Senin, 14 Oktober 2013

Hermeneutika PL


Penafsiran Ezra 4: 1-10 Menggunakan Metode Kanonikal
I.                   Pendahuluan
Ezra merupakan salah satu dari kita sejarah yang berisikan sejarah bangsa Israel, dengan demikian perlu diadakan pengkajian yang sangat mendukung. Pada kesempatan kali ini kami penafsir mencoba menafsirkan sari kitab Ezra 4:1-10 menggunakan metode kanonikal. Semoga sajian kami ini membantu kita semua.
II.                Pembahasan
2.1.Latar Belakang Kitab Ezra
Kitab Ezra sama seperti halnya kitab Rut, Ayub, Ester dan lain-lain dinamakan menurut toohoh utamanya. Kitab Ezra mencatat penggenapan janji Allah kepada bangsa Israel melalui Yeremia bahwa dia akan membawa mereka kembali ke negeri mereka sesudah pembuangan selama 70 tahun. Melalui pertolongan dan perlindungan 3 Raja Persia (Koresy, Darius dan Artahsasta) dan kepemimpinan tokoh-tokoh Yahudi yang perkasa seperti Zerubabel.[1] Pada masa pemulihan ini Yehuda merupakan bagian kecil dari sebuah provinsi Persia yang besar. Kehidupan politik serta agamanya bergantung pada kekuasan dan kebijaksanaan Persia.[2] Kejadian-kejadian yang diceritakan dalam kitab Ezra berlangsung pada bagian pertama periode Persia, yang dimulai pada  tahun 538 SM samapi sesudah tahun 400 SM. Bagi orang-orang Yahudi, masa itu masa kepulangan dan perbaikan. Selama beberapa generasi, kelompok-kelompok orang Yahudi buangan di Babel mulai kembali pulang ke tanah air mereka, Yehuda di bagian selatan Palestina.[3]

2.2.Penulis dan waktu Penulisan
Pandangan dari mayoritas diantara para ahli Alkitab dewasa ini, tanpa menghiraukan keyakinan teologisnya, menghubungkan gabungan kitab Ezra-Nehemia dengan penulis Tawarikh dari pasc pembuangan. Dianggap bahwa penyusun kitab-kitab Tawarikh juga menyunting kitab Ezra-Nehemia, karena II Taw.36: 22-23 merupakan suatu kolofon, atau  tulisan penutup, yang mensyaratkan  ayat-ayat pembukaan dari Ezra 1:1-2. Tradisi Yahudi menyebutkan Ezra, ahli Alkitab itu, sebagai penulis Tawarikh dari sejarah masa pasca pembuangan sebagaimana dipaparkan dalam I,II Tawarikh dan Ezra-Nehemia (demikian juga menurut Talmud Babilonia: Baba Bathra 15a). Walaupun pikiran ini tetap merupakan suatu kemungkinan, kebanyakan penafsir berangggapan bahwa penulis Tawarikh itu adalah seorang penyusun anonim dari sumber-sumber sejarah ibrani.[4]

2.3.Tujuan Kitab
Kitab ini ditulis untuk menunjukkan pemeliharaan dan kesetiaan Allah dalam memulihkan kaum sisa Yahudi dari pembuangan mereka di Babel, yaitu dengan menggerakkan hati tiga Raja Persia yang berbeda agar membantu umat Allah unuk kembali ke negeri mereka, menetap kembali di Yerusalem dan membangun kembali bait suci serta menyediakan para pemimpin yang saleh dan handal untuk memimpin kaum sisa yang kembali dalam suatu kebangunan ibadah, komitmen padda firman Allah dan pertobatan dari ketidak setiaan kepada Allah.[5]

2.4.Struktur Kitab
Menurut Andrew E. Hill & John H. Walton  dalam bukunya Survei Perjanjian Lama menuliskan struktur kitab Ezra sebagai berikut:
A. Kisah Sesbazar dan Zerubabel
a.       Dekrit Koresy (1: 1-4)
b.      Pemulangan di bawah Sesbazar (1: 5-11)
c.       Pemulangan di bawah Zerubabel (2)
d.      Pembanguan kembali mezbah  dan Bait suci (3-6)
B.  Riwayat hidup Ezra
a.       Kedatangan Ezra (7-8)
b.      Pembaharuan agama dan sosial yang diadakan Ezra (9-10)[6]
Sedangkan menurut J. Bloommendal bahwa struktur kitab Ezra adalah sebagai berikut:
Pasal 1         : Orang Yehuda kembali ke Yerusalem.
Pasal 2         : Daftar nama-nama orang yang kembali ke Yerusalem.
Pasal 3         : Pembangunan mezbah dan dasar Bait suci yang baru.
Pasal 4         : Kesulitan-kesulitan dalam pembangunan Bait Suci
Pasal 5-6      : Pembangunan dilanjutkan lagi sesudah pertentangan-pertantangan diakhiri.
Pasal 7-8      : Ezra di perintahkan ke Yerusalem oleh Raja Artaxerxes untik memperbaiki kebaktian dalam bait
Pasal 9-10    : Tindakan-tindakan Ezra melawan perkawinan campuran.[7]
            Kami para penyaji lebih setuju terhadap struktur kitab Ezra yang menurut kami lebih cocok menjadi struktur kitab yang di sajikan oleh J. Bloommendal.

2.5.Struktur teks
Ayat 1-2     : musuh orang Yehuda dan Benyamin memohon untuk turut ikut membangun bait suci.
Ayat 3-4     : orang-orang di negeri yang di tuju orang Yehuda dari pembuangan melemahkan semangat orang Yehuda yang ingin membangun bait suci.
Ayat 5-10   : terjadi penyogokan sejak zaman Koresh-Artahsasta terhadap orang-orang Yehuda agar menetap di Samaria oleh musuh-muusuh orang Yehuda.

2.6.Kedudukan Kitab Ezra dalam Kanon
Kedudukan kitab Ezra dalam kanon Alkitab, Kitab Ezra ditempatkan dalam kumpulan kitab sejarah yang kedua, sesudah Kitab I-II Tawarikh. Sedangkan dalam kanon Ibrani, kitab-kitab itu termasuk dalam bagian ketiga (“Kitab-kitab”) dan ditempatkan sebelum kitab Tawarikh, meskipun secara kronologis isinya merupakan lanjuta kitab Tawarikh itu.[8]

2.7.Analisa Teks
2.7.1.   Perbandingan bahasa
Dalam perbandingan bahasa kami penyaji menggunakan Alkitab LAI, KJV, BBT dan dibandingkan dengan Teks Masora.
Ayat 1: tidak ada perbedaan yang signifikan.
Ayat 2:
LAI       : Serta para kepala kaum keluarga
KJV       : and the heads of the fathers’ houses (dan kepala-kepala dari bapak-bapak keluarga)
BBT       : angka induk i marompuompu (para tua-tua keluarga)
TM         : הׇֽאׇבׄוׄת וְאֶ־רָאשֵׁי (and the heads of the fathers= dan para kepala kaum bapak)
Yang mendekati Tekas Masora adalah KJV
Ayat 3:
LAI       : Bukanlah urusan kita bersama, sehingga kamu dan kami membangun
KJV       : You may do nothing with us to build (kalian tidak mungkin membangun bersama kami)
BBT       : Ndang tama rap hamu dohot hami paulihon (tidaklah baik kalian bersama kami membangun)
TM         : לֽאֹ־לׇ֣כֶם וׇ֯לׇ֔נוּ לִבְנ֥וֹׄת ( not to you but to us in building= tidak untuk kamu tetapi kepada kami membangun)
Tidak yang mendekati teks Masora
Ayat 4: tidak ada perbedaan yang signifikan.
Ayat 5-10: tidak ada perbedaan yang signifikan.

2.7.2.   Kritik Aparatus
Ayat 3a: dalam teks Masora terdapatt kata μόνοι yang artinya “seorang diri” yang terdapat dalam  terjemahan Yunani dan Yunani Aquila dari perjanjian Lama Vulgata.
Penafsir menolak usulan kritik aparatus karena semakin memperkabur makna teks.
Ayat 3b: dalam teks Masora terdapat kata פ׳ . kritik aparatus mngusulkan menambahkan מ׳  tidak terdapat dalam versus sed potius.
Penafsir menolak usulan kritik aparatus karena tidak mempunyai makna dalam teks.
Ayat 4b: dalam teks Masora terdapat kata מׅלּ׳  yang artinya tidak kami temukan. Kritik aparatus dan peneliti modern mengusulkan kata  מ dituliskan hanya sekali saja.
Penafsir menolak usulan kritik aparatus karena tidak mempunyai makna dalam teks.
Ayat 7a: dalam teks Masora terdapat kata yang merupakan usulan para peneliti modern בׅירוּשָׁלַׅם  merupakan bentuk personal pronoun yaitu Birslam atau kata  יְרוּשׇׁלׅם בְּשֵׁם yang artinya tidak kami temukan.
Penafsir menolak usulan kritik aparatua karena teks asli sudah jelas dan tidak perlu diubah.    

2.7.3.   Terjemahan akhir
Ayat 4:1 Ketika lawan orang Yehuda dan Benyamin mendengar, bahwa orang-orang yang pulang dari pembuangan itu sedang membangun Bait Suci bagi TUHAN, Allah Israel,
Ayat 4:2 maka mereka mendekati Zerubabel dan para kepala kaum bapak keluarga dan berkata kepada mereka: "Biarlah kami turut membangun bersama-sama dengan kamu, karena kami pun berbakti kepada Allahmu sama seperti kamu; lagipula kami selalu mempersembahkan korban kepada-Nya sejak zaman Esar-Hadon, raja Asyur, yang memindahkan kami ke mari."
Ayat 4:3 Tetapi Zerubabel, Yesua dan para kepala kaum keluarga orang Israel yang lain berkata kepada mereka: "Bukanlah urusan kita bersama, sehingga kamu dan kami membangun rumah bagi Allah kami, karena kami sendirilah yang hendak membangun bagi TUHAN, Allah Israel, seperti yang diperintahkan kepada kami oleh Koresh, raja negeri Persia."
Ayat 4:4 Maka penduduk negeri itu melemahkan semangat orang-orang Yehuda dan membuat mereka takut membangun.
Ayat 4:5 Bahkan, selama zaman Koresh, raja negeri Persia, sampai zaman pemerintahan Darius, raja negeri Persia, mereka menyogok para penasihat untuk melawan orang-orang Yehuda itu dan menggagalkan rancangan mereka.
Ayat 4:6 Pada zaman pemerintahan Ahasyweros, pada permulaan pemerintahannya, mereka menulis surat tuduhan terhadap orang-orang yang telah menetap di Yehuda dan di Yerusalem.
Ayat 4:7 Dan pada zaman Artahsasta ditulislah surat oleh Bislam, Mitredat dan Tabeel serta rekan-rekannya yang lain kepada Artahsasta, raja negeri Persia. Naskah surat itu ditulis dalam bahasa Aram dengan terjemahannya. (Dalam bahasa Aram:)
Ayat 4:8 Rehum, bupati, dan Simsai, panitera, telah menulis surat terhadap Yerusalem kepada raja Artahsasta, yang isinya sebagai berikut.
Ayat 4:9 -- Pada waktu itu ditulislah surat itu oleh Rehum, bupati, dan Simsai, panitera, serta rekan-rekan mereka yang lain, para hakim dan punggawa dan pegawai-pegawai, orang Persia, orang-orang dari Erekh, dari Babel serta orang-orang dari Susan, yaitu orang-orang Elam,
Ayat 4:10 dan bangsa-bangsa lain, yang oleh Asnapar yang agung dan mulia itu dipindahkan dan disuruh menetap di kota Samaria dan di daerah yang lain sebelah barat sungai Efrat.

2.8.Tafsiran
Ayat 1-2 karena sebagian besar orang buangan berasal dari Yehuda, keturunan mereka dikenal sebagai Yahudi. Benjamin, suku kecil menempati daerah sebelah utara Yehuda, adalah satu-satunya suku Yehuda yang masih tetap setia kepada rehabeam ketika sepuluh suku utara memberontak.
Orang-orang yang menyodorkan bantuan kepada mereka jelas dari daerah Samaria, meskipun mereka tidak secara eksplisit dijelaskan seperti itu. Setelah jatuhnya samaria tahun 722 SM, raja-raj Asyur terus mengimpor penduduk dari Mesopotamia dan Suriah “yang menyembah Tuhan, tapi...juga melayani dewa mereka sendiri” (lih. 2 Raj. 17:24-33). Bahkan setelah penghancuran bait Allah, hamba dari Silo dan Sikhem di utara datang untuk menawarkan Sereal dan dupa di lokasi reruntuhan kuil (Yer. 41:5). Selain itu, orang utara tidak meninggalkan iman terhadap Tuhan, seperti yang kita lihat dari nama yang diberikan kepada anak-anak Snablat, Delaiah dan Shelemiah (kata “iah” mengacu pada “Yah” atau ”Yahweh”). Mengapa orang Samaria begitu berbahaya karena menawarkan bantuan? Karena jika orang luar berbaur dengan sisa-sisa orang Yahudi dalam membangun bait Suci itu akan membuat dua kelompok ini kawin campur dan hal itu adalah bertentangan dengan hukum Musa (Kel. 34:10-17; 12:1-3; Ul. 7:1-11; 12:1-3). Israel adalah negara terpisah dari bangsa-bangsa lain (Bil. 12:1-3), karena Allah telah memberikan mereka tugas khusus untuk tampail sebagai bangsa yang besar (Kej. 12:1-3). Jika dalam cara apapun bangsa Israel rusak, maka tingkat keberhasilan yang diberikan Allah kepada pelayanan mereka pun terancam. Maka umat Allah harus mempertahankan posisi terpisah terpisah dan tidak terlibat dengan apapun yang akan membahayakan kesaksian mereka dan menghambat pekerjaan Allah (2 Kor. 6: 14-17; 1 Tim. 2:3-5).[9]
Ayat 3: orang yahudi mencoba bijaksana untuk menolak bantuan yang disodorkan oleh orang utara dengan mengacu pada ketentuan dari keputusan Raja. Namun taggapan mereka dipahami sebagai permusuhan dan menimbulkan pertentangan. Zerubabel dengan jelas melihat mustahilnya menerima orang-orang kafir sebagai sejajar dengan orang-orang Yahudi di dalam membangun bait allah. Orangorang Samaria ini menunjukkan jati dir mereka yang sesungguhnya ketika ditolak beberapa kali mereka membangun bait suci mereka sendiri di gunung Merizim (Yoh. 4:20-22).
Ayat 4-5: setan telah datang sebagai ular untuk menipu (2 Kor. 11:3) dan telah gagal, dan sekarang dia datang sebagai singa untuk melahap (1 Ptr. 5:8), dan ia berhasil, musuh berbohong tentang orang-orang Yahudi dan mendorong rakyat negeri  untuk melakukan segla kemungkinan untuk mencegah para pekerja dan menghambat pekerjaan. Mereka bahkan menyewa konselor untuk mempengaruhi pejabat lokal untuk menghentikan proyek tersebut., dan mereka berhasil. Masyarakat disekitar mereka (lit. “rakyat negeri”) mulai “untuk mencegah” (lit. “untuk melemahkan tangan ; membuat mereka takut” (lih. Yer 38:4) dari orang-orang Yahudi) sering menggambarkan ketakutan dalam situasi pertempurann (Hak. 20:41; 2 Sam 4:1-2; 2 Taw 32:18)
Ayat 6: “Xerxes” (bhs Ibr ”Ahasweros”, bnd. Raja yang disebutkan dalam Ester) adalah anak Darius. Ketika Darius meninggal pada akhir 486 SM, Mesir memberontak dan Xerxes harus melakuakn penyerbuan kedaerah barat untuk menekan pemberontakan. Akhirnya pemberontakan dapat diredam pada akhir 483 SM.
Ayat 7: ada tiga raja Persia yang bernama “Artahsasta”: Artahsasta I (464-424), Artahsasta II (403-359), dan Artahsasta III (358-337). Para raja dibagian Artahsasta I. Penulis surat itu adala Tabeel, menulis dengan persetujauan Mithredath (pada “Mithredath” lih. Komentar pada Ezra 1:8). “Tabeel” berarti “Tuhan itu baik” (dng. Yes 7:6).[10] Orang Samaria meneruskan siasat politik yang diupayakan untuk memaksa orang-orang yahudi menghentikan kembali pembangunan kembali bait suci.  Ketika melaporkan hal-hal ini, bahasa yang digunakan kitab Ezra beralih dari bahasa ibrani ke  bahasa Aram. Demikianlah, salinan surat menyurat yang sesungguhnya terpelihara. Surat dari orang samaria kepada Artahsastra, raja Persia, menyatakan keprihatinan yang sangat terhadap kepentingan raja. Dan menuduh bahwa program pembangunan yang diselenggarakan akan membahayakan kepentingan itu. Artahsastra segera terbujuk; Ia langsung mengumumkan bahwa orang Yahudi harus menghentikan proyek pembangunan itu. Sebagai akibatnya penangguhan ini berlaku selama 16tahun berikutnya.[11]
Ayat 8: “Rehum” (penyayang) adalah seorang pejabat dengan peran sebagai “penasihat” atau “Shimsai” berarti “Matahariku” (bnd. Samson).
Ayat 9: Birokrasi Persia tercermin mencolok dengan prinsip Kolegialitas, tanggung jawab masing-masing dibagi diantara rekan-rekan. “Erekh” adalah sebuah kota besar (Kej. 10:10) dari bangsa Sumeria, terkenal sebagai rumah dari Gilgames legendaris.
Ayat 10: Ashurbanipal terkenal karena perpustakaan yang besar di Niniweh. Dia tidak disebutkan ditempat lain didalam alkitab, tetapi mungkin raja yyang dibebaskan dari  pengasingan Manasye (2 Taw 33:11-13). Dia mungkin disebut Asyur namanya raja yang dideportasi orang Samaria menurut 2 Raj. 17:24. Keturunan yang dideportasi tersebut, dihapus dari tanah air mereka hampir 2 abad sebelumnya, masih sering menekankan asal-usul mereka. Mungkin pembunuhan Raja Israel Amon (642-640 SM) adlah hassil oleh pemberontakan di Elam dan Babilonia. Asyur kemudian mungkin telah dideportasi orang Samaria yang memberontak dan menggantinya dengan Elam memberontak dan babel.[12]


[1] Ed. Charles F. Pfeifer, The Wiclyffe Bible Commentary Vol 2, (Chicago: Moody Bible Institute, 1962), 690
[2] W. S. Lasor, D. A. Hubbard, F. W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 274
[3] A. S. Hadiwijaya, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 349
[4] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2008), 368-369
[5] ......., Alkitab Penuntun hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2002), 697
[6] Andrew E. Hill, Survei PL, 374
[7] J. Bloommendal, Pengantar kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 169
[8] W. S. Lasor, Pengantar PL 1, 425
[9] Kenneth L. Barker & John Kohlenberger III, NIV Bible Commentaries Vol. I old Testament, (London: Zondervan Publishing house, 1994), 690
[10] Ibid, 691
[11] L. Thomas Hodcroft, The Historical Books, (California: Western Book Company Oakland, 1970), 223
[12] Kenneth L. Barker, NIV Bible Commentaries, 691

Tidak ada komentar:

Posting Komentar