki akses pada kekuasaan dan yang tidak memiliki akses
pada kekuasaan. Golongan ke dua ini akan termarginalisasi dalam kehidupan.
Jurang sosial ini akan menjadi pemicuk konflik yang berwujud keresahan sosial.[39]
Dan inilah yang menjadi tantangan bagi dewasa lanjut usia ketika mereka yang
mulai mengendur akan potensi kekuatan memori ingatan dengan sendirinya
pengetahuan mereka berkurang dan itu akan mengakibatkan jurang sosial yang
dalam antara dewasa lanjut usia dengan orang-orang yang masih muda dan energik.
Dewasa lanjut usia dengan sendirinya akan mundur dan kurang diperhatikan.
c.
Agama
Kristus belum datang kembali, namun gereja telah
memasuki abad ke-21. Beberapa pemimpin gereja mengamati sejarah 100 tahun yang
lalu, di mana gereja di Eropa dan Amerika semakin melemah dan mundur,
sebaliknya agama-agama lain bangkit, bertumbuh, dengan gigih maju mendobrak
semua penghalang, menembus masuk ke dalam basis gereja di Eropa dan Amerika.
Walaupun di negara-negara Asia memberikan keleluasaan bagi kekristenan, tetapi
ketika memperkenalkan anugerah keselamatan Kristus kepada yang lain, seringkali
dihalangi karena alasan "kerukunan dan ketenteraman". Sehingga tidak
sedikit yang peduli akan masa depan penggembalaan gereja menjadi cemas, dan
umumnya bersikap membalas, bahkan untuk menunaikan Amanat Agung sampai ke
seluruh dunia, mereka siap membayar harga "lebih baik mati berkalang
tanah, daripada hidup bercermin bangkai." Berdasarkan kebenaran Alkitab,
kita akan melihat bagaimana Kristus menangani strategi gereja menghadapi
perubahan sejarah. [40]
Dan inilah yang menjadi tantangan bagi dewasa lanjut usia ialah bagimana mereka
tetap bertahan dalam iman mereka sementara dunia seringkali tidak peduli akan
masa depan penggembalan gereja.
II.
Kesimpulan
Jadi
dapat disimpulkan bahwa yang dapat dikatakan orang dewasa dimana seseorang
mengalami kematangan secara hukum sekitar umur 20-40 tahun yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya yang menghadapi dunia dengan segala tantangannya,
terutama dalam pekerjaan masing-masing dan siap menerima kedudukan dalam
masyarakat dan juga mampu mengaktualisasi diri, mampu sebagai pembimbing,
memotivasi, dan juga melatih diri. Dan pada abad ke-21 ini semakin banyaknya
berbagai tantangan-tantangan bagi orang dewasa yang masuk kedalam seluruh segi
kehidupanya sehari-hari. Tantangan tersebut ada pada dewasa dini, dewasa madya
dan juga dewasa lanjut usia baik dari segi agama, politik, budaya dan sosial,
dan begitu juga pada segi kemajuan IPTEK.
[4] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi
Perkembangan Edisi V, (Jakarta: Erlangga, 1980), 240
[5] .....Kamus Umum Bahasa Indonesia,
289
[6] Andi Mappiare, Psikologi Orang
Dewasa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), 17
[10] Lydia
Harlina dan S.K Satya Joewana, Peran Orangtua Mencegah Narkoba, (Jakarta: Hak
Cipta, 2008), 35
[18] Agus Soejanto, Psikologi
Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 163
[20]Knowless, The Modern Practice of
Adult Education, ( Jakarta: Media
info jurnal, 2008), 56
[21] Eli Tanya, Gereja dan
Pendididkan Agama Kristen,Cipanas: STT
Cipanas, 1999), 132-138
[28] Robert Gilpin, Tantangan
Kapitalisme Global Ekonomi Dunia Abad ke-21, (Jakarta: Persada, 2000), 30
[29] Sugeng Bahagijo, Globalisasi Menghempas Indonesia, (Jakarta:
Pustaka LP3S, 2010) , 88
[30] Maltimoe, Membina Jemaah Missioner, ( Jakarta: BPK-GM, 1986), 103
[31] John Nasbitt, Global Paradox, (Jakarta:
Binarupa, 2000), 50
[32] John Stoot, Isu-isu Global, (Jakarta:
YKBK/OMF, 2005), 42
[33] A. A. Sitompul, Manusia Dan
Budaya, (Jakarta: BPK-GM, 1991), 65
[34] Mulyadi Subri, Ekonomi Suumber
Daya Alam Dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), 23
[35] John Stoot, Isu-isu Global,
43
[36] Mulyadi Subri, Ekonomi Suumber
Daya Alam Dalam Perspektif Pembangunan, 99
[37] W. A. Gerungan, Psiikologi
Sosial, (Bandung: Eresco, 1996), 32
[38] Sugeng Bahagijo, Globalisasi Menghempas
Indonesia, 76
[39] W. A. Gerungan, Psiikologi
Sosial, 65
[40] Maltimoe, Membina Jemaah
Missioner, 105
Tidak ada komentar:
Posting Komentar