DOA DAN NYANYIAN dalam Teologi PL (Kitab
Mazmur)
I.
PENDAHULUAN
Pada
sajian kali ini kita akan membahas mengenai bagaimana doa dan nyanyian dalam
Perjanjian Lama, yaitu dalam kehidupan umat Allah dan bagaimana doa dan
nyanyian dalam kitab Mazmur secara khusus. Semoga melalui sajian ini kita
semakin memahami bagaimana doa dan nyanyian itu.
II.
PEMBAHASAN
2.1. Sekilas mengenai Kitab Mazmur
Nama
kitab Mazmur dalam LXX adalah Psalmoi. Kemudian
kata ini menunjukkan nyanyian (psalmos)
atau kumpulan nyanyian (psalterion). Nama judul kitab Mazmur
dalam bahasa Ibrani adalah tehilim artinya
puji-pujian atau nyanyian pujian. Bentuk tunggalnya adalah tehilla, terdapat dalam judul mazmur 145 dan terdapat lebih dari 23
kali dalam berbagai mazmur yang lain (mis. Mzm. 9:15; 22:26; 33:1; 34:2).[1] Dalam Septuaginta, kitab Mazmur yang disebut Psalmoi, yang artinya nyanyian-nyanyian
yang biasanya diiringi dengan musik khususnya kecapi. Dan ada juga yang menggunakan alat musik suling seperti yang terdapat
dalam Mzm. 5:1.
Kata Psalmos adalah terjemahan dari
kata Ibrani mizmor yang dipakai
sebagai judul dalam 57 mazmur. Dalam tradisi Kristen, mazmur digolongkan dalam
kelompok “kitab-kitab kebijaksanaan dan nyanyian”. Mazmur juga merupakan doa
umat Allah. Dan mazmur bukanlah terutama doa para imam yang dikuduskan untuk
menghadap Allah, bukan pula doa para raja dan tua-tua yang mengepalai bangsa,
suku dan keluarga. Mazmur adalah pertama-tama doa umat Allah yang telah
mengalami kasih setia Allah. Orang yang mendoakan mazmur berdoa sebagai anggota
umat Allah, yang memberikan jawaban kepada firman dan karya-karya Allah
terhadap umat. Hal ini menentukan cara orang Yahudi, Kristen dan Islam berdoa.
Sekalipun kita berdoa di kamar atau diperjalanan, kita datang kepada Tuhan,
sebagai anggota umat-Nya, dalam persekutuan dengan segala orang yang sejak
Abraham percaya kepada-Nya dan menaruh harapan kepada-Nya.[2] Tidak kurang dari 73 mazmur dikatakan berasal dari Daud. Penulis-penulis
lainnya yang disebut dalam judul mazmur terkait ialah: Asaf (50, 73-83), bani
korah (42-49; 84; 85; 87), Salomo (72; 127); Heman (88). Etan (89), keduanya
orang Ezrahi, dan Musa (90), masing-masing menulis satu mazmur.[3]
Adalah hal yang menarik bahwa semua judul yang menunjukkan penggunaan alat
musik dan lagu selalu dijumpai bersama dengan judul “untuk pemimpin biduan”,
hal ini berarti “supaya dibawakan dengan musik ”. Istilah mazmur ditemukan 57 kali yaitu 44
kali tersendiri dan 13 kali bersama “nyanyian”.
Istilah yang sering kita jumpai dalam kitab Mazmur adalah kata “sela”
dan terdapat juga kata higayon. Kata sela dijumpai dalam 39 mazmur dan
selurunya berjumlah 71 kali. Kata sela diterjemahkan Septuaginta dengan kata diapsalma, yang artinya “selingan
musik”. Tafsiran-tafsiran modern mengartikannya dengan:
a. Perhentian untuk menaikkan nada lagu atau suara
b. Perhentian untuk mengangkat mata dan mengulang kembali dari permulaan
c.
Tanda aba-aba bagi umat agar membungkuk dan menyentuh
tanah dengan dahinya sebagai tanda hormat, penyembahan dan ketaatan kepada
Tuhan.
Sedangkan kata “higayon,”
terdapat hanya dalam Mzm. 9:17 dan bersamaan dengan kata sela. Akar katanya
ialah haga dan dapat berarti
menggeram (Yes. 31:4; 2), menciap-ciap (Yes. 38:14; 3), mengeluh dan mengaduh
(Yes. 16:7; 4). Dan kata haga dapat
pula berarti merenungkan dan higayon, renungan
(Mzm. 19:15; Rat. 3:62). Dalam Mazmur 92:4 kata higayon, dihubungkan dengan kecapi, sehingga harus diterjemahkan
dengan “iringan kecapi”. Maka melihat semuanya itu istilah higayoni, dalam Mzm. 9:17, berarti saat istirahat untuk renungan
dan diiringi dengan kecapi.[4] Dalam
segala perayaan dan upacara yang besar dan kecil, yang umum
dan yang pribadi, dinaikkan doa. Terdapat 150 nyanyian dan doa yang terkumpul
dalam kitab Mazmur. Dalam sejarah Israel dimana umat Allah disuruh berkumpul
untuk berpuasa dan berdoa bilaman musuh mengancam negara atau bila malapetaka
membahayakan hidup bangsa. Misalnya untuk pelantikan raja baru (Mzm. 2),
pernikahannya (Mzm. 45), upacara sebelum ia pergi berperang (Mzm. 20) atau
sesudah kemenangan (Mzm. 21), yang diadakan di Bait Suci di tengah keramaian
rakyat. Selama Bait suci runtuh (antara tahun 587 dan 515) diadakan upacara
peringatan dimana diperdengarkan syair ratapan dan mazmur tertentu. Sekalipun
orang Israel suka berkumpul dan berdoa di Yerusalem pada kesempatan tertentu,
mereka bisa berdoa dimana saja. Misalnya doa di lingkungan keluarga (Mzm. 128
dan 127), dalam tradisi sinagoge juga menggunakan mazmur sebagai bahan doa
dalam kebaktian, dalam Mazmur 42-43, terdapat mazmur yang dikarang di luar
Yerusalem dan kemudian mazmur itupun dipakai orang untuk berdoa. Di dalam
ibadah Israel yang berpusat di Yerusalem menggunakan mazmur sebagai doa.[5]
2.2.
Jenis-jenis Mazmur
Kita dapat mengelompokkan jenis-jenis mazmur ke dalamm beberapa jenis,
yaitu:
I.
Pujian: terdiri atas 3 jenis yaitu:
1. Madah
Mazmur yang termasuk madah adalah Mzm. 8, 19, 29, 33,
65; 66:1-12; 100; 103; 104; 111, dll. Madah mengangungkan Tuhan, Allah Israel,
karena kebesaran dan kemuliaan-Nya dalam segala sesuatu yang diciptakan-Nya
dank arena kedashyatan-Nya. Madah
dijiwai oleh perasaan sukacita, penyembuhan dan takut yang sangat mendalam akan
keagungan Tuhan.
2. Madah “Tuhan Raja”
Mazmur-mazmur yang termasuk jenis pujian atau madah
“Tuhan Raja” ialah Mzm. 47, 93, 95-99. Dalam mazmur-mazmur ini Tuhan dipuji
sebagai Raja Israel dan Raja semesta alam. Suatu suasan kegembiraan dan pesta
sangat terasa dalam nyanyian-nyanyian ini.
3. Nyanyian-nyanyian Sion
Mazmur-mazmur yang termasuk jenis nyanyian-nyanyian
Sion, ialah Mzm. 46; 48; 76; 84; 87 dan 122. Istilah nyanyian Sion berasal dari
Kitab Suci sendiri (Mzm. 137:3). Nyanyian-nyanyian Sion mengangungkan Tuhan
karena pilihan dan perlindungan-Nya atas Yerusalem dan kehadiran-Nya yang
menyelamatkan di kota Sion itu. Sion adalah kota Allah (Mzm. 46:5; 48:2, 9;
87:3), kota Tuhan semesta alam (Mzm. 48:9; 84:2, kota Raja Besar (Mzm. 48:3)
dan kediaman Yang Maha Tinggi (Mzm. 46:5).
II.
Doa: terdiri atas 3 jenis, yaitu:
1. Permohonan
Inti permohonan adalah supaya dibebaskan dari
penderitaan yang sekarang dialami. Permohonan selalu dijiwai atau disertai dengan
pernyataan kepercayaan yang mendalam kepada Tuhan sebagai perisai dan pelindung orang yang
menderita, Allah yang penuh kasih setia (Mzm. 142:7, 143:7; 6:6; 28:1, dll).
2. Kepercayaan
Doa kepercayaan adalah ungkapan ketenangan hati,
kedamaian jiwa, kegembiraan dan kekuatan iman di tengah segala kesukaran,
tantangan dan penderitaan hidup (Mzm. 3; 4; 11; 27; 62).
3. Ucapan syukur
Tema ucapan syukur adalah karena kebaikan dan kasih
setia Tuhan (Mzm. 30:5; 97:12; 100:4; 105:1, dll).
III.
Mazmur-mazmur Raja
Pasal yang termasuk dalam mazmur-mazmur raja ialah
Mzm. 2, 18, 20, 21, 45, 72, 89, 101, 110, 132, 144:1-11. Dimana raja adalah
pejabat kerajaan Tuhan. Oleh sebab itu dia dapat memohon kepada Tuhan supaya
diberi kekuasaan atas semua raja dan penguasa di muka bumi ini (Mzm. 2:8,
18:44-48; 72:8-11; 89:26).
IV.
Pengajaran: terdiri atas 4 jenis, yaitu:
1. Kebijaksanaan
Mazmur ini bersifat mengajar atau merenungkan salah
satu tema kesayangan kebijaksanaan (Mzm. 1, 19:8-15, 34, 37, 49, 73, 112, 119,
127-128, 133).
2. Mazmur sejarah
Mazmur 78, 105, 106 biasanya disebut mazmur-mazmur
sejarah. Dimana mazmur-mazmur ini menceritakan kembali sejarah karya Tuhan
kepada Israel mulai dari pemanggilan dan pemilihan para bapak bangsa,
pengungsian ke Mesir, perbuatan-perbuatan ajaib di Mesir, perjalanan ke tanah
perjanjian, zaman para hakim dan pemilihan Daud serta Sion.
3. Mazmur kenabian
Mazmur 14, 50, 52, 75, 81, 82 dan 95 dapat disebut
mazmur-mazmur kenabian karena gaya dan isinya menyerupai firman yang
memberitakan hukuman atas Israel yang disampaikan oleh para nabi.
4. Liturgy
Unsur-unsur upacara dan perayaan liturgy Israel
terdapat pada cukup banyak mazmur, namun sukar sekali disimpulkan dari
mazmur-mazmur tersebut bagaiman liturgy Israel dirayakan atau jalannya upacara
itu sendiri. Hanya ada dua mazmur yaitu mzm. 15 dan 24 yang agak jelas
memberikan kepada kita gambaran bagaimana agaknya liturgy itu dirayakan karena
keduanya rupanya terdiri atas unsur tanya jawab.[6]
2.3. Pengertian Doa dan Nyanyian secara umum
Menurut
KBBI, doa adalah permohonan, harapan dan pujian kepada Tuhan.[7]
Doa juga dapat diartikan sebagai kebaktian yang mencakup segala sikap roh
manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah
jika ia mengakui, memuji dan mengajukan permohonannya kepada-Nya.[8]
Doa adalah hubungan atau berbicara kepada Allah, dimana doa merupakan
pernyataan dari ketergantungan manusia kepada Allah untuk segala hal yang
diperlukan. Dan dari doa itu dapat mendatangkan kuasa Allah di dalam kehidupan
manusia.[9] Sedangkan pengertian nyanyian menurut
KBBI adalah hasil menyanyi, yang dinyanyikan, lagu; atau komponen musik pendek
yang terdiri atas lirik dan lagu. Sedangkan bernyanyi adalah mengeluarkan suara
bernada, berlagu.[10]
Nyanyian juga dapat diartikan sebagai karya cipta yang terdiri atas syair dan
lagu. Nyanyian juga merupakan unsur penting dalam liturgi dan dengan nyanyian
upacara liturgi menjadi lebih agung bila dirayakan.[11]
2.4. Doa dan Nyanyian dalam PL
2.4.1.
Doa
dalam PL
Berdoa
dalam PL adalah suatu perbuatan yang penting dalam hubungan antara umat dengan
Allah. Umat Allah berbicara kepada-Nya, memanggil-Nya dan berseru kepada-Nya.
Kata doa diterjemahkan dengan arti request
(memohon), prayer (berdoa), petition (permohonan) dan intercession (perantaraan). Sejak awal
doa berkaitan dengan persembahan korban yang dikenal dengan istilah “mencari
Tuhan”. Hubungan ini penting, karena menggagaskan bahwa salah satu sikap dasar
doa adalah kepatuhan kepada kehendak Tuhan. Dalam bahasa ibrani, berdoa, פָּלַל yang diartikan, “to prayer/berdoa”. Adapun kata “פָּלַל” ini mempunyai
arti:
1. Memanggil
Tuhan untuk menilai sebuah kebutuhan dan melakukannya
2. Ketergantungan
dan kerendahan hati seseorang dalam berdoa
3. Sebuah
permohonan untuk keputusan ilahi. [12]
Untuk kata
bendanya, yaitu “doa” dalam bahasa Ibrani תְּפִלָּה .[13]
Dimana doa mengacu kepada komunikasi beraneka segi di antara orang percaya
dengan Tuhan. Di samping kata doa dan berdoa, kegiatan ini diuraikan sebagai
berseru kepada Allah (Mzm. 17:6), berseru kepada nama Tuhan (Kej. 4:26),
berseru dengan nyaring kepada Tuhan (Mzm. 3:5), mengangkat jiwa kepada Tuhan
(Mzm. 25:1), mencari Tuhan (Yes. 55:6).[14]
Sebelum manusia memanjatkan doa, Allah telah berfirman dan bertindak (pada
penciptaan), maka manusia merespon Firman dan tindakan Allah dengan
mendengarkan dan taat kepada-Nya. Namun dalam keadaan tertentu, manusia meminta
kepada Tuhan agar Tuhan mendengarkan doanya. Manusia memohon kepada Yang Maha
Kuasa, biasanya dengan menggunakan kata (dengarlah....; Kiranya Engkau
mendengar).[15]
Berdoa dalam PL juga merupakan hubungan pribadi yang dimulai oleh prakarsa
Tuhan sebagai Pencipta dan Penebus. Inti hubungan itu dalam PL adalah adanya
perjanjian Allah dengan manusia yang dinyatakan dalam Hukum Taurat. Dimana umat
Allah terpanggil untuk berserah dan bersekutu dengan Allah. Dimana hubungan ini
lebih penting daripada persembahan dan korban yang mengungkapkan hubungan ini
(Hos. 6:6). Doa mengungkapkan kasih dan pujian umat Israel kepada Allah, doa
juga merupakan sarana untuk menyatakan kasih kepada sesama. Karena berdoa dalam
PL menunjukkan tingkat keakraban yang cukup tinggi (Kej. 15:2-3; 24; 12-14,
26).[16]
Adapun yang
menjadi alasan-alasan untuk berdoa adalah:
1.
Dimana orang percaya diperintahkan oleh
Allah untuk berdoa. Perintah untuk berdoa diucapkan oleh para pemazmur (1 Taw.
16:11; Mzm. 105:4), nabi (Yes. 55:6; Am. 5:4, 6). Dimana Allah ingin bersekutu
dengan kita, melalui doa kita memelihara hubungan dengan Allah. Dalam Mazmur
145:18, “TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap
orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan”, dari sini nampak jelas bahwa
kita perlu menjalin hubungan dengan Allah dalam doa dan dengan kesetiaan dan
kesungguhan hati.
2.
Doa merupakan mata rantai penting untuk
menerima berkat dan kuasa Allah dan penggenapan dari janji-janji-Nya.
3.
Dalam rencana keselamatan bagi umat
manusia, Allah menetapkan bahwa orang percaya menjadi rekan sekerja dengan-Nya
dalam proses penebusan. Dalam arti tertentu Allah membatasi diri-Nya pada doa
umat-Nya yang kudus, percaya, dan tekun.
Di dalam
Alkitab, terdapat beberapa contoh-contoh doa yang penuh kuasa dan efektif,
yaitu sebagai berikut:
1. Ketika
Kain dan Habel berdoa dan memberi korban persembahan kepada Allah, Allah
mengindahkan doa Habel dan menolak doa Kain (Kej. 4:4). Ketika Kain berdoa
kepada Allah untuk memohon agar hukuman yang diberikan kepadanya tidak melebihi
kemampuannya maka Allah mendengarnya (Kej. 4:14-15).
2. Begitu
juga dengan Nuh, dimana setelah Nuh mengetahui apa yang diperbuat anaknya, Nuh
memohon agar Allah melakukan apa yang dikatakannya bagi ketiga anaknya (Kej.
9:25-27).
3. Simson
yang bertobat berdoa memohon satu kesempatan lagi untuk menunaikan tugas
hidupnya mengalahkan bangsa Filistin, Allah menjawab doanya dengan memberinya
kekuatan untuk merobohkan kedua tiang penyangga istana dimana mereka sedang
merayakan kuasa dewa-dewa mereka (Hak. 16:21-30).
4. Nabi
Elia mendapat jawaban atas empat doa penuh kuasa, yang semuanya memuliakan
Allah (1 Raj.17-18).
5. Raja
Hizkia menjadi sakit dan diberitahu oleh
nabi Yesaya bahwa dia akan mati (2 Raj. 20:1; Yes. 38:1). Karena merasa
bahwa hidup dan tugasnya belum selesai, Hizkia mengarahkan wajah ke tembok dan
berdoa dengan sungguh-sungguh agar Allah memberinya waktu yang lebih panjang;
maka Allah mengutus Yesaya kembali ke Hizkia untuk memastikan bahwa ia akan
disembuhkan dan hidup 15 tahun lagi (2 Raj. 20:2-6; Yes. 38:2-6).
6. Daniel
juga berdoa kepada Tuhan ketika berada di gua singa, memohon pembebasan dari
singa-singa itu, dan Tuhan mengabulkan permohonannya (Dan. 6:10, 16-22). [17]
7. Para
bapa leluhur berdoa minta tolong (Yakub, Kej. 32:10-13) dan menaikkan doa
syafaat (Abraham, Kej. 18:23-32), dimana saja (bnd. Teman mereka Eliezer, Kej.
24:12-14). Musa dikenal sebagai seorang yang berbicara kepada Allah seperti
seorang dengan sahabatnya dan sebagai pendoa untuk umat gembalaannya (Bil.
11:11-15; 13:13; 14:13-19; Ul. 9:25-29).
Di samping doa yang dinaikkan orang dalam situasi tertentu yang daiucapkan,
terdapat juga doa tertulis yang dapat digunakan orang yang datang ke Bait Allah
untuk berdoa, (1 Sam. 2:1-10). [18]
2.4.2.
Nyanyian
dalam PL
Kata
nyanyian dalam bahasa Ibrani disebut, “תְּהִלָה”, yang artinya
lagu pujian. Dan dalam bentuk jamaknya adalah “תְּהִלִם”, yang artinya
lagu-lagu/nyanyian pujian.[19]
Nyanyian dan penggunaan alat musik mula-mula yang tercatat dalam Alkitab adalah
nyanyian Miryam dalam kitab Keluaran yaitu saat Musa dan Miryam memimpin bangsa
Israel bernyanyi dan bermain musik karena Allah telah membebaskan mereka dari
bangsa Mesir. Pada waktu itu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan
nyanyian ini bagi TUHAN, yang berbunyi: “baiklah kau bernyanyi bagi TUHAN sebab
Ia tinggi luhur, ... (Kel. 15:1)”.[20]
Alkitab menghargai Daud sebagai peletak dasar bagi musik Bait Suci, dan dengan
alasan keterkaitannya dengan musik itulah, maka tradisi Ibrani menandai banyak
mazmur sebagai karangan Daud meskipun kepengarangannya tidak dapat dibuktikan.
Pada masa mudanya Daud digambarkan sebagai anak Isai orang Betlehem (1 Sam.
16:18) yang ahli memainkan kecapi (1 Sam. 16:16). Bereputasi sebagai musisi
profesional, Daud dipanggil ke istana oleh Saul dalam beberapa peristiwa untuk
menenangkan depresi sang raja: “Dan setiap kali apabila roh yang dari pada
Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul
merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur daripadanya” (1 Sam.
16:23). Dalam budaya Israel, musik dan nyanyian merupakan bagian integral dari
pesta perkawinan (Maz. 45), perayaan-perayaan panen anggur (Yes. 5:1). Nyanyian
juga diadakan di dalam perayaan kemenangan setelah pertempuran, dan nyanyian
ucapan syukur Hana (1 Sam. 2:1-10). Debora setelah kemenangan atas koalisi
raja-raja Kanaan, menyanyi: “Dengarlah, ya raja-raja! Pasanglah telingamu, ya
pemuka-pemuka! Kalau aku, aku mau bernyanyi bagi Tuhan, bermazmur bagi Tuhan,
Allah Israel” (Hak. 5:3). Dan akhirnya perempuan yang menentukan antar Yefta
dan putrinya (Hak. 11:34).[21] Situasi-situasi kehidupan dimana puji-pujian
digunakan dan dikembangkan, misalnya dalam peperangan, ucapan syukur karena
panen yang berhasil, terbebas dari musim kemarau dan penyakit, peringatan
peristiwa keluaran, perayaan-perayaan khusus seperti perayaan musiman,
perkawinan, pengurapan dan persembahan.[22]
2.5. Doa menurut Kitab Mazmur
Banyak
dari mazmur yang merupakan doa, walaupun hanya ada 5 mazmur saja yang disebut
doa dalam judulnya (Mzm. 17, 86, 90, 102, 142). Terdapat kurang lebih 60 mazmur
lengkap dan 14 bagian mazmur yang dapat disebut doa (walaupun kadang-kadang
sangat sulit untuk membedakan antara doa dengan bahan ibadat yang lain). [23]
Terdapat
beberapa jenis doa dalam kitab Mazmur, yaitu:
1.
Doa
pujian
Doa
pujian (Mzm. 117:1; Kel. 32:11), adalah doa yang memberitahukan kepada Allah
mengenai kasih dan penghormatan bagi Dia (Mzm. 95:6-7; Mzm. 135:3; 1 Taw.
29:11-12). Doa yang benar sebaiknya dimulai dengan pujian.[24]
Pujian dan permintaan mendominasi kehidupn doa Daud. Dalam Mazmur 27, Daud
memuji Allah sambil berkata: “Tuhan
adalah terangku dan keselamatanku... Tuhan adalah benteng hidupku.” Karena
iman kepada Allah dapat mengusir ketakutan, sekalipun musuh berkemah
mengepungnya. Daud mengatakan kepada Allah bahwa keinginannya yang terbesar
ialah untuk berdiam di kemah YHWH, untuk bersembunyi di tempat kediaman-Nya, di
kemah-Nya yang suci, tempat persekutuan dengan Allah. (bnd. Mzm. 95:6-7; Mzm.
135:3; 1 Taw. 29:11-12). Doa pujian ini disampaikan kepada Tuhan karena
pengalaman hidup telah mencapai keseimbangan dimana Allah membawa perasaan
sukacita yang mendalam sehingga seakan-akan meliputi seluruh penyembahan. Dalam
doa pujian ini sering terdapat kata “sebab Dia baik”, “kasih setia-Nya kekal
selamanya”. [25]
2.
Doa
permohonan
Doa
ini timbul dari pengalaman yang sulit dimana pemohon atau kelompok pemohon
membutuhkan pertolongan Tuhan. dalam hal ini terdapat dua tipe berdoa, yaitu:
1. Berdoa
untuk menyatakan rasa putus asa dan merindukan keselamatan, dan sering memakai
kata “mengapa” dan “berapa lama”. (bnd. Yos. 7:6-9; Hak. 21:2-4; 1 Raj.
17:20-21; Hak. 2:4; 3:9, 15; 4:3; 6:6; 1 Sam. 1:10-18; 27; 8:18; 9:19; Est.
4:1-3).
2. Berdoa
dengan nada yang lebih keras dimana pemohon telah berpindah juga kepada arti
kepercayaan bahwa Tuhan akan menjaga (doa percaya: Yos. 10:12; Hak. 12:8; 2
Sam. 15:30-31; 1 Raj. 3:6-9; 1 Raj. 8:55-61).
Hubungan kedua
doa ini adalah memohon sesuatu dari Tuhan dan menambah motivasi dalam diri manusia yang mengikuti campur
tangan ilahi (Hak. 11:30; 1 Sam. 1:11). [26]
C. Barth memandang doa permintaan ini mengandung kata-kata yang sering muncul
yaitu: Berseru, kadang-kadang berteriak minta tolong, sambil memanggil nama
Tuhan, mengeluh atau berkeluh kesah sambil membentangkan penderitaan, serta
mengadukannya ke hadapan Tuhan; bermohon dengan meminta perhatian, belas
kasihan, penghiburan dan pertolongan berupa firman yang pasti; memuji Tuhan
dengan mengaku salah di hadapan-Nya dan akhirnya mengaku percaya sambil
bernazar kepada Tuhan.[27]Beberapa
mazmur merupakan permohonan atas kesembuhan; khususnya ratapan untuk
membuktikan keampuhan doa dalam keadaan sakit. Di dalam mazmur 30, sebuah
ungkapan syukur atas kesembuhan dari penyakit yang serius, hubungan antara doa
dan sakit adalah jelas: “Tuhan, Allahku, kepadamu aku berteriak minta tolong,
dan Engkau telah menyembuhkan aku” (ayat 3). Mazmur 38 adalah sebuah permohonan
untuk kesembuhan bagi seseorang yang penyakitnya adalah nyata, bukan hanya
bersifat metafora: “Tidak ada yang sehat pada dagingku oleh karena amarah-Mu,
tidak ada yang selamat pada tulang-tulangku oleh karena dosaku....” (ayat 4, 6,
8). Penggambaran Yesaya atas penyakit Hizkia dan doanya untuk kesembuhan adalah
hal yang klasik. Ketika Hizkia menjadi sakit dan hampir mati, Yahweh melalui
Yesaya berkata kepadanya agar membereskan segala urusannya, “sebab engkau akan
mati dan tidak akan sembuh lagi”. Kemudian Hizkia berdoa kepada Yahweh, yang
menjawabnya, “Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sesungguhnya
Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi.[28]”
3.
Doa di
dalam kesesakan/kesulitan
Di
dalam kesulitan kita mencari pertolongan, dengan demikian kesulitan mengajar
kita untuk berdoa. “Dalam kesesakan mereka mencari Engkau, ketika hajaran-Mu
menimpa mereka, mereka mengeluh di dalam doa” (Yes. 26:16; Mzm. 50:15). Seperti
yang juga dilakukan Abraham, dimana dia berdoa atas kesesakan orang-orang benar
di Sodom (Kej. 18:23-32), dan yang dilakukan perwira bagi hambanya (Mat.
8:5-6). Meskipun kita boleh berdoa kepada Allah kapan saja, itu harus ditaati,
khususnya pada hari-hari kesesakan (Mzm. 50:15; Yes. 26:16). Allah benar-benar
menjawab doa (Mzm. 65:2). Ketika Elia berdoa “tidak ada hujan selama 3,5 tahun.
Dan dia berdoa lagi, dan langit mencurahkan hujan”, ini bukanlah khayalan
subjektif, melainkan fakta objektif. Dan kita idak berdoa hanya untuk
memenangkan diri sendiri, melainkan memanggil Allah yang hidup yang bisa dan
mau menolong kita (Mzm. 50:15). Doa Musa juga sesuai dengan kehendak Allah
(Kel. 32:13); Musa mengingatkan Allah akan janji-Nya kepada Abraham, Ishak dan
Yakub. [29]
2.6. Nyanyian dalam kitab Mazmur
Di dalam kitab mazmur terdapat beberapa jenis nyanyian
yaitu:
1. Nyanyian Pujian
Beribadah
berarti pertama-tama memuji Tuhan secara bersama-sama, seperti yang tertulis
dalam Mazmur 95:6-7; bnd. 5:8-11, “Masuklah, marilah kita sujud menyembah,
berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan
kitalah umat gembalaan-Nya”; Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian
syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian (Mzm. 100:4); Biarlah segala
yang bernafas memuji Tuhan (Mzm. 150:6).[30] Himne atau nyanyian pujian bergema dengan semangat atas orang yang
beribadat yang merasa berhadapan dengan
Allah. Dimana puji-pujian sering terdiri atas tiga unsur:
a. Panggilan untuk beribadat, yakni seorang pemimpin mendorong jemaatnya
untuk memuji Tuhan, (Mzm. 105:1, 6).
b. Gambaran tentang karya Allah atau sifat-sifat Allah yang biasanya
merupakan isi puji-pujian dan memberi motivasi untuk memuji, (Mzm. 105: 7; 43)
c.
Kesimpulan yang mengimbau puji-pujian atau ketaatan
yang baru, (Mzm. 105:45c)
Situasi kehidupan dimana puji-pujian digunakan dan dikembangkan,
misalnya kemenangan dalam peperangan, ucapan syukur karena panen berhasil,
terbebas dari musim kemarau dan penyakit, peringatan peristiwa keluaran,
perayaan musiman, perkawinan, pengurapan dan persembahan.
2. Nyanyian kemenangan
Nyanyian kemenangan (misalnya Mzm. 68) disusun menurut nyanyian penuh
semangat yang dibawakan oleh Miryam (Kel.. 15:21).
3. Nyanyian arak-arakan
Nyanyian ini menggambarkan kerinduan dan pengharapan para peziarah (Mzm.
120-136), serta penyembah pada waktu menghampiri Rumah Allah. Beberapa di
antaranya mencerminkan bahaya perjalanan maupun pengharapan akan berkat (Mzm.
84; 122). Yang lain merupakan suatu liturgi masuk (Mzm. 15; 24).
4. Nyanyian Sion
Beberapa mazmur yang berfokus pada kota Sion adalah Mazmur 46; 48; 76:3,
yang memuji Tuhan karena kehadiran-Nya yang agung.
5. Nyanyian Penobatan
Dalam beberapa mazmur (misalnya Mzm. 47; 93; 96-99) dirayakan
pemerintahan Allah sebagai Raja atas bangsa-bangsa. Ada dua unsur yang khas
yaitu:
·
Seruan dalam bentuk jamak, yang memanggil
bangsa-bangsa dan semua ciptaan untuk memuji Tuhan Allah
·
Alasan untuk memuji, misalnya kedatangan Allah (Mzm.
97:2-5), karya penyelamatan Allah atas Israel (Mzm. 99:6-7), kekuatan
(Mzm. 97:4, keagungan (Mzm. 96:6),
keadilan (Mzm. 99:4) dan kemenangan (Mzm. 47:4).
6. Nyanyian syukur Pribadi
Bentuk nyanyian-nyanyian ini sering berhubungan dengan bentuk keluhan
pribadi. Nyanyian-nyanyian ini dimaksudkan untuk digunakan setelah penyelamatan
terjadi dan keluhan-keluhan terjawab. Nyanyian-nyanyian syukur ini antara lain
terdapat dalam Mazmur 23; 30; 32; 34; 40:2-11; 66; 92; 107; 116; 138-139; 146.[31]
[1] W.S.
Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar
Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 41
[2]
Marie-Claire Barth-Froemmel, B.A. Pareira, Tafsiran
Alkitab Mazmur 1-72, Pembimbing dan Tafsirannya, (Jakarta: BPK-GM, 2012),
14
[3] A.F. Kirkpatrick, dkk, Dalam
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid 2, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 1995) , 41
[5] Ibid,
16-18
[7] W.J.S.
Poerwadarminta, KBBI, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), 254
[8] J.D.
Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini,
Jilid 1, (Jakarta: YKBK/OMF, 2001), 409
[9] J.
Wesley, Doa-Doa Dalam Perjanjian Lama, (Baandung:
Kalam Hidup, 1995), 1
[10] W.J.S.
Poerwadarminta, KBBI, 620
[11] Ernest
Maryanto, Kamus Liturgi, (Yogyakarta:
Kanisius, 2004), 141
[12] Lawrence
O. Richards, New International
Encyclopedia of Bible Words, (Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing
House, 1998), 497
[13] A. B.
Davidson, An Introductionary Hebrew
Bible, (T&T Clark, 1962), 261
[14] .... Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang:
Gandum Mas, 2000), 542
[15] Yongky
Karman, Bunga Rampai Teologi Perjanjian
Lama, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 188
[16] William
Dyrness, Tema-tema dalam Teologi
Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2004), 69
[17] .... Alkitab Penuntun Hidup, 542-544
[18]
Marie-Claire Barth-Froemmel, B.A. Pareira, Tafsiran
Alkitab Mazmur, 15
[19]Tremper
Longman & Peter Enns, Dicitionary Old
Testament, (England: Inter-Varsity Press, 2008), 300
[20] H.H.
Rowley, Ibadat Israel Kuno, (Jakarta:
BPK-GM, 2011), 204
[21] Philip
J. King & Lawrence E. Stager, Kehidupan
Orang Israel, 329-331
[22] W.S.
Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar
Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 44
[23] H. H.
Rowley, Ibadat Israel Kuno, (Jakarta:
BPK-GM, 2011), 205
[24] J.
Wesley Brill, Doa-doa Dalam Perjanjian
Lama, (Bandung: Kalam Hidup, 1999), 55
[25] Bill T.
Arnold & H.G.M. William, Dictionary
Of The Old Testament Historical Books, (USA: Intervasity Press) , 807
[26]Bill T.
Arnold & H.G.M. William, Dictionary
Of The Old Testament, 808
[27] C.
Barth, Theologia Perjanjian Lama 3, (Jakarta:
BPK-GM, 1986), 100
[28] Philip
J. King & Lawrence E. Stager, Kehidupan
Orang Israel Alkitabiah, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 93-94
[29] Edward
W. A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, (Kolportase Pusat GKPI), 183-188
[30]
Christoph Barth, Teologi Perjanjian Lama
2, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 215
Terima kasih banyak atas penjelasannya. Sangat menjadi berkat. Tuhan beserta kita🙏
BalasHapus