Senin, 14 Oktober 2013

doa dan Nyanyian dalam Mazmur


DOA DAN NYANYIAN dalam Teologi PL (Kitab Mazmur)
I.                    PENDAHULUAN
Pada sajian kali ini kita akan membahas mengenai bagaimana doa dan nyanyian dalam Perjanjian Lama, yaitu dalam kehidupan umat Allah dan bagaimana doa dan nyanyian dalam kitab Mazmur secara khusus. Semoga melalui sajian ini kita semakin memahami bagaimana doa dan nyanyian itu.
II.                  PEMBAHASAN
2.1.  Sekilas mengenai Kitab Mazmur
Nama kitab Mazmur dalam LXX adalah Psalmoi. Kemudian kata ini menunjukkan nyanyian (psalmos) atau kumpulan  nyanyian (psalterion). Nama judul kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani adalah tehilim artinya puji-pujian atau nyanyian pujian. Bentuk tunggalnya adalah tehilla, terdapat dalam judul mazmur 145 dan terdapat lebih dari 23 kali dalam berbagai mazmur yang lain (mis. Mzm. 9:15; 22:26; 33:1; 34:2).[1]  Dalam Septuaginta, kitab Mazmur yang disebut Psalmoi, yang artinya nyanyian-nyanyian yang biasanya diiringi dengan musik khususnya kecapi. Dan ada juga yang menggunakan alat musik suling seperti yang terdapat dalam Mzm. 5:1. Kata Psalmos adalah terjemahan dari kata Ibrani mizmor yang dipakai sebagai judul dalam 57 mazmur. Dalam tradisi Kristen, mazmur digolongkan dalam kelompok “kitab-kitab kebijaksanaan dan nyanyian”. Mazmur juga merupakan doa umat Allah. Dan mazmur bukanlah terutama doa para imam yang dikuduskan untuk menghadap Allah, bukan pula doa para raja dan tua-tua yang mengepalai bangsa, suku dan keluarga. Mazmur adalah pertama-tama doa umat Allah yang telah mengalami kasih setia Allah. Orang yang mendoakan mazmur berdoa sebagai anggota umat Allah, yang memberikan jawaban kepada firman dan karya-karya Allah terhadap umat. Hal ini menentukan cara orang Yahudi, Kristen dan Islam berdoa. Sekalipun kita berdoa di kamar atau diperjalanan, kita datang kepada Tuhan, sebagai anggota umat-Nya, dalam persekutuan dengan segala orang yang sejak Abraham percaya kepada-Nya dan menaruh harapan kepada-Nya.[2] Tidak kurang dari 73 mazmur dikatakan berasal dari Daud. Penulis-penulis lainnya yang disebut dalam judul mazmur terkait ialah: Asaf (50, 73-83), bani korah (42-49; 84; 85; 87), Salomo (72; 127); Heman (88). Etan (89), keduanya orang Ezrahi, dan Musa (90), masing-masing menulis satu mazmur.[3] Adalah hal yang menarik bahwa semua judul yang menunjukkan penggunaan alat musik dan lagu selalu dijumpai bersama dengan judul “untuk pemimpin biduan”, hal ini berarti “supaya dibawakan dengan musik ”.  Istilah mazmur ditemukan 57 kali yaitu 44 kali tersendiri dan 13 kali bersama “nyanyian”.  Istilah yang sering kita jumpai dalam kitab Mazmur adalah kata “sela” dan terdapat juga kata higayon. Kata sela dijumpai dalam 39 mazmur dan selurunya berjumlah 71 kali. Kata sela diterjemahkan Septuaginta dengan kata diapsalma, yang artinya “selingan musik”. Tafsiran-tafsiran modern mengartikannya dengan:
a.       Perhentian untuk menaikkan nada lagu atau suara
b.       Perhentian untuk mengangkat mata dan mengulang kembali dari permulaan
c.        Tanda aba-aba bagi umat agar membungkuk dan menyentuh tanah dengan dahinya sebagai tanda hormat, penyembahan dan ketaatan kepada Tuhan.
Sedangkan kata “higayon,” terdapat hanya dalam Mzm. 9:17 dan bersamaan dengan kata sela. Akar katanya ialah haga dan dapat berarti menggeram (Yes. 31:4; 2), menciap-ciap (Yes. 38:14; 3), mengeluh dan mengaduh (Yes. 16:7; 4). Dan kata haga dapat pula berarti merenungkan dan higayon, renungan (Mzm. 19:15; Rat. 3:62). Dalam Mazmur 92:4 kata higayon, dihubungkan dengan kecapi, sehingga harus diterjemahkan dengan “iringan kecapi”. Maka melihat semuanya itu istilah higayoni, dalam Mzm. 9:17, berarti saat istirahat untuk renungan dan diiringi dengan kecapi.[4] Dalam segala perayaan dan upacara yang besar dan kecil, yang umum dan yang pribadi, dinaikkan doa. Terdapat 150 nyanyian dan doa yang terkumpul dalam kitab Mazmur. Dalam sejarah Israel dimana umat Allah disuruh berkumpul untuk berpuasa dan berdoa bilaman musuh mengancam negara atau bila malapetaka membahayakan hidup bangsa. Misalnya untuk pelantikan raja baru (Mzm. 2), pernikahannya (Mzm. 45), upacara sebelum ia pergi berperang (Mzm. 20) atau sesudah kemenangan (Mzm. 21), yang diadakan di Bait Suci di tengah keramaian rakyat. Selama Bait suci runtuh (antara tahun 587 dan 515) diadakan upacara peringatan dimana diperdengarkan syair ratapan dan mazmur tertentu. Sekalipun orang Israel suka berkumpul dan berdoa di Yerusalem pada kesempatan tertentu, mereka bisa berdoa dimana saja. Misalnya doa di lingkungan keluarga (Mzm. 128 dan 127), dalam tradisi sinagoge juga menggunakan mazmur sebagai bahan doa dalam kebaktian, dalam Mazmur 42-43, terdapat mazmur yang dikarang di luar Yerusalem dan kemudian mazmur itupun dipakai orang untuk berdoa. Di dalam ibadah Israel yang berpusat di Yerusalem menggunakan mazmur sebagai doa.[5]
2.2.  Jenis-jenis Mazmur
Kita dapat mengelompokkan jenis-jenis mazmur ke dalamm beberapa jenis, yaitu:
I.                    Pujian: terdiri atas 3 jenis yaitu:
1.       Madah
Mazmur yang termasuk madah adalah Mzm. 8, 19, 29, 33, 65; 66:1-12; 100; 103; 104; 111, dll. Madah mengangungkan Tuhan, Allah Israel, karena kebesaran dan kemuliaan-Nya dalam segala sesuatu yang diciptakan-Nya dank arena  kedashyatan-Nya. Madah dijiwai oleh perasaan sukacita, penyembuhan dan takut yang sangat mendalam akan keagungan Tuhan. 
2.       Madah “Tuhan Raja”
Mazmur-mazmur yang termasuk jenis pujian atau madah “Tuhan Raja” ialah Mzm. 47, 93, 95-99. Dalam mazmur-mazmur ini Tuhan dipuji sebagai Raja Israel dan Raja semesta alam. Suatu suasan kegembiraan dan pesta sangat terasa dalam nyanyian-nyanyian ini.
3.       Nyanyian-nyanyian Sion
Mazmur-mazmur yang termasuk jenis nyanyian-nyanyian Sion, ialah Mzm. 46; 48; 76; 84; 87 dan 122. Istilah nyanyian Sion berasal dari Kitab Suci sendiri (Mzm. 137:3). Nyanyian-nyanyian Sion mengangungkan Tuhan karena pilihan dan perlindungan-Nya atas Yerusalem dan kehadiran-Nya yang menyelamatkan di kota Sion itu. Sion adalah kota Allah (Mzm. 46:5; 48:2, 9; 87:3), kota Tuhan semesta alam (Mzm. 48:9; 84:2, kota Raja Besar (Mzm. 48:3) dan kediaman Yang Maha Tinggi (Mzm. 46:5).
II.                  Doa: terdiri atas 3 jenis, yaitu:
1.       Permohonan
Inti permohonan adalah supaya dibebaskan dari penderitaan yang sekarang dialami. Permohonan selalu dijiwai atau disertai dengan pernyataan kepercayaan yang mendalam kepada Tuhan  sebagai perisai dan pelindung orang yang menderita, Allah yang penuh kasih setia (Mzm. 142:7, 143:7; 6:6; 28:1, dll).
2.       Kepercayaan
Doa kepercayaan adalah ungkapan ketenangan hati, kedamaian jiwa, kegembiraan dan kekuatan iman di tengah segala kesukaran, tantangan dan penderitaan hidup (Mzm. 3; 4; 11; 27; 62). 
3.       Ucapan syukur
Tema ucapan syukur adalah karena kebaikan dan kasih setia Tuhan (Mzm. 30:5; 97:12; 100:4; 105:1, dll).
III.               Mazmur-mazmur Raja
Pasal yang termasuk dalam mazmur-mazmur raja ialah Mzm. 2, 18, 20, 21, 45, 72, 89, 101, 110, 132, 144:1-11. Dimana raja adalah pejabat kerajaan Tuhan. Oleh sebab itu dia dapat memohon kepada Tuhan supaya diberi kekuasaan atas semua raja dan penguasa di muka bumi ini (Mzm. 2:8, 18:44-48; 72:8-11; 89:26).
IV.                Pengajaran: terdiri atas 4 jenis, yaitu:
1.       Kebijaksanaan
Mazmur ini bersifat mengajar atau merenungkan salah satu tema kesayangan kebijaksanaan (Mzm. 1, 19:8-15, 34, 37, 49, 73, 112, 119, 127-128, 133).
2.       Mazmur sejarah
Mazmur 78, 105, 106 biasanya disebut mazmur-mazmur sejarah. Dimana mazmur-mazmur ini menceritakan kembali sejarah karya Tuhan kepada Israel mulai dari pemanggilan dan pemilihan para bapak bangsa, pengungsian ke Mesir, perbuatan-perbuatan ajaib di Mesir, perjalanan ke tanah perjanjian, zaman para hakim dan pemilihan Daud serta Sion. 
3.       Mazmur kenabian
Mazmur 14, 50, 52, 75, 81, 82 dan 95 dapat disebut mazmur-mazmur kenabian karena gaya dan isinya menyerupai firman yang memberitakan hukuman atas Israel yang disampaikan oleh para nabi.
4.       Liturgy
Unsur-unsur upacara dan perayaan liturgy Israel terdapat pada cukup banyak mazmur, namun sukar sekali disimpulkan dari mazmur-mazmur tersebut bagaiman liturgy Israel dirayakan atau jalannya upacara itu sendiri. Hanya ada dua mazmur yaitu mzm. 15 dan 24 yang agak jelas memberikan kepada kita gambaran bagaimana agaknya liturgy itu dirayakan karena keduanya rupanya terdiri atas unsur tanya jawab.[6]
2.3.  Pengertian Doa dan Nyanyian secara umum
Menurut KBBI, doa adalah permohonan, harapan dan pujian kepada Tuhan.[7] Doa juga dapat diartikan sebagai kebaktian yang mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia mengakui, memuji dan mengajukan permohonannya kepada-Nya.[8] Doa adalah hubungan atau berbicara kepada Allah, dimana doa merupakan pernyataan dari ketergantungan manusia kepada Allah untuk segala hal yang diperlukan. Dan dari doa itu dapat mendatangkan kuasa Allah di dalam kehidupan manusia.[9] Sedangkan pengertian nyanyian menurut KBBI adalah hasil menyanyi, yang dinyanyikan, lagu; atau komponen musik pendek yang terdiri atas lirik dan lagu. Sedangkan bernyanyi adalah mengeluarkan suara bernada, berlagu.[10] Nyanyian juga dapat diartikan sebagai karya cipta yang terdiri atas syair dan lagu. Nyanyian juga merupakan unsur penting dalam liturgi dan dengan nyanyian upacara liturgi menjadi lebih agung bila dirayakan.[11]
2.4.   Doa dan Nyanyian dalam PL
2.4.1.         Doa dalam PL
Berdoa dalam PL adalah suatu perbuatan yang penting dalam hubungan antara umat dengan Allah. Umat Allah berbicara kepada-Nya, memanggil-Nya dan berseru kepada-Nya. Kata doa diterjemahkan dengan arti request (memohon), prayer (berdoa), petition (permohonan) dan intercession (perantaraan). Sejak awal doa berkaitan dengan persembahan korban yang dikenal dengan istilah “mencari Tuhan”. Hubungan ini penting, karena menggagaskan bahwa salah satu sikap dasar doa adalah kepatuhan kepada kehendak Tuhan. Dalam bahasa ibrani, berdoa, פָּלַל  yang diartikan, “to prayer/berdoa”. Adapun kata “פָּלַל” ini mempunyai arti:
1.       Memanggil Tuhan untuk menilai sebuah kebutuhan dan melakukannya
2.       Ketergantungan dan kerendahan hati seseorang dalam berdoa
3.       Sebuah permohonan untuk keputusan ilahi. [12]
Untuk kata bendanya, yaitu “doa” dalam bahasa Ibrani תְּפִלָּה .[13] Dimana doa mengacu kepada komunikasi beraneka segi di antara orang percaya dengan Tuhan. Di samping kata doa dan berdoa, kegiatan ini diuraikan sebagai berseru kepada Allah (Mzm. 17:6), berseru kepada nama Tuhan (Kej. 4:26), berseru dengan nyaring kepada Tuhan (Mzm. 3:5), mengangkat jiwa kepada Tuhan (Mzm. 25:1), mencari Tuhan (Yes. 55:6).[14] Sebelum manusia memanjatkan doa, Allah telah berfirman dan bertindak (pada penciptaan), maka manusia merespon Firman dan tindakan Allah dengan mendengarkan dan taat kepada-Nya. Namun dalam keadaan tertentu, manusia meminta kepada Tuhan agar Tuhan mendengarkan doanya. Manusia memohon kepada Yang Maha Kuasa, biasanya dengan menggunakan kata (dengarlah....; Kiranya Engkau mendengar).[15] Berdoa dalam PL juga merupakan hubungan pribadi yang dimulai oleh prakarsa Tuhan sebagai Pencipta dan Penebus. Inti hubungan itu dalam PL adalah adanya perjanjian Allah dengan manusia yang dinyatakan dalam Hukum Taurat. Dimana umat Allah terpanggil untuk berserah dan bersekutu dengan Allah. Dimana hubungan ini lebih penting daripada persembahan dan korban yang mengungkapkan hubungan ini (Hos. 6:6). Doa mengungkapkan kasih dan pujian umat Israel kepada Allah, doa juga merupakan sarana untuk menyatakan kasih kepada sesama. Karena berdoa dalam PL menunjukkan tingkat keakraban yang cukup tinggi (Kej. 15:2-3; 24; 12-14, 26).[16]
Adapun yang menjadi alasan-alasan untuk berdoa adalah:
1.       Dimana orang percaya diperintahkan oleh Allah untuk berdoa. Perintah untuk berdoa diucapkan oleh para pemazmur (1 Taw. 16:11; Mzm. 105:4), nabi (Yes. 55:6; Am. 5:4, 6). Dimana Allah ingin bersekutu dengan kita, melalui doa kita memelihara hubungan dengan Allah. Dalam Mazmur 145:18, “TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan”, dari sini nampak jelas bahwa kita perlu menjalin hubungan dengan Allah dalam doa dan dengan kesetiaan dan kesungguhan hati.
2.       Doa merupakan mata rantai penting untuk menerima berkat dan kuasa Allah dan penggenapan dari janji-janji-Nya.
3.       Dalam rencana keselamatan bagi umat manusia, Allah menetapkan bahwa orang percaya menjadi rekan sekerja dengan-Nya dalam proses penebusan. Dalam arti tertentu Allah membatasi diri-Nya pada doa umat-Nya yang kudus, percaya, dan tekun.
Di dalam Alkitab, terdapat beberapa contoh-contoh doa yang penuh kuasa dan efektif, yaitu sebagai berikut:
1.       Ketika Kain dan Habel berdoa dan memberi korban persembahan kepada Allah, Allah mengindahkan doa Habel dan menolak doa Kain (Kej. 4:4). Ketika Kain berdoa kepada Allah untuk memohon agar hukuman yang diberikan kepadanya tidak melebihi kemampuannya maka Allah mendengarnya (Kej. 4:14-15).
2.       Begitu juga dengan Nuh, dimana setelah Nuh mengetahui apa yang diperbuat anaknya, Nuh memohon agar Allah melakukan apa yang dikatakannya bagi ketiga anaknya (Kej. 9:25-27).
3.       Simson yang bertobat berdoa memohon satu kesempatan lagi untuk menunaikan tugas hidupnya mengalahkan bangsa Filistin, Allah menjawab doanya dengan memberinya kekuatan untuk merobohkan kedua tiang penyangga istana dimana mereka sedang merayakan kuasa dewa-dewa mereka (Hak. 16:21-30).
4.       Nabi Elia mendapat jawaban atas empat doa penuh kuasa, yang semuanya memuliakan Allah (1 Raj.17-18).
5.       Raja Hizkia menjadi sakit dan diberitahu oleh  nabi Yesaya bahwa dia akan mati (2 Raj. 20:1; Yes. 38:1). Karena merasa bahwa hidup dan tugasnya belum selesai, Hizkia mengarahkan wajah ke tembok dan berdoa dengan sungguh-sungguh agar Allah memberinya waktu yang lebih panjang; maka Allah mengutus Yesaya kembali ke Hizkia untuk memastikan bahwa ia akan disembuhkan dan hidup 15 tahun lagi (2 Raj. 20:2-6; Yes. 38:2-6).
6.       Daniel juga berdoa kepada Tuhan ketika berada di gua singa, memohon pembebasan dari singa-singa itu, dan Tuhan mengabulkan permohonannya (Dan. 6:10, 16-22). [17]
7.       Para bapa leluhur berdoa minta tolong (Yakub, Kej. 32:10-13) dan menaikkan doa syafaat (Abraham, Kej. 18:23-32), dimana saja (bnd. Teman mereka Eliezer, Kej. 24:12-14). Musa dikenal sebagai seorang yang berbicara kepada Allah seperti seorang dengan sahabatnya dan sebagai pendoa untuk umat gembalaannya (Bil. 11:11-15; 13:13; 14:13-19; Ul. 9:25-29).  Di samping doa yang dinaikkan orang dalam situasi tertentu yang daiucapkan, terdapat juga doa tertulis yang dapat digunakan orang yang datang ke Bait Allah untuk berdoa, (1 Sam. 2:1-10). [18]
2.4.2.         Nyanyian dalam PL
Kata nyanyian dalam bahasa Ibrani disebut, “תְּהִלָה”, yang artinya lagu pujian. Dan dalam bentuk jamaknya adalah “תְּהִלִם”, yang artinya lagu-lagu/nyanyian pujian.[19] Nyanyian dan penggunaan alat musik mula-mula yang tercatat dalam Alkitab adalah nyanyian Miryam dalam kitab Keluaran yaitu saat Musa dan Miryam memimpin bangsa Israel bernyanyi dan bermain musik karena Allah telah membebaskan mereka dari bangsa Mesir. Pada waktu itu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian ini bagi TUHAN, yang berbunyi: “baiklah kau bernyanyi bagi TUHAN sebab Ia tinggi luhur, ... (Kel. 15:1)”.[20] Alkitab menghargai Daud sebagai peletak dasar bagi musik Bait Suci, dan dengan alasan keterkaitannya dengan musik itulah, maka tradisi Ibrani menandai banyak mazmur sebagai karangan Daud meskipun kepengarangannya tidak dapat dibuktikan. Pada masa mudanya Daud digambarkan sebagai anak Isai orang Betlehem (1 Sam. 16:18) yang ahli memainkan kecapi (1 Sam. 16:16). Bereputasi sebagai musisi profesional, Daud dipanggil ke istana oleh Saul dalam beberapa peristiwa untuk menenangkan depresi sang raja: “Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur daripadanya” (1 Sam. 16:23). Dalam budaya Israel, musik dan nyanyian merupakan bagian integral dari pesta perkawinan (Maz. 45), perayaan-perayaan panen anggur (Yes. 5:1). Nyanyian juga diadakan di dalam perayaan kemenangan setelah pertempuran, dan nyanyian ucapan syukur Hana (1 Sam. 2:1-10). Debora setelah kemenangan atas koalisi raja-raja Kanaan, menyanyi: “Dengarlah, ya raja-raja! Pasanglah telingamu, ya pemuka-pemuka! Kalau aku, aku mau bernyanyi bagi Tuhan, bermazmur bagi Tuhan, Allah Israel” (Hak. 5:3). Dan akhirnya perempuan yang menentukan antar Yefta dan putrinya (Hak. 11:34).[21]  Situasi-situasi kehidupan dimana puji-pujian digunakan dan dikembangkan, misalnya dalam peperangan, ucapan syukur karena panen yang berhasil, terbebas dari musim kemarau dan penyakit, peringatan peristiwa keluaran, perayaan-perayaan khusus seperti perayaan musiman, perkawinan, pengurapan dan persembahan.[22]
2.5.  Doa menurut Kitab Mazmur
Banyak dari mazmur yang merupakan doa, walaupun hanya ada 5 mazmur saja yang disebut doa dalam judulnya (Mzm. 17, 86, 90, 102, 142). Terdapat kurang lebih 60 mazmur lengkap dan 14 bagian mazmur yang dapat disebut doa (walaupun kadang-kadang sangat sulit untuk membedakan antara doa dengan bahan ibadat yang lain). [23]
Terdapat beberapa jenis doa dalam kitab Mazmur, yaitu:
1.       Doa pujian
Doa pujian (Mzm. 117:1; Kel. 32:11), adalah doa yang memberitahukan kepada Allah mengenai kasih dan penghormatan bagi Dia (Mzm. 95:6-7; Mzm. 135:3; 1 Taw. 29:11-12). Doa yang benar sebaiknya dimulai dengan pujian.[24] Pujian dan permintaan mendominasi kehidupn doa Daud. Dalam Mazmur 27, Daud memuji Allah sambil berkata: “Tuhan adalah terangku dan keselamatanku... Tuhan adalah benteng hidupku.” Karena iman kepada Allah dapat mengusir ketakutan, sekalipun musuh berkemah mengepungnya. Daud mengatakan kepada Allah bahwa keinginannya yang terbesar ialah untuk berdiam di kemah YHWH, untuk bersembunyi di tempat kediaman-Nya, di kemah-Nya yang suci, tempat persekutuan dengan Allah. (bnd. Mzm. 95:6-7; Mzm. 135:3; 1 Taw. 29:11-12). Doa pujian ini disampaikan kepada Tuhan karena pengalaman hidup telah mencapai keseimbangan dimana Allah membawa perasaan sukacita yang mendalam sehingga seakan-akan meliputi seluruh penyembahan. Dalam doa pujian ini sering terdapat kata “sebab Dia baik”, “kasih setia-Nya kekal selamanya”. [25]
2.       Doa permohonan
Doa ini timbul dari pengalaman yang sulit dimana pemohon atau kelompok pemohon membutuhkan pertolongan Tuhan. dalam hal ini terdapat dua tipe berdoa, yaitu:
1.       Berdoa untuk menyatakan rasa putus asa dan merindukan keselamatan, dan sering memakai kata “mengapa” dan “berapa lama”. (bnd. Yos. 7:6-9; Hak. 21:2-4; 1 Raj. 17:20-21; Hak. 2:4; 3:9, 15; 4:3; 6:6; 1 Sam. 1:10-18; 27; 8:18; 9:19; Est. 4:1-3).
2.       Berdoa dengan nada yang lebih keras dimana pemohon telah berpindah juga kepada arti kepercayaan bahwa Tuhan akan menjaga (doa percaya: Yos. 10:12; Hak. 12:8; 2 Sam. 15:30-31; 1 Raj. 3:6-9; 1 Raj. 8:55-61).
Hubungan kedua doa ini adalah memohon sesuatu dari Tuhan dan menambah motivasi  dalam diri manusia yang mengikuti campur tangan ilahi (Hak. 11:30; 1 Sam. 1:11). [26] C. Barth memandang doa permintaan ini mengandung kata-kata yang sering muncul yaitu: Berseru, kadang-kadang berteriak minta tolong, sambil memanggil nama Tuhan, mengeluh atau berkeluh kesah sambil membentangkan penderitaan, serta mengadukannya ke hadapan Tuhan; bermohon dengan meminta perhatian, belas kasihan, penghiburan dan pertolongan berupa firman yang pasti; memuji Tuhan dengan mengaku salah di hadapan-Nya dan akhirnya mengaku percaya sambil bernazar kepada Tuhan.[27]Beberapa mazmur merupakan permohonan atas kesembuhan; khususnya ratapan untuk membuktikan keampuhan doa dalam keadaan sakit. Di dalam mazmur 30, sebuah ungkapan syukur atas kesembuhan dari penyakit yang serius, hubungan antara doa dan sakit adalah jelas: “Tuhan, Allahku, kepadamu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku” (ayat 3). Mazmur 38 adalah sebuah permohonan untuk kesembuhan bagi seseorang yang penyakitnya adalah nyata, bukan hanya bersifat metafora: “Tidak ada yang sehat pada dagingku oleh karena amarah-Mu, tidak ada yang selamat pada tulang-tulangku oleh karena dosaku....” (ayat 4, 6, 8). Penggambaran Yesaya atas penyakit Hizkia dan doanya untuk kesembuhan adalah hal yang klasik. Ketika Hizkia menjadi sakit dan hampir mati, Yahweh melalui Yesaya berkata kepadanya agar membereskan segala urusannya, “sebab engkau akan mati dan tidak akan sembuh lagi”. Kemudian Hizkia berdoa kepada Yahweh, yang menjawabnya, “Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi.[28]
3.       Doa di dalam kesesakan/kesulitan
Di dalam kesulitan kita mencari pertolongan, dengan demikian kesulitan mengajar kita untuk berdoa. “Dalam kesesakan mereka mencari Engkau, ketika hajaran-Mu menimpa mereka, mereka mengeluh di dalam doa” (Yes. 26:16; Mzm. 50:15). Seperti yang juga dilakukan Abraham, dimana dia berdoa atas kesesakan orang-orang benar di Sodom (Kej. 18:23-32), dan yang dilakukan perwira bagi hambanya (Mat. 8:5-6). Meskipun kita boleh berdoa kepada Allah kapan saja, itu harus ditaati, khususnya pada hari-hari kesesakan (Mzm. 50:15; Yes. 26:16). Allah benar-benar menjawab doa (Mzm. 65:2). Ketika Elia berdoa “tidak ada hujan selama 3,5 tahun. Dan dia berdoa lagi, dan langit mencurahkan hujan”, ini bukanlah khayalan subjektif, melainkan fakta objektif. Dan kita idak berdoa hanya untuk memenangkan diri sendiri, melainkan memanggil Allah yang hidup yang bisa dan mau menolong kita (Mzm. 50:15). Doa Musa juga sesuai dengan kehendak Allah (Kel. 32:13); Musa mengingatkan Allah akan janji-Nya kepada Abraham, Ishak dan Yakub. [29]
2.6.  Nyanyian dalam kitab Mazmur
Di dalam kitab mazmur terdapat beberapa jenis nyanyian yaitu:
1.        Nyanyian Pujian
Beribadah berarti pertama-tama memuji Tuhan secara bersama-sama, seperti yang tertulis dalam Mazmur 95:6-7; bnd. 5:8-11, “Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya”; Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian (Mzm. 100:4); Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan (Mzm. 150:6).[30] Himne atau nyanyian pujian bergema dengan semangat atas orang yang beribadat yang merasa  berhadapan dengan Allah. Dimana puji-pujian sering terdiri atas tiga unsur:
a.       Panggilan untuk beribadat, yakni seorang pemimpin mendorong jemaatnya untuk memuji Tuhan, (Mzm. 105:1, 6).
b.       Gambaran tentang karya Allah atau sifat-sifat Allah yang biasanya merupakan isi puji-pujian dan memberi motivasi untuk memuji, (Mzm. 105: 7; 43)
c.        Kesimpulan yang mengimbau puji-pujian atau ketaatan yang baru, (Mzm. 105:45c)
Situasi kehidupan dimana puji-pujian digunakan dan dikembangkan, misalnya kemenangan dalam peperangan, ucapan syukur karena panen berhasil, terbebas dari musim kemarau dan penyakit, peringatan peristiwa keluaran, perayaan musiman, perkawinan, pengurapan dan persembahan.
2.       Nyanyian kemenangan
Nyanyian kemenangan (misalnya Mzm. 68) disusun menurut nyanyian penuh semangat yang dibawakan oleh Miryam (Kel.. 15:21).
3.       Nyanyian arak-arakan
Nyanyian ini menggambarkan kerinduan dan pengharapan para peziarah (Mzm. 120-136), serta penyembah pada waktu menghampiri Rumah Allah. Beberapa di antaranya mencerminkan bahaya perjalanan maupun pengharapan akan berkat (Mzm. 84; 122). Yang lain merupakan suatu liturgi masuk (Mzm. 15; 24).
4.       Nyanyian Sion
Beberapa mazmur yang berfokus pada kota Sion adalah Mazmur 46; 48; 76:3, yang memuji Tuhan karena kehadiran-Nya yang agung.
5.       Nyanyian Penobatan
Dalam beberapa mazmur (misalnya Mzm. 47; 93; 96-99) dirayakan pemerintahan Allah sebagai Raja atas bangsa-bangsa. Ada dua unsur yang khas yaitu:
·         Seruan dalam bentuk jamak, yang memanggil bangsa-bangsa dan semua ciptaan untuk memuji Tuhan Allah
·         Alasan untuk memuji, misalnya kedatangan Allah (Mzm. 97:2-5), karya penyelamatan Allah atas Israel (Mzm. 99:6-7), kekuatan (Mzm.  97:4, keagungan (Mzm. 96:6), keadilan (Mzm. 99:4) dan kemenangan (Mzm. 47:4).
6.       Nyanyian syukur Pribadi
Bentuk nyanyian-nyanyian ini sering berhubungan dengan bentuk keluhan pribadi. Nyanyian-nyanyian ini dimaksudkan untuk digunakan setelah penyelamatan terjadi dan keluhan-keluhan terjawab. Nyanyian-nyanyian syukur ini antara lain terdapat dalam Mazmur 23; 30; 32; 34; 40:2-11; 66; 92; 107; 116; 138-139; 146.[31]


[1] W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 41
[2] Marie-Claire Barth-Froemmel, B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Mazmur 1-72, Pembimbing dan Tafsirannya, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 14
[3] A.F. Kirkpatrick, dkk, Dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid 2, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995) , 41
[4] Marie-Claire Barth-Froemmel, B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Mazmur, 32, 38-39
[5] Ibid, 16-18
[6] Marie-Claire Barth-Froemmel, B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Mazmur, 52-71
[7] W.J.S. Poerwadarminta, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 254
[8] J.D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid 1, (Jakarta: YKBK/OMF, 2001), 409
[9] J. Wesley, Doa-Doa Dalam Perjanjian Lama, (Baandung: Kalam Hidup, 1995), 1
[10] W.J.S. Poerwadarminta, KBBI, 620
[11] Ernest Maryanto, Kamus Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 141
[12] Lawrence O. Richards, New International Encyclopedia of Bible Words, (Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1998), 497
[13] A. B. Davidson, An Introductionary Hebrew Bible, (T&T Clark, 1962), 261
[14] .... Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2000), 542
[15] Yongky Karman, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 188
[16] William Dyrness, Tema-tema dalam Teologi Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2004), 69
[17] .... Alkitab Penuntun Hidup, 542-544
[18] Marie-Claire Barth-Froemmel, B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Mazmur, 15
[19]Tremper Longman & Peter Enns, Dicitionary Old Testament, (England: Inter-Varsity Press, 2008), 300
[20] H.H. Rowley, Ibadat Israel Kuno, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 204
[21] Philip J. King & Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel, 329-331
[22] W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 44
[23] H. H. Rowley, Ibadat Israel Kuno, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 205
[24] J. Wesley Brill, Doa-doa Dalam Perjanjian Lama, (Bandung: Kalam Hidup, 1999), 55
[25] Bill T. Arnold & H.G.M. William, Dictionary Of The Old Testament Historical Books, (USA: Intervasity Press) , 807
[26]Bill T. Arnold & H.G.M. William, Dictionary Of The Old Testament, 808
[27] C. Barth, Theologia Perjanjian Lama 3, (Jakarta: BPK-GM, 1986), 100
[28] Philip J. King & Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 93-94
[29] Edward W. A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, (Kolportase Pusat GKPI), 183-188
[30] Christoph Barth, Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 215
[31] W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian, 44-54

1 komentar:

  1. Terima kasih banyak atas penjelasannya. Sangat menjadi berkat. Tuhan beserta kita🙏

    BalasHapus