Teologi
Sistematika Dalam Gereja Methodist
I.
Pendahuluan
Setelah
kita mempelajari defenisi Teologi Sistematika hingga hubungan dengan
bidang-bidang Teologi lain, maka kita sampailah kepada pembahasan Teologi
Sistematika dan hubungannya dengan Gereja. Pada sajian kita kali ini kami akan
membahas Teologi Sistematika dengan Gereja Methodist. Semoga sajian kita kali
ini menambah wawasan dan membantu kita
dalam memahami Teologi Sistematika.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Teologi Sistematika
Istilah
Teologi berasala dari akar kata Yunani “Theos” dan “Logos”, “theos” yang
berarti Allah, “logos” berrati perkataan atau firman atau wacana. Jadi, makna
istilah Teologi adalah wacana ilmiah mengenai Allah. Dengan kata lain, ilmu
Teologi adalah bidang studi ilmiah yang melayani Gereja yang diutus kedalam
dunia dalam usahanya untuk memahami dan menghayati karya Allah, seusai
firmanAllah yang hidup, hal ini berarti, bahwa ilmu teologia secara kritis
meninjau praktik dan misi Gereja dalam terang kebenaran Firman Allah.[1]
Pengertian
Teologi Sistematika adalah pengumpulan dan pembahasan pengertian seluruh
pengajaran Alkitab dalam berbagai pokok, kemudian dirumuskan dan ditata menurut
tatanan yang logis atau (secara sistematis) sehingga memberikan pengetahuan
yang menyeluruh tentang apa yang kita percayai.[2]
2.2.
Sejarah Singkat Gereja Methodist
Aliran
Methodist muncul pada abad ke-18 dan menandai bangkitnya semangat kebangunan
Rohani (Revival), mula-mula di Inggris kemudian menyebar keseluruh dunia. Tokoh
utamanya adalah dua bersaudara Weskey: John dan Charles.[3]
Methodisme pada mulanya merupakan nama ejekan terhadap sebuah wadah keagamaan
di Oxford yang dikenal juga dengan nema Perhimpunan Kudus. Munculnya gerakan
methodisme sebenarnya bermula dari pertobatan yang dialami oleh John Wesley
pada 24 Mei 1738. Dia merasakan hatinya dibakar dan merasa dibenarkan dalam
Kristus. Hanya didalam Kristus ada Keselamatan dan keselamatan itu telah
dikaruniakan kepadanya. John Wesley mengkhotbahkan tentang pertobatannya
sehingga banyak orang yang bertobat dan menjadi pengikutnya. Mereka inilah yang
dikenal dengan Methodis. Orang-orang Methodis kemudian keluar dari Gereja
Anglikan serta mengorganisir gereja sendiri pada tahun 1795 yang bernama Gereja
Methodis.
2.3.
Pokok-pokok ajaran Gereja Methodis
2.3.1.
Pembenaran
Iman
Pembenaran iman adalah pengampunan dosa.
Allah membenarkan manusia melalui karya pendamaian oleh darah anak-Nya.[4]
Segala berkat yang diberikan Tuhan Allah kepada manusia datang karena kasih
karunia-Nya, karena kemurahan-Nya, karena anugrah-Nya. Kemuraha apa saja yang
terdapat pada manusia, itu adalah kasih karunia Allah. Perbuatan yang baik
betapapun banyaknya, betapapun sucinya, tidak berasal dari manusia tetapi
berasal dari Allah. Perbuatan yang berasal dari manusia semuanya kurang suci
dan mengandung dosa didalamnya. Dengan sendirinya masing-masing perbuatan itu
memerlukan penebusan.[5]
2.3.2.
Kelahiran
Baru
Menurut John Wesley, ajaran pembenaran
oleh iman dengan kelahiran baru ibarat satu mata uang dengan dua sisi. Keduanya
tidak dapat dipisahkan walau dapat dibedakan. Pada saat Allah bertindak
mengampuni kita, pada saat itu juga Allah bertindakj menciptakan kita secara
baru.
Orang yang telah lahir baru mulai dapat
melihat kemuliaan Allah dengan mata rohaninya. Bukti bahwa seseorang telah
lahir baru ialah mempunyai iman, pengharapan dan kasih (1 Kor 13: 13).
Kelahiran baru sama dengan pembenaran oleh iman, adalah syarat mutlak untuk
memperoleh hidup yang kekal. Siapa yang tidak dilahirkan kembali, ia tidak
dapat masuk kedalam Kerajaan Allah (Yoh 3: 5).[6]
2.3.3.
Kepastian
Keselamatan
Menurut John Wesley, meanusia mengetahui
bahwa Allah telah membenarkannya, bahwa Allah telah mengampuni dosa-dosanya dan
bahwa Allah telah menciptakannya menjadi manusia baru. Kepastian keselamatan
ialah kesaksian Roh Kudus kepada Roh kita yang meyakinkan bahwa kita adalah anak Allah (Rm 8:16), bahwa
kita dikasihi Yesus Kristus, bahwa Yesus Kristus telah menyerahkan hidup-Nya
untuk kita, bahwa semua dosa kita telah diampuni dan diperdamaikan dengan
Allah.
Gereja Methodis meyakini bahwa kehidupan
orang Kristen merupakan kehidupan yang berdasarkan hubungan pribadi dengan
Kristus. Hubungan itu diibaratkan seperti hubungan suami-istri. Pada mulanya
hubungan itu baru dalam tahap saling mengenal dan terbatas, tetapi hubungan itu
makin lama semakin dekat, sehingga lahirlah keyakinan dan kepastian bahwa
mereka saling mengasihi.[7]
2.3.4.
Kesempurnaan
Kristen
Istilah-istilah yang sinonim dengan
Kristen ialah kesucian hidup atau pengudusan hidup. Sebagai penindak lanjutan
dari pembenaran oleh iman maka terjadilah dalam jidup kita proses pengudusan
hidup, menuju pada kesempurnaan.
Menurut John Wesley, ajaran tentang
kesempurnaan ini berhubungan dengan kasih. Ini menyangkut pertumbuhan kasih
kristiani yang dimiliki seseorang. Sejauh mana seseorang mengasihi Allah dengan
segenap hati, jiwa, akal budi dan mengasihi sesame manusia seperti diri
sendiri, sejauh itulah kesempurnaan hidup seseorang. Semua orang Kristen menuju
kasih yang sempurna itu.[8]
2.3.5.
Penebusan
Universal
Berbeda dari Calvin yang menyatakan
bahwa Allah melalui penebusan Kristus hanya menyelamatkan orang-orang yang
telah lebih dahulu ditetapkan dan dipilih-Nya. Wesley mengaskan bahwa penebusan
dan keselamatan disediakan Allah bagi semua orang yang mau menerimanya. Kristus
mati untuk semua orang. Pengharapan dan janji bukanlah hanya untuk segelintir
orang, melainkan untuk setiap orang.[9]
2.3.6.
Jatuh
dan Kehilangan Kasih Karunia
Kendati penebusan dan keselamatan
disediakan bagi semua orang dan kendati seseorang telah menerimanya, bisa saja
bahwa pada akhirnya ia kehilangan kasih karunia Allah itu. Sebab bisa saja pada
akhir hidupnya ia murtad. Dengan ini sekaligus ditolak pandangan Calvin bahwa
bila seseorang telah ditetapkan dan dipilih Allah sejak semula untuk selamat,
ia tidak akan mungkin kehilangan keselamatan itu. Tetapi kodrat manusia adalah
lemah dan dosa masih berkuasa. Karena adanya kemungkinan untuk jatuh dan
kehilangan kasih karunia ini, maka gereja Methodis senada dengan ajaran Tuhan
Yesus yang selalu mengingatkan umat beriman agar waspada dan berdoalah, agar
kamu jangan jatuh dalam pencobaan.
2.3.7.
Dosa
Warisan
Wesley percaya bahwa kerusakan kesegambaran
itu tidak total. Dia mengartikan kesegambaran manusia dengan Allah terdiri dari
dua unsur, yaitu natural image dan moral image. Natural image meliputi
spiritualitas, intelektualitas, kebebasan kehendak, ketidakfanaan dan kemampuan
memakai ciptaan. Moral image ialah kebenaran, kesucian, dan kasih yang dimiliki
manusia sejak diciptakan segambar dengan Allah. Wesley mengatakan bahwa ketika
manusia jatuh kedalam dosa yang rusak total itu ialah moral image, sedangkan
natural image tidak hilang.[10]
2.3.8.
Anugerah
Menurut
John Wesley, ada tiga tahap proses Anugerah Allah terhadap manusia, anugerah
tersebut adalah:
A.
Anugerah
Pendahuluan (Previent Grace)
Anugerah pendahuluan adalah anugerah
yang telah diberikan Allah kepada manusia sebelum manusia bertobat dan menerima
Allah. Menurut john Wesley, semua manusia tanpa terkecuali sudah menerima
anugerah pendahuluan ini, baik kafir, Yahudi, Islam dan sebagainya. Anugerah
pendahuluan ini dilukiskan oleh John Wesley bagaikan teras sebuah rumah. Semua
orang sudah ada pada teras keselamatan. Oleh karena itu, bagi John Wesley tidak
adil mengatakan bahwa orang yang bukan Kristen itu semua dihukum oleh Tuhan
Allah.
B.
Anugerah
Pembenaran (Justifying Grace)
Anugerah ppembenaran adalah anugerah
pertobatan, ketika manusia mengalami sendiri pengampunan dosanya dan percaya
bahwa Allah sudah memberikan “grasi” atas hukuman dosanya. Anugerah pertobatan
belum merupakan Akhir dari prosess anugerah. John Wesley menggambarkannya
sebagai pintu gerbang (gate) dari
rumah keselamtan itu. Anugerah pembenaran adalah karya allah pada manusia
melalui Yesus Kristus.
C.
Anugerah
Pengudusan (Sanctifying Grace)
Anugerah pengudusan adalah anugerah yang
Allah berikan pada manusia lewat karya Roh kudus sehingga manusia dapat
bertumbuh kearah kedewasaan. John Wesley menggambarkan hubungan anugerah
pembenaran dengan anugerah pengudusan dengan kelahiran manusia secara jasmani.
Seperti kelahiran bayi dari rahim ibunya, bayi itu tidak cukup hanya
dilahirkan, tetapi ia juga harus bertumbuh. Saat kelahiran merupakan anugerah
pembenaran, sementara proses pertumbuhan dalam waktu lama merupakan anugerah
pengudusan. Hal itu digambarkan oleh John Wesley seperti sebuah rumah
keselamatan.[11]
2.3.9.
Sakramen
Sakramen yang ditentukan oleh Kristus
bukanlah tanda atau lambang pengakuan orang Kristen, melainkan merupakan tanda
anugerah dan kemurahan Allah kepada kita. Dia bekerja dalam batin kita untuk
menghidupi dan memperteguh iman kita. Didalam gereja methodis ada dua sakramen
yang dipakai mereka, yaitu:
a. Baptisan
Kudus
Baptisan bukan hanya suatu tanda
pengkuan iman atau tanda yang membedakan orang Kristen dengan orang yang belum
dibaptis. Tetapi juga adalah suatu tanda kejadian atau kelahiran baru, dan
baptisan anak tetap dipertahankan.
b. Perjamuan
Kudus
Perjamuan kudus bukan hanya suatu tanda
kasih dan harus dimiliki setiap orang Kristen, tetapi suatu sakramen mengenai
penebusan manusia oleh karena kematian Yesus.[12]
[1] E.G.
Singgih, Apa Itu Teologi?, Jakarta:
BPK-GM, 2003, 6-17
[2] Rekaman
perkuliahan Pengantar Teologi Sistematika
[3] Jan. S.
Aritonang, Berbagai Aliran didalam dan
Disekitar Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2008, 145
[4] Richard
M. Daulay, Mengenal Gereja Methodis
Indosnesia, Jakarta: BPK-GM, 2004, 19
[5] Seung
Myung Ja Kim, Permulaan Gerakan Methodist,
SUMUT: STT-GMI Bandar Baru, 2001, 53-54
[6] Richard Daulay,
Mengenal Gerja Methodis, op.cit, 20
[7] Ibid, 21
[8] Ibid, 22-23
[9] Jan S., Berbagai Aliran, Op.cit,. 163
[10]Richard
Daulay, Mengenal Gerja Methodis, op.cit,
21
[11] Ibid, 26-27
[12]
http/www.wikipedia.org/sejarahgerejamethodis.com, diakses tanggal 25 november
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar