Penafsiran Ezra 4: 1-10 Menggunakan Metode Kanonikal
I.
Pendahuluan
Ezra merupakan salah satu dari kita sejarah yang
berisikan sejarah bangsa Israel, dengan demikian perlu diadakan pengkajian yang
sangat mendukung. Pada kesempatan kali ini kami penafsir mencoba menafsirkan
sari kitab Ezra 4:1-10 menggunakan metode kanonikal. Semoga sajian kami ini
membantu kita semua.
II.
Pembahasan
2.1.Latar
Belakang Kitab Ezra
Kitab Ezra sama seperti halnya kitab Rut, Ayub, Ester dan
lain-lain dinamakan menurut toohoh utamanya. Kitab Ezra mencatat penggenapan
janji Allah kepada bangsa Israel melalui Yeremia bahwa dia akan membawa mereka
kembali ke negeri mereka sesudah pembuangan selama 70 tahun. Melalui
pertolongan dan perlindungan 3 Raja Persia (Koresy, Darius dan Artahsasta) dan
kepemimpinan tokoh-tokoh Yahudi yang perkasa seperti Zerubabel.[1]
Pada masa pemulihan ini Yehuda merupakan bagian kecil dari sebuah provinsi
Persia yang besar. Kehidupan politik serta agamanya bergantung pada kekuasan
dan kebijaksanaan Persia.[2]
Kejadian-kejadian yang diceritakan dalam kitab Ezra berlangsung pada bagian
pertama periode Persia, yang dimulai pada
tahun 538 SM samapi sesudah tahun 400 SM. Bagi orang-orang Yahudi, masa
itu masa kepulangan dan perbaikan. Selama beberapa generasi, kelompok-kelompok
orang Yahudi buangan di Babel mulai kembali pulang ke tanah air mereka, Yehuda
di bagian selatan Palestina.[3]
2.2.Penulis
dan waktu Penulisan
Pandangan dari mayoritas diantara para ahli Alkitab
dewasa ini, tanpa menghiraukan keyakinan teologisnya, menghubungkan gabungan
kitab Ezra-Nehemia dengan penulis Tawarikh dari pasc pembuangan. Dianggap bahwa
penyusun kitab-kitab Tawarikh juga menyunting kitab Ezra-Nehemia, karena II
Taw.36: 22-23 merupakan suatu kolofon, atau
tulisan penutup, yang mensyaratkan
ayat-ayat pembukaan dari Ezra 1:1-2. Tradisi Yahudi menyebutkan Ezra,
ahli Alkitab itu, sebagai penulis Tawarikh dari sejarah masa pasca pembuangan
sebagaimana dipaparkan dalam I,II Tawarikh dan Ezra-Nehemia (demikian juga
menurut Talmud Babilonia: Baba Bathra 15a).
Walaupun pikiran ini tetap merupakan suatu kemungkinan, kebanyakan penafsir
berangggapan bahwa penulis Tawarikh itu adalah seorang penyusun anonim dari
sumber-sumber sejarah ibrani.[4]
2.3.Tujuan
Kitab
Kitab ini ditulis untuk menunjukkan pemeliharaan dan
kesetiaan Allah dalam memulihkan kaum sisa Yahudi dari pembuangan mereka di
Babel, yaitu dengan menggerakkan hati tiga Raja Persia yang berbeda agar
membantu umat Allah unuk kembali ke negeri mereka, menetap kembali di Yerusalem
dan membangun kembali bait suci serta menyediakan para pemimpin yang saleh dan
handal untuk memimpin kaum sisa yang kembali dalam suatu kebangunan ibadah,
komitmen padda firman Allah dan pertobatan dari ketidak setiaan kepada Allah.[5]
2.4.Struktur
Kitab
Menurut Andrew E. Hill & John H. Walton dalam bukunya Survei Perjanjian Lama
menuliskan struktur kitab Ezra sebagai berikut:
A. Kisah
Sesbazar dan Zerubabel
a.
Dekrit
Koresy (1: 1-4)
b.
Pemulangan
di bawah Sesbazar (1: 5-11)
c.
Pemulangan
di bawah Zerubabel (2)
d.
Pembanguan
kembali mezbah dan Bait suci (3-6)
B. Riwayat
hidup Ezra
a.
Kedatangan
Ezra (7-8)
b.
Pembaharuan
agama dan sosial yang diadakan Ezra (9-10)[6]
Sedangkan menurut J. Bloommendal bahwa struktur kitab
Ezra adalah sebagai berikut:
Pasal
1 : Orang Yehuda kembali ke Yerusalem.
Pasal
2 : Daftar nama-nama orang yang kembali ke Yerusalem.
Pasal
3 : Pembangunan mezbah dan dasar Bait suci yang baru.
Pasal
4 : Kesulitan-kesulitan dalam pembangunan Bait Suci
Pasal
5-6 : Pembangunan dilanjutkan lagi sesudah
pertentangan-pertantangan diakhiri.
Pasal
7-8 : Ezra di perintahkan ke Yerusalem oleh Raja Artaxerxes
untik memperbaiki kebaktian dalam bait
Pasal
9-10 : Tindakan-tindakan Ezra melawan perkawinan campuran.[7]
Kami
para penyaji lebih setuju terhadap struktur kitab Ezra yang menurut kami lebih
cocok menjadi struktur kitab yang di sajikan oleh J. Bloommendal.
2.5.Struktur
teks
Ayat
1-2 : musuh orang Yehuda dan Benyamin
memohon untuk turut ikut membangun bait suci.
Ayat
3-4 : orang-orang di negeri yang di
tuju orang Yehuda dari pembuangan melemahkan semangat orang Yehuda yang ingin
membangun bait suci.
Ayat
5-10 : terjadi penyogokan sejak zaman
Koresh-Artahsasta terhadap orang-orang Yehuda agar menetap di Samaria oleh
musuh-muusuh orang Yehuda.
2.6.Kedudukan
Kitab Ezra dalam Kanon
Kedudukan kitab Ezra dalam kanon Alkitab, Kitab Ezra
ditempatkan dalam kumpulan kitab sejarah yang kedua, sesudah Kitab I-II
Tawarikh. Sedangkan dalam kanon Ibrani, kitab-kitab itu termasuk dalam bagian
ketiga (“Kitab-kitab”) dan ditempatkan sebelum kitab Tawarikh, meskipun secara
kronologis isinya merupakan lanjuta kitab Tawarikh itu.[8]
2.7.Analisa
Teks
2.7.1. Perbandingan
bahasa
Dalam perbandingan bahasa kami penyaji menggunakan
Alkitab LAI, KJV, BBT dan dibandingkan dengan Teks Masora.
Ayat 1: tidak ada perbedaan yang signifikan.
Ayat 2:
LAI : Serta
para kepala kaum keluarga
KJV : and the
heads of the fathers’ houses (dan kepala-kepala dari bapak-bapak keluarga)
BBT : angka induk
i marompuompu (para tua-tua keluarga)
TM : הׇֽאׇבׄוׄת וְאֶ־רָאשֵׁי
(and the heads of the fathers= dan para kepala kaum bapak)
Yang mendekati Tekas Masora adalah KJV
Ayat 3:
LAI : Bukanlah
urusan kita bersama, sehingga kamu dan kami membangun
KJV : You may
do nothing with us to build (kalian tidak mungkin membangun bersama kami)
BBT : Ndang
tama rap hamu dohot hami paulihon (tidaklah baik kalian bersama kami membangun)
TM : לֽאֹ־לׇ֣כֶם וׇ֯לׇ֔נוּ לִבְנ֥וֹׄת
( not to you but to us in building= tidak untuk kamu tetapi kepada kami
membangun)
Tidak yang mendekati teks Masora
Ayat 4: tidak ada perbedaan yang signifikan.
Ayat 5-10: tidak ada perbedaan yang signifikan.
2.7.2. Kritik
Aparatus
Ayat 3a: dalam teks Masora terdapatt kata μόνοι yang
artinya “seorang diri” yang terdapat dalam
terjemahan Yunani dan Yunani Aquila dari perjanjian Lama Vulgata.
Penafsir menolak usulan kritik aparatus karena semakin
memperkabur makna teks.
Ayat 3b: dalam teks Masora terdapat kata פ׳ .
kritik aparatus mngusulkan menambahkan מ׳ tidak terdapat dalam versus sed potius.
Penafsir menolak usulan kritik aparatus karena tidak
mempunyai makna dalam teks.
Ayat 4b: dalam teks Masora terdapat kata מׅלּ׳ yang artinya tidak
kami temukan. Kritik aparatus dan peneliti modern mengusulkan kata מ dituliskan hanya sekali saja.
Penafsir menolak usulan kritik aparatus karena tidak
mempunyai makna dalam teks.
Ayat 7a: dalam teks Masora terdapat kata yang merupakan
usulan para peneliti modern בׅירוּשָׁלַׅם merupakan bentuk personal
pronoun yaitu Birslam atau kata יְרוּשׇׁלׅם בְּשֵׁם
yang artinya tidak kami temukan.
Penafsir menolak
usulan kritik aparatua karena teks asli sudah jelas dan tidak perlu diubah.
2.7.3. Terjemahan
akhir
Ayat 4:1 Ketika lawan orang
Yehuda dan Benyamin mendengar, bahwa orang-orang yang pulang dari pembuangan
itu sedang membangun Bait Suci bagi TUHAN, Allah Israel,
Ayat 4:2 maka mereka mendekati
Zerubabel dan para kepala kaum bapak
keluarga dan berkata kepada mereka: "Biarlah kami turut membangun
bersama-sama dengan kamu, karena kami pun berbakti kepada Allahmu sama seperti
kamu; lagipula kami selalu mempersembahkan korban kepada-Nya sejak zaman
Esar-Hadon, raja Asyur, yang memindahkan kami ke mari."
Ayat 4:3 Tetapi Zerubabel,
Yesua dan para kepala kaum keluarga orang Israel yang lain berkata kepada
mereka: "Bukanlah urusan kita bersama, sehingga kamu dan kami membangun
rumah bagi Allah kami, karena kami sendirilah yang hendak membangun bagi TUHAN,
Allah Israel, seperti yang diperintahkan kepada kami oleh Koresh, raja negeri
Persia."
Ayat 4:4 Maka penduduk negeri
itu melemahkan semangat orang-orang Yehuda dan membuat mereka takut membangun.
Ayat 4:5 Bahkan, selama zaman
Koresh, raja negeri Persia, sampai zaman pemerintahan Darius, raja negeri
Persia, mereka menyogok para penasihat untuk melawan orang-orang Yehuda itu dan
menggagalkan rancangan mereka.
Ayat 4:6 Pada zaman
pemerintahan Ahasyweros, pada permulaan pemerintahannya, mereka menulis surat
tuduhan terhadap orang-orang yang telah menetap di Yehuda dan di Yerusalem.
Ayat 4:7 Dan pada zaman
Artahsasta ditulislah surat oleh Bislam, Mitredat dan Tabeel serta
rekan-rekannya yang lain kepada Artahsasta, raja negeri Persia. Naskah surat
itu ditulis dalam bahasa Aram dengan terjemahannya. (Dalam bahasa Aram:)
Ayat 4:8 Rehum, bupati, dan
Simsai, panitera, telah menulis surat terhadap Yerusalem kepada raja
Artahsasta, yang isinya sebagai berikut.
Ayat 4:9 -- Pada waktu itu
ditulislah surat itu oleh Rehum, bupati, dan Simsai, panitera, serta
rekan-rekan mereka yang lain, para hakim dan punggawa dan pegawai-pegawai,
orang Persia, orang-orang dari Erekh, dari Babel serta orang-orang dari Susan,
yaitu orang-orang Elam,
Ayat 4:10 dan bangsa-bangsa
lain, yang oleh Asnapar yang agung dan mulia itu dipindahkan dan disuruh
menetap di kota Samaria dan di daerah yang lain sebelah barat sungai Efrat.
2.8.Tafsiran
Ayat 1-2 karena sebagian besar orang buangan berasal dari
Yehuda, keturunan mereka dikenal sebagai Yahudi. Benjamin, suku kecil menempati
daerah sebelah utara Yehuda, adalah satu-satunya suku Yehuda yang masih tetap
setia kepada rehabeam ketika sepuluh suku utara memberontak.
Orang-orang yang menyodorkan bantuan kepada mereka jelas
dari daerah Samaria, meskipun mereka tidak secara eksplisit dijelaskan seperti
itu. Setelah jatuhnya samaria tahun 722 SM, raja-raj Asyur terus mengimpor
penduduk dari Mesopotamia dan Suriah “yang menyembah Tuhan, tapi...juga
melayani dewa mereka sendiri” (lih. 2 Raj. 17:24-33). Bahkan setelah
penghancuran bait Allah, hamba dari Silo dan Sikhem di utara datang untuk menawarkan
Sereal dan dupa di lokasi reruntuhan kuil (Yer. 41:5). Selain itu, orang utara
tidak meninggalkan iman terhadap Tuhan, seperti yang kita lihat dari nama yang
diberikan kepada anak-anak Snablat, Delaiah dan Shelemiah (kata “iah” mengacu
pada “Yah” atau ”Yahweh”). Mengapa orang Samaria begitu berbahaya karena
menawarkan bantuan? Karena jika orang luar berbaur dengan sisa-sisa orang
Yahudi dalam membangun bait Suci itu akan membuat dua kelompok ini kawin campur
dan hal itu adalah bertentangan dengan hukum Musa (Kel. 34:10-17; 12:1-3; Ul.
7:1-11; 12:1-3). Israel adalah negara terpisah dari bangsa-bangsa lain (Bil.
12:1-3), karena Allah telah memberikan mereka tugas khusus untuk tampail
sebagai bangsa yang besar (Kej. 12:1-3). Jika dalam cara apapun bangsa Israel
rusak, maka tingkat keberhasilan yang diberikan Allah kepada pelayanan mereka
pun terancam. Maka umat Allah harus mempertahankan posisi terpisah terpisah dan
tidak terlibat dengan apapun yang akan membahayakan kesaksian mereka dan
menghambat pekerjaan Allah (2 Kor. 6: 14-17; 1 Tim. 2:3-5).[9]
Ayat 3: orang yahudi mencoba bijaksana untuk menolak
bantuan yang disodorkan oleh orang utara dengan mengacu pada ketentuan dari
keputusan Raja. Namun taggapan mereka dipahami sebagai permusuhan dan
menimbulkan pertentangan. Zerubabel dengan jelas melihat mustahilnya menerima
orang-orang kafir sebagai sejajar dengan orang-orang Yahudi di dalam membangun
bait allah. Orangorang Samaria ini menunjukkan jati dir mereka yang
sesungguhnya ketika ditolak beberapa kali mereka membangun bait suci mereka
sendiri di gunung Merizim (Yoh. 4:20-22).
Ayat 4-5: setan telah datang sebagai ular untuk menipu (2
Kor. 11:3) dan telah gagal, dan sekarang dia datang sebagai singa untuk melahap
(1 Ptr. 5:8), dan ia berhasil, musuh berbohong tentang orang-orang Yahudi dan
mendorong rakyat negeri untuk melakukan
segla kemungkinan untuk mencegah para pekerja dan menghambat pekerjaan. Mereka
bahkan menyewa konselor untuk mempengaruhi pejabat lokal untuk menghentikan
proyek tersebut., dan mereka berhasil. Masyarakat disekitar mereka (lit.
“rakyat negeri”) mulai “untuk mencegah” (lit. “untuk melemahkan tangan ;
membuat mereka takut” (lih. Yer 38:4) dari orang-orang Yahudi) sering
menggambarkan ketakutan dalam situasi pertempurann (Hak. 20:41; 2 Sam 4:1-2; 2
Taw 32:18)
Ayat 6: “Xerxes” (bhs Ibr ”Ahasweros”, bnd. Raja yang
disebutkan dalam Ester) adalah anak Darius. Ketika Darius meninggal pada akhir
486 SM, Mesir memberontak dan Xerxes harus melakuakn penyerbuan kedaerah barat
untuk menekan pemberontakan. Akhirnya pemberontakan dapat diredam pada akhir
483 SM.
Ayat 7: ada tiga raja Persia yang bernama “Artahsasta”:
Artahsasta I (464-424), Artahsasta II (403-359), dan Artahsasta III (358-337).
Para raja dibagian Artahsasta I. Penulis surat itu adala Tabeel, menulis dengan
persetujauan Mithredath (pada “Mithredath” lih. Komentar pada Ezra 1:8).
“Tabeel” berarti “Tuhan itu baik” (dng. Yes 7:6).[10]
Orang
Samaria meneruskan siasat politik yang diupayakan untuk memaksa orang-orang
yahudi menghentikan kembali pembangunan kembali bait suci. Ketika melaporkan hal-hal ini, bahasa yang
digunakan kitab Ezra beralih dari bahasa ibrani ke bahasa Aram. Demikianlah, salinan surat
menyurat yang sesungguhnya terpelihara. Surat dari orang samaria kepada
Artahsastra, raja Persia, menyatakan keprihatinan yang sangat terhadap
kepentingan raja. Dan menuduh bahwa program pembangunan yang diselenggarakan
akan membahayakan kepentingan itu. Artahsastra segera terbujuk; Ia langsung
mengumumkan bahwa orang Yahudi harus menghentikan proyek pembangunan itu.
Sebagai akibatnya penangguhan ini berlaku selama 16tahun berikutnya.[11]
Ayat
8: “Rehum” (penyayang) adalah seorang pejabat dengan peran sebagai “penasihat”
atau “Shimsai” berarti “Matahariku” (bnd. Samson).
Ayat
9: Birokrasi Persia tercermin mencolok dengan prinsip Kolegialitas, tanggung
jawab masing-masing dibagi diantara rekan-rekan. “Erekh” adalah sebuah kota
besar (Kej. 10:10) dari bangsa Sumeria, terkenal sebagai rumah dari Gilgames
legendaris.
Ayat
10: Ashurbanipal terkenal karena perpustakaan yang besar di Niniweh. Dia tidak
disebutkan ditempat lain didalam alkitab, tetapi mungkin raja yyang dibebaskan
dari pengasingan Manasye (2 Taw
33:11-13). Dia mungkin disebut Asyur namanya raja yang dideportasi orang
Samaria menurut 2 Raj. 17:24. Keturunan yang dideportasi tersebut, dihapus dari
tanah air mereka hampir 2 abad sebelumnya, masih sering menekankan asal-usul
mereka. Mungkin pembunuhan Raja Israel Amon (642-640 SM) adlah hassil oleh
pemberontakan di Elam dan Babilonia. Asyur kemudian mungkin telah dideportasi
orang Samaria yang memberontak dan menggantinya dengan Elam memberontak dan
babel.[12]
[1] Ed. Charles F.
Pfeifer, The Wiclyffe Bible Commentary
Vol 2, (Chicago: Moody Bible Institute, 1962), 690
[2] W. S. Lasor, D.
A. Hubbard, F. W. Bush, Pengantar
Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 274
[4] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum
Mas, 2008), 368-369
[9] Kenneth L. Barker
& John Kohlenberger III, NIV Bible
Commentaries Vol. I old Testament, (London: Zondervan Publishing house,
1994), 690
[11] L. Thomas
Hodcroft, The Historical Books,
(California: Western Book Company Oakland, 1970), 223
Tidak ada komentar:
Posting Komentar